News

Manuver Endorsement Jokowi Jelang Pilpres, Bermain di Banyak Kaki

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bermanuver jelang Pemilihan Presiden (Presiden) 2024 yang ditandai dengan komentar bernada endorsement atau mendukung tokoh tertentu dalam ajang lima tahunan itu. Menurut pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul, manuver itu merupakan wujud bermain Jokowi di banyak kaki.

“Kemesraan dengan Prabowo. Dia juga mesra dengan Ganjar, dan ini segala macam. Saya kira memang konsentrasi publik ini dipecah oleh Pak Jokowi,” kata Adib kepada Inilah.com, Senin (14/11/2022).

Dia menjelaskan, pernyataan Jokowi bermain di banyak kaki itu bukan tanpa alasan. Menurut Adib, hasil survei salah satu surat kabar nasional yang menyebut ada 15,1 persen responden mengaku yakin akan memilih capres yang didukung Presiden Jokowi bisa menjadi acuan.

“Mungkin langkah Pak Jokowi soal dukung mendukung, juga masih dinilai oleh publik bermain di banyak kaki,” ujar Adib menegaskan.

Namun, kata dia melanjutkan, endorsement dari Jokowi itu sendiri dianggap penting oleh partai politik.

“Karena Jokowi menghadirkan soal egaliterisme dalam politik begitu kira-kira. Egaliter, merakyat dan sebagainya. Jadi suka atau tidak suka, endorsement Jokowi itu penting,” kata Adib menambahkan.

Diketahui, Litbang Kompas mengadakan survei tatap muka pada periode 24 September-7 Oktober 2022 mengenai seberapa berdampaknya pengaruh Jokowi dalam mendukung sosok capres untuk maju Pilpres 2024.

Survei melibatkan 1.200 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi. Survei berada di tingkat kepercayaan 95 persen. Margin of error penelitian sebesar kurang lebih 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.

Hasilnya, hanya 15,1 persen warga mengaku yakin akan memilih capres yang didukung Presiden Jokowi. Selanjutnya, 35,7 persen warga mengaku masih mempertimbangkan jawabannya. Sementara 30,1 persen merasa tak cocok dengan sosok yang disarankan Jokowi. Terdapat 19,1 persen lainnya tidak tahu.

Back to top button