Arena

KLB PSSI 2023: Menanti Gebrakan Urai Benang Kusut Sepak Bola Indonesia

Sejak 1930, tercatat 19 orang telah menjadi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Latar belakang Ketua Umum PSSI yang menjabat beragam pada setiap era pemerintahan di negeri ini nyatanya belum berhasil memberi peningkatan khususnya prestasi untuk tim nasional Indonesia. Jelas perlu adanya arah perubahan pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2023, Kamis (16/2/2023), di Jakarta mulai pukul 09.00 WIB menjadi penentu masa depan sepak bola nasional. Empat calon ketua umum memiliki program kerja yang relatif serupa sehingga rekam jejak mereka bisa menjadi cermin bagi perjalanan PSSI empat tahun ke depan.

Sebanyak 86 pemilik suara akan menentukan pengurus PSSI 2023-2027. Mereka terdiri dari 34 asosiasi provinsi PSSI, 18 klub Liga 1 2021-2022, 15 klub (Minus PSMS) peringkat tertinggi Liga 2 2021-2022, dan 16 klub dengan posisi terbaik pada Liga 3 2021-2022. Lalu, tiga asosiasi di bawah naungan PSSI, yakni Federasi Futsal Indonesia, Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia, dan Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia.

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan mengungkapkan, persiapan KLB 2023 telah mencapai titik akhir. Ia berharap  KLB berjalan lancar dan terkendali serta menekankan agar ketua umum terpilih harus sosok yang dipercaya publik dan pemilik suara.

”Kepada ketua umum baru, saya berpesan agar tidak lelah mengurus sepak bola. Saya titip kompetisi, semoga bisa meningkatkan profesionalisme liga, termasuk wasit. Saya yakin zaman keemasan (sepak bola Indonesia) akan tiba,” ucapnya, mengutip Antara, Rabu (15/2/2023).

Sementara itu, Ketua Komisi Pemilihan PSSI Amir Burhanuddin menyebutkan, isu politik uang tak pernah lepas dari pemilihan pengurus PSSI pusat sampai daerah. Kendati demikian, dia mengharap semua calon menjauhi politik uang.

Arif pun berharap pelaksanaan KLB PSSI bisa berjalan baik dan lancar. Ia meminta pemilik suara dapat memilih Exco PSSI yang independen untuk menunjukkan komitmen membenahi sepak bola.

Kandidat anggota Exco PSSI, Sophan Lamara, turut berharap pemilik suara tidak lagi terpengaruh dengan rayuan kandidat yang hendak membeli suara melalui politik uang.

Ia mengatakan, KLB 2023 harus menjadi momentum untuk menghadirkan kepengurusan PSSI yang bersih.

“KLB ini menjadi ajang untuk perubahan total di PSSI kelak. Bukan hanya perubahan ketua umum dan Exco, tetapi yang paling mendasar adalah menjalankan statuta dan program secara utuh, konsekuen, dan bertanggung jawab,” ujar Sophan.

Manuver LaNyalla

Secara terpisah, LaNyalla Mattalitti, kini Ketua Dewan Perwakilan Daerah, yang sempat memegang tampuk kepemimpinan PSSI pada 2015-2016, mengajak 86 pemilik suara pada KLB PSSI 2023 untuk ikut serta dalam upayanya membenahi organisasi dan sepak bola nasional.

”Pemilik suara yang memilih saya nanti menunjukkan bahwa mereka benar-benar ingin memperbaiki tata kelola sepak bola Indonesia. Saya berharap para pemilik suara memilih dengan hati nurani tanpa ada tendensi apa pun di luar sepak bola,” ucap LaNyalla.

Narasi tentang dirinya sebagai perwakilan ”orang lama” di dalam PSSI dinilai tidak relevan. Menurut dia, hal terpenting dalam pemilihan ketua umum PSSI adalah rekam jejak, visi, dan gagasan.

Bursa Ketum PSSI: Klaim Kantongi 44 Suara, LaNyalaa Pede Menang
Paparan Visi dan Misi Calon Ketua Umum PSSI Aa LaNyalla Mahmud Mattaliti (Antara)

”Semua hal itu melekat dalam diri saya. Orang lama dengan rekam jejak buruk tak ada tempat di PSSI, sebaliknya, orang dengan rekam jejak baik sangat dibutuhkan,” katanya.

Sebelumnya LaNyalla juga berjanji memberikan Rp1 miliar per tahun untuk setiap asosiasi provinsi PSSI jika ia terpilih. “Untuk menjalankan program-program yang saya sampaikan,” kata LaNyalla.

Ia mengklaim saat ini sudah mendapat dukungan lebih dari 44 suara voter. LaNyalla percaya diri akan menang dalam KLB PSSI.

“Saya sudah mengetahui siapa yang benar-benar mendukung saya dan yang tidak. Insya Allah saya menang,” tuturnya.

Menteri Etho jadi kandidat terkuat

Di tengah keputusan mundur dari pencalonan Exco PSSI, Fary menyampaikan dukungannya kepada Erick Thohir (Etho). Menurut Fary, mantan Presiden Inter Milan itu memiliki program yang bisa menjawab tantangan PSSI dan sepak bola Indonesia beberapa tahun ke depan.

Menteri BUMN Erick Thohir (Etho). Etho Resmi Daftar Jadi Calon Ketum PSSI, Kaesang hingga Raffi Ikut Dampingi (HO-Kementerian BUMN/am)
Menteri BUMN Erick Thohir (Etho). Etho Resmi Daftar Jadi Calon Ketum PSSI, Kaesang hingga Baim Wong Ikut Dampingi (Instagram/Baim wong)

”Saya menaruh harapan besar kepada Pak Erick untuk menciptakan generasi emas Indonesia. Itu tidak muluk karena jam terbang Pak Erick teruji, beliau orang hebat, pemikir, dan profesional,” ujar Fary.

Meski tetap akan bertarung pada perebutan kursi ketua umum PSSI, Doni, perintis Bandung Premier League, mendukung Etho melanjutkan estafet kepemimpinan federasi.

Ia menilai, Etho adalah sosok berintegritas dan memiliki kapasitas untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah sepak bola Indonesia.

”Semoga saya bisa bergabung ke gerbong Pak Erick yang menjadi wajah baru untuk mengubah sepak bola,” kata Doni, yang juga akan bertarung dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali untuk posisi wakil ketua umum dan anggota Exco.

Etho sendiri membawa jargon akan membersihkan tubuh PSSI yang ia sebut sudah terlalu lama kotor.

“Saya sudah berulang-ulang, ini perlu nyali, untuk kembali, bersih-bersih. Kita harus ciptakan sepak bola yang bersih dan berprestasi,” kata Komisaris Persib Bandung tersebut pada 1 Februari 2023 lalu.

Sejumlah pengurus PSSI pun ikut merapat ke kubu Etho, antara lain Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi; anggota Komite Eksekutif PSSI, Juni Rachman, Pieter Tanuri, dan Yoyok Sukawi; dan Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Ferry Paulus.

Etho selain dekat dengan Presiden Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) Gianni Infantino. Sebagai Menteri BUMN dianggap banyak membantu dunia olahraga. Sejumlah BUMN juga menjadi sponsor utama beberapa cabang olahraga. Bank Mandiri, misalnya, menjadi sponsor Indonesia Basketball League. Bank BNI mendukung tim nasional bulu tangkis Indonesia. Adapun BRI sponsor utama Liga 1 Indonesia.

Puasa Gelar Timnas Tiga Dekade

Sepak Bola Indonesia nyaris tak pernah berprestasi sejak SEA Games 1991 Filipina, Semenjak itu Timnas Garuda cuma langganan menjadi Runner-up.

Tak heran, ketua umum silih PSSI silih berganti, tetapi sepak bola nasional tetap jalan di tempat. Buruknya tata kelola kompetisi ikut menyebabkan Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu. Selain itu, dari tahun ke tahun, jadwal kompetisi selalu dihantui ketidakpastian. Bahkan, kompetisi bisa terhenti sewaktu-waktu oleh keputusan sepihak, seperti yang terjadi pada Liga 2 dan Liga 3 saat ini.

Arema FC Liga 1
Pintu Masuk/Keluar Stadion Kanjuruhan, Malang (Foto: Antara)

Buruknya mutu kompetisi berefek negatif kepada kualitas pemain-pemain yang ada untuk memperkuat timnas. Peringkat Indonesia yang melonjak signifikan, yakni dari 173 per Desember 2019 menjadi 151 per Desember 2022, bukanlah prestasi yang luar biasa.

Sebab, capaian itu tidak lepas dari ‘settingan’ tersendiri.

Hal itu bisa terlihat ketika Indonesia menang dua kali atas tim peringkat 80 besar dunia, Curacao, dalam laga persahabatan FIFA matchday pada September 2022.

Permainan apik melawan Curacao itu tidak tercermin tatkala Indonesia mengarungi Piala AFF 2022. ”Tim Garuda” lagi-lagi tidak mampu mengangkat trofi Piala AFF karena kalah agregat 0-2 dari Vietnam di semifinal.

Keberhasilan Indonesia lolos ke Piala Asia 2023 juga bukan prestasi membanggakan karena tim “Merah-Putih” pernah melakukannya berulang kali. Indonesia masih kalah jauh dengan peringkat Vietnam yang berada di urutan ke-96 dunia tertinggi di Asia tenggara.

Pembenahan Usia Dini

Anggota Komite Eksekutif Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia, Fakhri Husaini, yang pernah membesut tim sepak bola Indonesia kelompok umur di 2014 hingga 2020, juga meminta kepengurusan PSSI baru nanti serius memperhatikan pembinaan pemain usia muda.

Hal itulah yang Fakhri nilai kurang secara maksimal PSSI lakukan. Ia berharap ke depan PSSI bisa melaksanakan kompetisi usia muda yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Tidak hanya kompetisi yang menyiksa pemain muda hanya untuk formalitas semata.

“Berharap, kepengurusan PSSI yang akan datang pada saat berakhir masa kepengurusannya dapat meninggalkan warisan positif berupa prestasi timnas yang membanggakan,” katanya

“Regulasi tata kelola organisasi dan kompetisi yang berkualitas, serta infrastruktur kantor dan lapangan latihan bagi penerus kepengurusannya kelak,” tandas Fakhri.

Back to top button