Market

Kinerja Emiten Beragam, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Jelang libur Jumat Agung, Wall Street berakhir lebih rendah pada penutupan perdagangan Kamis atau Jumat (15/4/2022) pagi WIB. Imbal hasil obligasi AS yang melanjutkan kenaikan, laporan laba perusahaan alias emiten yang beragam dan data ekonomi jadi pemicunya.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 113,36 poin atau 0,33 persen, menjadi menetap di 34.451,23 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 54 poin atau 1,21 persen, menjadi berakhir di 4.392,59 poin. Sementara Indeks Komposit Nasdaq berakhir anjlok 292,51 poin atau 2,14 persen, menjadi 13.351,08 poin.

Dari 11 sektor utama di S&P 500, saham sektor teknologi bernasib paling buruk, tergelincir 2,5 persen.

Ketiga indeks saham utama AS membukukan kerugian mingguan menjelang liburan Jumat Agung.

“Ini adalah kombinasi dari kekhawatiran yang terus berlanjut,” kata Ryan Detrick. Ia adalah kepala strategi pasar di LPL Financial di Charlotte, North Carolina. “Ini adalah musim (laporan) laba yang beragam sejauh ini, dan itu, ditambah dengan inflasi yang tinggi dan The Fed yang hawkish telah menyebabkan penjualan menjelang liburan akhir pekan.”

Imbal Hasil Obligasi Pemerintah AS

Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun menekan saham-saham yang jadi motor pertumbuhan, menyeret indeks S&P 500 dan indeks Nasdaq jauh ke wilayah negatif, sementara indek Dow membukukan kerugian yang lebih moderat.

“Imbal hasil yang lebih tinggi menekan saham-saham yang jadi motor pertumbuhan yang lebih tinggi. Mereka terpukul ketika imbal hasil bergerak lebih tinggi,” kata Detrick.

Kuartet bank besar AS menggeser musim pelaporan kuartal pertama menjadi overdrive, dengan Goldman Sachs Group Inc, Citigroup Inc, Morgan Stanley, dan Wells Fargo & Co semua membukukan hasil.

Sementara keempatnya mengalahkan perkiraan Wall Street, mereka juga melaporkan penurunan laba yang tajam. Reaksi harga saham mereka beragam, dan terakhir bergerak naik 1,6 persen (Citigroup) hingga turun 4,5 persen (Wells Fargo). Indeks S&P 500 Keuangan yang lebih luas turun 1,0 persen.

“Ada beberapa kekhawatiran musim laporan keuangan ini,” tambah Detrick. “Ekspektasi adalah yang terendah sejak pemulihan bermula. Ini membuat investor berhati-hati tentang bagaimana perusahaan akan melangkah ke altar laba dalam beberapa minggu mendatang.”

Sejumlah data ekonomi menunjukkan lonjakan harga bensin membantu penjualan ritel mengalahkan konsensus dan mendorong lonjakan harga impor terbesar dalam hampir 11 tahun.

Data tersebut sejalan dengan indikator terbaru lainnya, yang tampaknya memperkuat tindakan pengendalian inflasi yang agresif dari Federal Reserve dalam beberapa bulan mendatang, termasuk serangkaian kenaikan suku bunga 50 basis poin.

Ketua Tesla Inc, Elon Musk, menawarkan untuk menjadikan Twitter Inc go private dengan penawaran tunai 41 miliar dolar AS. Saham perusahaan media sosial itu terombang-ambing sepanjang sesi. Akan tetapi, berakhir jatuh 1,7 persen.

Musim pelaporan keuangan kuartal pertama masih dalam tahap awal, dengan 34 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan.

Analis sekarang memperkirakan agregat pertumbuhan laba tahunan S&P 500 sebesar 6,3 persen, kurang optimis dari pertumbuhan 7,5 persen yang diproyeksikan pada awal tahun.

Kamis menandai berakhirnya kontrak opsi bulanan, kejadian yang baru-baru ini terjadi membantu memperkuat perputaran pasar saham karena investor melakukan penyesuaian untuk memperhitungkan jutaan kontrak opsi yang kedaluwarsa pada saham, ETF (Exchange Traded Fund) dan indeks.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 10,45 miliar saham, ketimbang dengan rata-rata 12,22 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Back to top button