Arena

Kesuksesan Tim Esports Dimulai dari Pengendalian Diri

Kegiatan bermain game dan berkompetisi esports, meski dilakukan untuk tujuan hiburan dan bersenang-senang, tak jarang menimbulkan tekanan dalam prosesnya. Pertemuan dengan lawan yang sulit, menghadapi kekalahan, hingga kurangnya support system dapat menjadi penyebab tekanan tersebut.

Untuk membedah lebih dalam teknik membaca perilaku dan psikologi manusia dalam kaitannya dengan dunia esports, UNITY mengundang Esports and Performance Psychologist, Listiyani Siegit terkemuka di Indonesia, sebagai narasumber dalam acara webinar dengan tajuk “Human Behavior and Psychology for Esports Team” Kamis (24/03/2022).

Webinar Unity 2 - inilah.com

Setiap manusia memiliki sifat, watak, dan tipe kepribadian yang berbeda-beda. Ketika bermain game, seringkali sifat asli orang bisa terlihat karena tingginya tingkat stres yang disebabkan oleh hal-hal yang disebutkan di atas, terutama dalam permainan yang kompetitif.

Listi menyebutkan, adalah hal yang penting untuk para gamers memiliki self-awareness, yaitu kepekaan terhadap kepribadian, kekurangan, dan kelebihan diri sendiri untuk dapat lebih mudah menguasai diri.

“Self-awareness itu penting. Setelah sadar akan kelebihan dan kekurangan diri, akan ada self-regulation di mana player bisa menguasai diri mereka meski dalam tingkat stres yang tinggi.”
Meski telah bisa menguasai diri saat menghadapi tantangan dalam bermain, ada saat-saat di mana konflik adalah hal yang tak terhindarkan.

Penghinaan, komunikasi tim yang buruk, yang pada akhirnya membawa tim pada perpecahan dan kekalahan. Konflik seperti ini tidak hanya terjadi pada level amatir, tetapi juga kerap terjadi pada level profesional. Listi menerangkan bahwa untuk menghadapi hal seperti ini, pemain perlu memfokuskan diri pada tujuan akhir permainan yaitu: kemenangan.

“Cara komunikasi, tipe komunikasi, manajemen konflik, dan manajemen roles adalah hal penting dalam hubungan sebuah team agar berjalan baik. Jika berhadapan dengan penghinaan, fokuskan diri pada hal yang tepat.”

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button