News

Keributan Penyebaran Wolbachia di Denpasar Karena Tanpa Keterlibatan Kemenkes

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa pada program penyebaran nyamuk berwolbachia di Denpasar, Bali terjadi kegaduhan karena tidak ada keterlibatan dari pihak Kemenkes.

“Denpasar memang langsung jalan sendiri, mungkin Pemdanya punya akses juga dengan peneliti langsung dari Australia, jadi mereka bikin program sendiri,” ujar Budi saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (28/11/2023).

Masih menurut Budi, dia mengklaim bahwa program yang sudah dilakukan selama ini tidak mengalami kegaduhan. 

“Jadi memang kita hanya lihat dari kejauhan, nah ini yang ramai. Tapi kalau yang sudah kita jalankan, tidak ada kegaduhan,” sambungnya.

Ia menjelaskan bahwa nyamuk berwolbachia ini hanya disebar 10 persen dari populasi nyamuk Aedes aegypti. Tak hanya itu, penelitian terkait hal ini pun, ia tegaskan sudah lama dilakukan dan secara bertahap.

“Ini sudah pernah dilakukan 2016, sebelum saya jadi menteri, 24 pakar independen melakukan potensi risiko jangka panjang. Hasilnya sudah keluar, negligible atau dapat diabaikan,” terangnya.

Berdasarkan penelitian tersebut, ketika nyamuk berwolbachia disebarkan, maka kasus DBD pun mengalami penurunan.

“Itu sebabnya mengapa kemudian kita memikirkan bagaimana mengimplementasi di daerah-daerah yang endemisnya tinggi,” ucapnya.

“Sudah kita jalani, yang sudah jalan sebenarnya Semarang, Bontang sudah jalan, Kupang, Jakarta Barat sudah percobaan, Bandung sedang persiapan,” lanjutnya.

Tidak adanya kegaduhan ini, kata Budi, tentu karena tahapannya mengikuti proses seperti penelitian awal yang dilakukan di Yogyakarta.

“Jadi sebelum implementasi kita lakukan sosialisasi ke masyarakat, kita advokasi juga ke pimpinan tokoh di sana, persiapan telurnya juga di masyarakat, pada saat kita taruh juga ada ibu asuhnya, nah itu yang Kemenkes lakukan program bersama teman-teman UGM,” tandasnya.

Back to top button