News

Kendaraan Listrik Jadi Alternatif BBM Mahal, Warga Mengaku Belum Siap

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) disebut menjadi momentum yang tepat guna mendorong masyarakat beralih menggunakan kendaraan listrik. Sayangnya, tak semua setuju akan rencana tersebut.

Hal ini juga menjadi bahan perhatian salah satu warga sekaligus pengendara roda dua, Adisusilo (28). Ia bersikeras menolak wacana pemerintah menekan penggunaan kendaraan listrik pasca naiknya harga BBM, Sabtu (3/9/2022) silam.

Mungkin anda suka

“Menurut saya belum siap sih, ga efisien banget. (Kendaraan) listrik itu makin banyak, kita dibikin repot lagi, spare partnya beda makin mahal lagi,” kata Adisusilo kepada awak media.

Adi mengatakan, perlu ada pengembangan lebih lanjut guna merealiasasikan kendaraan listrik sebagai tunggangan pribadi masyarakat. Khususnya dari segi ekosistem atau layanan pendukung, lantaran motor listrik memiliki banyak keterbatasan.

“Kalau bisa diperbaiki lagi di tata ulang lagi (ekosistem listrik di Indonesia), kalau emang mau (dipaksakan) ya produksi spare partnya dibanyakin juga,” ujar Adisusilo yang mengaku punya background pendidikan sebagai Teknik Mesin di salah satu Universitas Swasta.

Sementara ini, sambung Adi, penggunaan motor berbahan bakar bensin masih menjadi pilihan paling realistis. “Udah paling baik motor biasa, tenaganya udah jelas ada, spare partnya ada dan perawatannya jalas,” sebutnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis pertalite dan solar.

Harga pertalite naik menjadi Rp10.000 yang semula senilai Rp7.650 sehingga kenaikan berkisar Rp2.350. Sedangkan, solar melonjak menjadi Rp6.800 yang sebelumnya seharga Rp5.150.

Back to top button