Hangout

7 Cara Dukung Seseorang yang Sedang Alami Gangguan Kesehatan Mental

Istockphoto

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) setiap tahunnya jatuh pada tanggal 10 Oktober. Kesehatan jiwa yang di dalamnya termasuk kesehatan mental menjadi kata-kata yang kini sangat populer di tengah masyarakat. Terlebih saat dunia menghadapi pandemi COVID-19.

Psikolog Irma Gustiana menjelaskan terkadang seseorang sangat sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak memperhatikan keluarga di sekitar yang dengan mengalami dan berjuang untuk menyelamatkan kesehatan mentalnya.

“Mungkin mereka kelihatan baik-baik saja, karena terlihat tetap bisa beraktivitas, tetap bisa ceria terlihat tanpa beban, tapi bukan berarti mereka enggak punya beban berat dan tidak mau bantuan,” kata Irma Gustiana seperti dikutip dari akun instagram @ayankirma, Jakarta, Senin, (10/10/2022).

Masih menurut Irma, seorang mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda perubahan perilaku, namun karena keterampilan kita yang terbatas, atau tidak tau memulai dari mana, maka sering kali terlambat memberikan bantuan.

“Kita hanya butuh lebih peka dan peduli. Semisal ada sedikit perubahan sikap atau kebiasaan, check keadaannya. Tawarkan apa yang bisa dilakukan untuk membantunya. Paling tidak, dia merasa dirinya nggak sendirian menghadapi masalah psikis yang dialami dan dimengerti tentang keadaannya. Karena memang kita tidak pernah tahu seberapa dalam luka-luka emosional atau penderitaan mental yang dialami,” tambahnya.

Agar tidak terlambat dalam menyelamatkan orang terdekat yang sedang mengalami gangguan kesehatan mental, berikut adalah tujuh caranya:

1. Luangkan waktu dan hadir untuknya

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah hadir, untuk memberikan ruang terbuka dalam bercerita dan tidak menghakiminya.

2. Biarkan mereka berbagi ceritanya, sebanyak atau sesedikit yang mereka mau

Biarkan dia yang mengatur dirinya. Jangan menekannya untuk segera bercerita atau memberi tahu tentang apa pun, saat dirinya tidak siap untuk bicara. Karena bagi mereka yang mengalami masalah psikologis, bicara membutuhkan banyak kepercayaan dan keberanian.

3. Jangan mencoba mendiagnosis atau menebak perasaan yang mereka alami

Posisikan diri sebagai pendengar, bukan konselor yang terlatih. Jadi, cobalah untuk tidak membuat asumsi tentang apa yang salah atau memberikan diagnosa terlalu dini, atau memberikan solusi tanpa diminta.

4. Biarkan pertanyaan tetap terbuka

Kamu bisa bilang, “Saya ada di sini. Jadi kamu bisa cerita ke saya bagaimana perasaanmu?” Coba untuk menjaga bahasa agar tetap netral. Beri dia waktu untuk menjawab dan cobalah untuk tidak memancingnya dengan terlalu banyak pertanyaan.

5. Bicarakan tentang bagaimana melakukan perawatan diri

Diskusikan cara menghilangkan stres atau mempraktikkan perawatan diri misalnya berolahrga, memiliki pola makan yang sehat dan pola tidur yang teratur atau melakukan apapun yang bisa membantunya melindungi kesehatan mental dan mempertahankan kesejahteraannya.

“Biasanya apa yang membuatmu lebih nyaman, mungkin itu bisa kamu lakukan lagi?” ungkap Irma.

6. Dengarkan baik-baik apa yang mereka katakan

“Ulangi kembali apa yang mereka katakan, untuk memastikan Anda telah memahaminya. Anda tidak harus setuju dengan apa yang dia katakan, tetapi dengan menunjukkan bahwa Anda memahami perasaannya, kami sudah memberi tahu bahwa kamu menghargai perasaannya misalnya, aku mengerti keadaanmu,” tambah Irma.

7. Tawarkan bantuan dalam mencari dukungan profesional

Anda bisa menawarkan untuk menemaninya ke professional seperti dokter atau psikolog, atau membantunya untuk membicarakan hal yang sedang dia rasakan pada anggota keluarganya.

Coba untuk tidak mengambil kendali dan biarkan dia yang membuat keputusan.

 

Mia Umi Kartikawati

 

Back to top button