Ototekno

Jokowi di IPB: Kekhawatiran AI Hanya karena Aturan Main yang Belum Jelas

Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara soal kecerdasan buatan (AI) yang menjadi topik hangat di berbagai forum internasional. Menurutnya, kekhawatiran yang muncul seputar AI lebih disebabkan oleh absennya aturan main yang jelas, ketimbang ancaman nyata terhadap kemanusiaan. Hal ini disampaikan saat berpidato dalam acara Dies Natalis Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Jangan takut dengan mesin cerdas, dengan AI, karena kemarin waktu di G20 waktu di ASEAN Summit, semuanya berbicara mengenai AI. Takut sekali semua negara mengenai AI,” ujar Jokowi di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/9/2023).

Menurut Jokowi, AI tidak akan mengalahkan manusia. “Artinya memang ya kita harus mengantisipasi dan bersiap diri,” tuturnya. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini lebih melihat AI sebagai alat yang dapat digunakan untuk memperbaiki kehidupan, bukan sebagai ancaman. “Mesin cuma punya chip, tapi manusia punya hati, punya rasa,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden juga berharap agar IPB dapat menghasilkan lulusan yang kompeten di berbagai bidang, termasuk dalam memahami dan memanfaatkan AI. “Kita butuh insan unggul yang mampu bersaing di era digital ini,” kata Jokowi.

Sejak dirilisnya ChatGPT oleh OpenAI pada 2022, AI telah menjadi arus utama dalam teknologi. Perusahaan-perusahaan teknologi besar, termasuk Google dan Baidu, juga turut serta mengembangkan platform-platform AI.

Meski begitu, kekhawatiran terhadap AI tetap ada. Sejumlah pakar dan tokoh teknologi dunia, termasuk Elon Musk, telah menyuarakan kecemasannya. Dalam laporan dari Goldman Sachs, disebutkan bahwa AI generatif berpotensi menggantikan seperempat dari pekerjaan yang ada saat ini.

“Mitigasi risiko kepunahan dari AI harus menjadi prioritas global,” kata sejumlah tokoh dalam surat terbuka yang diterbitkan oleh Future of Life Institute dan Center for AI Safety.

Menurut Presiden Jokowi, kekhawatiran seputar AI seharusnya tidak diarahkan pada mesin atau teknologinya, tetapi lebih pada regulasi dan aturan main yang belum jelas. “Kita harus antisipasi dan bersiap, bukan merasa takut,” pungkasnya.

Back to top button