News

Jelang Imlek, Vihara Tertua di Jakarta Masih Sepi Pengunjung


Vihara Dharma Bhakti di Jalan Kemanggisan III, RT 03/01, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, masih sepi pengunjung menjelang Tahun Baru Imlek 2575, Sabtu (10/2/2024).

Pengurus vihara, Ayn (45) mengatakan, dibandingkan menjelang Tahun Baru Imlek pada tahun lalu, pengunjung baik yang untuk beribadah atau sekadar berkunjung terbilang sepi tahun ini.

“Sepi orang sembahyang, pengunjung juga,” kata Ayn saat ditemui sela-sela kesibukannya mempersiapkan perayaan Tahun Baru Imlek, Kamis (8/2/2024).

Vihara Dharma Bhakti sendiri merupakan vihara tertua di Jakarta.

Ayn menjelaskan, menjelang Imlek tahun sebelumnya, umat Buddha yang datang beribadah bisa mencapai 500 orang. Sementara pada tahun ini hanya sekitar 100 orang.

“Kalau yang sembahyang jelang Imlek tahun-tahun sebelumnya itu bisa 500an orang, sekarang hanya 100-an orang,” ujar Ayn seperti dikutip Antara.

Selain itu, lilin berukuran raksasa yang biasanya disiapkan hingga 50 batang, kini jumlahnya berkurang. “Sekarang cuma 30-an batang,” kata Ayn.

Kondisi di vihara yang dibangun pada 1650 M tersebut, ujar Ayn melanjutkan, kemungkinan akan berubah pada Sabtu (10/2/2024) atau Minggu (11/2/2024).

“Mungkin besok sama lusa itu ramai. Kan itu perayaannya (Imlek),” ucapnya.

Di lokasi, beberapa pengunjung melakukan ibadah di salah satu Dhammasala, yakni tempat kebaktian umat yang bisa dimasuki masyarakat umum.

Sebagian membakar garu atau semacam lidi yang digunakan untuk ibadah. Mayoritas dari mereka adalah kaum lansia.

Di luar Dhammasala, beberapa orang melakukan pemberian persembahan kepada leluhur berupa sejumlah makanan dan melakukan pembakaran kardus-kardus berisi baju, celana, uang dan beberapa barang lainnya.

Salah satunya adalah Meina (59), wanita asal Pluit, Jakarta Utara. Ia mengatakan bahwa tradisi tersebut rutin dilakukannya setiap tahun untuk menghormati leluhur.

“Sebenarnya bisa di rumah sendiri, tapi bisa juga di vihara,” kata Meina.

Ia percaya makanan, pakaian serta uang yang dipersembahkan dalam tradisi tersebut dapat menjadi bekal bagi para leluhur yang telah meninggal.

Sejumlah pengunjung juga duduk di lorong vihara. Ayn menyebut , mereka menunggu angpao dari pengunjung. “Mereka enggak ganggu.”
 

Back to top button