News

Jejak Langkah PAN dan Golkar: Upaya Menuntaskan Perjuangan Bersama Prabowo

PAN dan Golkar telah melakukan komunikasi intens sebelum memutuskan bergabung dengan Gerindra serta PKB.  Aspirasi kader akar rumput juga diakomodasi disertai pemetaan secara menyeluruh.

Pergerakan dan komunikasi yang dilakukan partai politik (parpol) menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kian dinamis. Kondisi ini menyebabkan peta koalisi atau kerja sama politik di antara beberapa parpol pun semakin cair.

Manuver cukup mengejutkan datang dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar yang memutuskan merapat ke koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PAN dan Golkar resmi bergabung dengan koalisi yang mengusung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (bacapres) itu seiring deklarasi di Museum Proklamasi Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (13/8/2023).

Tak bisa dimungkiri, publik dan analis politik yang selama ini memperhatikan pergerakan parpol pun tersentak. Bagaimana tidak, PAN dan Partai Golkar sebenarnya sudah memiliki koalisi sendiri bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Selain PAN dan Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga tercatat sebagai penggawa koalisi ini.

KIB sendiri dideklarasikan pada 12 Mei 2022. Sementara, Partai Gerindra dan PKB mengumumkan menjalin kerja sama politik dalam wadah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) pada Sabtu (13/8/2022). Seiring berjalannya waktu, meski berbeda koalisi komunikasi parpol di antara kubu terus berjalan demi menjajaki peluang untuk bekerja sama. Komunikasi juga dilakukan parpol dari kedua koalisi ini dengan dua kubu lainnya yakni Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan serta PDIP.

Setelah berjalan hampir setahun, peta koalisi kian mengerucut. Pada Rabu (26/4/2023), PPP selaku anggota KIB melabuhkan dukungannya ke bacapres yang diusung PDIP, Ganjar Pranowo. Meski begitu, KIB saat itu dinyatakan tetap guyub kendati PPP sudah menentukan pilihan.

Akan tetapi, setelah melalui berbagai penjajakan dan juga dinamika internal, PAN dan Golkar akhirnya memilih untuk merapat ke koalisi yang dihuni Partai Gerindra dan PKB.

Jejak PAN dan Partai Golkar untuk berkoalisi dengan Partai Gerindra dan PKB setidaknya mulai mencuat pada Senin (7/8/2023). Hal ini ditandai langkah Ketua Umum (Ketum) PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) menggelar pertemuan di rumah dinas Ketum Golkar Airlangga Hartarto. Keesokan harinya, Zulhas membawa hasil pertemuan itu ke Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Berikutnya lobi politik dan perencanaan dimantangkan, termasuk menyusun strategi ke depannya. Keempat partai yaitu Gerindra, PAN, Golkar, dan PKB kemudian bersepakat koalisi melalui deklarasi dan penandatanganan piagam kerja sama politik di Museum Proklamasi. Ketum PAN Zulkifli Hasan pun mengusulkan nama baru koalisi yakni Koalisi Indonesia Maju Bermartabat. Sementara, terkait KIB, Zulhas memastikan koalisi itu bubar.

Menurut Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay, langkah PAN untuk bergabung dengan koalisi Gerindra dan PKB bagian dari misi menuntaskan perjuangan yang dijalani selama 10 tahun terakhir atau dalam dua kali pemilu. Sebab, pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019, PAN mendukung Prabowo Subianto sebagai capres.

“Jadi karena itu, sehingga tentu tugas berikutnya koalisi ini harus kita tuntaskan dalam artian, dari segala aspek fakta dan data yang kami pelajari, yang kami miliki, kami yakin Prabowo pada pemilu yang akan datang (Pemilu 2024) akan menang,” kata Saleh kepada Inilah.com, Jumat (18/8/2023).

Saleh menyebut, sejak 10 tahun lalu PAN sejatinya sudah meyakini Prabowo Subianto bisa menjadi presiden. Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, maka partai pengusung Prabowo dinilai memiliki momentum yang terbuka lebar untuk memenangkan Menteri Pertahanan itu sebagai presiden.

Lebih jauh, Saleh mengakui, komunikasi intens telah dilakukan antara PAN dan Golkar sebelum memutuskan bergabung dengan Gerindra serta PKB. Komunikasi ini bahkan didahului menyerap aspirasi kader di akar rumput dan disertai pemetaan komprehensif.

“PAN ya mendorong bagaimana supaya capresnya adalah Pak Prabowo, nah ternyata kan sama, Golkar juga sama perkiraannya, pemikirannya maksudnya juga mereka mendorong Pak Prabowo,” ujar Saleh.

Komunikasi juga berlangsung dengan Gerindra dan PKB secara intens. Salah satunya, ujar Saleh, melalui pertemuan di kantor DPP PAN pada bulan Ramadhan lalu. Pertemuan ini dihadiri Gerindra, Golkar, dan PKB.

“Di sana kita sudah merumuskan akan bikin koalisi besar. Nah, kemudian setelah itu ada lagi pertemuan-pertemuan lanjutan. Jadi kita baik PAN dengan Gerindra, kemudian Golkar dengan Gerindra, PAN dengan Golkar, ya kan? Dan seterusnya, juga dengan PKB. Kami juga bertemu,” ujar Saleh menegaskan.

Sementara, Partai Golkar sendiri yakin dengan langkah bergabung dengan Partai Gerindra dan PKB. Pada Pilpres 2014, Golkar juga mendukung Prabowo Subianto sebagai capres.

Menurut Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dapat membawa Indonesia menjadi negara maju.

“Kami merasa Prabowo Subianto adalah tokoh yang tepat untuk melahirkan Indonesia menjadi negara maju,” kata Airlangga.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini bangga empat partai telah bersatu dan mempunyai visi dan misi yang serupa.

Kuat dan Kompetitif

Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno memandang, keputusan PAN dan Partai Golkar bergabung dengan Gerindra dan PKB tak terlepas dari upaya menguatkan posisi Prabowo untuk bertarung di Pilpres 2024.

“Saya kira PKB dan Gerindra itu butuh tambahan amunisi, butuh tambahan dukungan parpol, untuk memastikan Prabowo semakin kuat, semakin kompetitif dan menang di Pilpres 2024,” ujar Adi.

PAN dan Partai Golkar saat ini juga berpandangan Prabowo Subianto unggul dari sisi elektabilitas atau tingkat keterpilihan ketimbang dua bacapres lainnya.

“Ada keyakinan dari Golkar dan PAN sepertinya Prabowo akan menang di 2024, makanya mau berkoalisi. Bagi Gerindra dan PKB tentu ya tambahan partai akan semakin membuat modal mereka semakin naik,” ujar Adi.

Meski begitu, terdapat pula problem yang bakal muncul menyangkut penentuan bakal cawapres. Sebab, kata Adi menambahkan, hal ini merupakan persoalan klasik yang dihadapi ketika banyak partai berada dalam satu koalisi.

Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro lebih menyoroti langkah Partai Golkar yang melabuhkan dukungannya terhadap terhadap Prabowo Subianto selaku bakal capres. Pilihan Airlangga ini dipandang sebagai keputusan realistis. Terlebih, ujar Bawono, Partai Golkar dan Partai Gerindra berasal dari rahim sama.

“Sebagaimana diketahui, di masa lalu Ketum Partai Gerindra Prabowo merupakan bagian dari keluarga besar Partai Golkar. Jadi terdapat kesamaan gen politik,” ujar Bawono.

Back to top button