Kanal

Jejak Historis Hamas dan Brigade Al Qassam Menentang Pendudukan Israel

Dalam hamparan pasir dan reruntuhan di Gaza, tersemat cerita panjang tentang perlawanan yang tak kenal lelah. Di tengah badai konflik yang tak pernah reda, muncullah nama Hamas dan Brigade Izz ad-Din al-Qassam, menjadi simbol perlawanan dan harapan bagi rakyat Palestina.

Mungkin anda suka

Situasi memanas di Bumi al-Quds terjadi sejak sebagian besar wilayah Palestina dicaplok Israel pada 1948. Peran Hamas dan sayap militernya, Brigade Izz ad-Din al-Qassam, menjadi semakin penting untuk dipahami.

Hamas, sebuah akronim dari “Harakat al-Muqawamah al-Islamiyya” atau Gerakan Perlawanan Islam, lahir dalam keadaan penuh gejolak di Gaza, Palestina, pada tahun 1987. Dibentuk sebagai cabang dari Brotherhood Muslim di Palestina, Hamas mengemban misi untuk membebaskan tanah Palestina dari pendudukan Israel.

Maszlee Malik dalam bukunya, Hamas: daripada Underground kepada Parti Pemerintah, menerangkan penyebab munculnya Hamas bukanlah kekecewaan terhadap Syekh Ahmad Yasin, ulama kharismatik yang memimpin dari atas kursi roda yakni al-Harakiyyin (MAN) atau Fatah serta manuver Partai Likud dari Israel. Cikal bakal gerakan Hamas sudah mewujud jauh sebelumnya.

post-cover
Syekh Ahmad Yasin. (Dok. Wiki)

Sebagai gambaran, nama divisi militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, diambil dari Syekh Izz ad-Din al-Qassam (1882-1935). Dia adalah seorang pemimpin perlawanan Palestina yang menolak migrasi besar-besaran etnis Yahudi ke tanah airnya dalam periode 1917-1948.

Munculnya Hamas lebih dilatari keterlibatan Ikhwanul Muslimin (IM/al-Ikhwan). Gerakan yang bermula di Mesir pada 1928 itu sesungguhnya telah memerangi invasi Zionis di Palestina sedari mula. Namun, kontribusinya sempat meredup ketika Gamal Abdel Nasser (1918-1970) menguasai Mesir dan menindas aktivis-aktivis Islam setempat.

Perang Arab-Israel 1967 menggencarkan lagi aktivitas mereka di Palestina. Kaderisasi dipusatkan di masjid-masjid atau rumah-rumah penduduk. Malik mencatat, pada 1979 lebih dari 750 unit masjid berdiri di Gaza dan Tepi Barat sebagai hasil usaha IM.

Namun, perjalanan menuju misi ini tidak semulus ideologi yang mereka usung. Konflik dan perbedaan pendapat dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) sering kali menciptakan dinamika politik yang kompleks di wilayah konflik abadi ini.

Hamas menawarkan diri sebagai alternatif militer dan politik terhadap PLO, yang dianggap terlalu moderat dan kompromis terhadap Israel. Pada awalnya, Hamas dikenal lebih karena aksi sosial dan keagamaannya, namun, perubahan strategis terjadi seiring dengan eskalasi kekerasan di wilayah tersebut.

Sayap Militer Hamas

Brigade Izz ad-Din al-Qassam adalah instrumen utama Hamas dalam melawan kekuatan militer Israel. Dibentuk oleh Sheikh Ahmad Yassin, brigade ini menjadi simbol perlawanan militer dan determinasi rakyat Palestina untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

Pengamat Politik Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menguraikan bagaimana brigade ini bertujuan untuk melindungi rakyat Palestina saat jalur diplomasi dianggap gagal.

Menurut Machmudi, “Ketika Sayedh Alfata dengan PLO-nya berdamai dan senjata dilucuti, tidak ada perkembangan berkaitan dengan realisasi kemerdekaan. Oleh karena itu, dibentuklah sayap militer yang digunakan untuk melindungi rakyat dan juga Kota Suci,” katanya kepada inilah.com.

Intifada: Refleksi Perlawanan Massa

Intifada, yang berarti ‘guncangan’ atau ‘pemberontakan’ dalam bahasa Arab, adalah sebuah fenomena perlawanan massa yang bermula pada akhir 1987. Intifada pertama melibatkan aksi-aksi seperti melempar batu dan demonstrasi massal, yang seiring waktu berubah menjadi bentuk perlawanan yang lebih terorganisir dan bersenjata.

Machmudi melihat potensi evolusi intifada dalam konteks serangan roket terbaru dalam Operasi Badai Al-Aqsa, Sabtu (7/10/2023) lalu.

post-cover
Warga Palestina memeriksa puing-puing Masjid Yassin setelah terkena serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza pada Senin, 9 Oktober. Adel Hana/AP

Serangan serentak dari udara, darat dan laut oleh Hamas mengentak dunia. Bertepatan dengan 50 tahun Perang Yom Kippur tahun 1973, Hamas merobek-robek pertahanan Israel yang dipagari beragam peralatan canggih seperti sistem antiserangan udara Iron Dome serta sistem pendeteksi lainnya. Operasi militer yang mereka susun rapi, terkendali, senyap, dan terkoordinasi dengan baik dan efektif.

“Roket-roket itu seperti sebuah intifada yang mereka lakukan,” kata Machmudi, menekankan bahwa dampaknya besar mengingat kekuatan militer Israel yang signifikan.

Tidak lama setelah Intifada Pertama meletus, ketua IM cabang Gaza Syekh Ahmad Yasin dan rekannya, Abdul Aziz al-Rantissi, mendirikan Hamas pada 1987. Kemerdekaan Palestina 100 persen menjadi tujuannya.

Artinya, mereka menghendaki pemulihan wilayah negara itu sebagaimana adanya pada 1948. Eksistensi Israel dianggapnya ilegal. Hingga tahun 2017, hal itulah yang terutama membedakannya dari Fatah.

Intifadah merujuk kepada dua periode besar pemberontakan oleh rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel.

Intifadah Pertama (1987-1993):

Dimulai pada Desember 1987 sebagai reaksi terhadap kebijakan pendudukan Israel.
Pemberontakan ini terutama non-kekerasan pada awalnya, meskipun kemudian berkembang menjadi lebih kekerasan seiring berjalannya waktu.

Intifadah pertama menghasilkan kesadaran internasional yang meningkat terhadap masalah Palestina dan berkontribusi pada proses perdamaian Oslo, yang dimulai pada tahun 1993.

Intifadah Kedua (2000-2005):

Juga dikenal sebagai Intifadah Al-Aqsa, dimulai pada September 2000 setelah kunjungan Ariel Sharon, pemimpin Israel saat itu, ke kompleks Masjid Al-Aqsa.

Pemberontakan ini lebih kekerasan dibandingkan dengan intifadah pertama dan mengakibatkan korban jiwa yang signifikan di kedua sisi.

Hamas: Cap Teroris atau Pejuang Kemerdekaan?

Label teroris yang seringkali diarahkan kepada Hamas oleh sejumlah negara barat dan organisasi internasional, menimbulkan pertanyaan penting tentang bagaimana kelompok ini dilihat di mata dunia.

Di satu sisi, aksi-aksi militan mereka terhadap Israel mengundang kecaman; di sisi lain, ada yang melihat Hamas sebagai pejuang kemerdekaan yang berjuang untuk hak-hak rakyat Palestina.

post-cover
Warga berjalan di dekat mural yang menggambarkan Yasser Arafat. Semasa hidupnya, pemimpin PLO itu berjuang untuk kemerdekaan Palestina.  (AP Photo/Nasser Nasser) – (AP)
 

Hamas mengalami isolasi politik dari banyak negara barat dan organisasi internasional, yang seringkali mendukung Israel. Namun, Hamas juga memiliki sekutu, dan dukungan dari negara-negara mayoritas Muslim menunjukkan bahwa pengaruhnya di panggung internasional tidak bisa diabaikan.

Dinamika antara Hamas dan Fatah, partai utama dalam PLO, juga mencerminkan bagaimana konflik internal Palestina mempengaruhi perjuangan bersama mereka melawan pendudukan Israel. Perbedaan pendekatan antara kedua entitas ini seringkali menimbulkan gesekan dan mempengaruhi perlawanan terhadap Israel.

Dengan memahami latar belakang dan operasi Hamas serta Brigade Izz ad-Din al-Qassam, kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kompleksitas konflik Israel-Palestina. Sejarah intifada juga memberikan konteks penting mengenai evolusi perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel. [Inu/Harris Muda] 

Back to top button