Hangout

INILAHREWIND: Gagal Ginjal Akut dan Petaka Obat Sirop Tercemar

Begitu pedih, melihat anak Indonesia tiba-tiba tidak berdaya. Lesu, karena di usia yang begitu muda didapati menderita gagal ginjal akut misterius.

Miris, seharusnya mereka sedang menikmati tahap tumbuh kembang ternyata harus menghadapi masalah kesehatan yang begitu berat.

Mungkin anda suka

Bermula pada Oktober 2022, tiba-tiba informasi mencuat terkait anak-anak meninggal di Gambia, Afrika. Hal tersebut diduga kuat karena konsumsi obat sirop produksi India.

Masyarakat Indonesia pun menjadi cemas, terutama para orang tua yang memiliki anak usia balita. Masa usia tersebut adalah yang paling sulit konsumsi obat kecuali obat sirop ketika anak-anak sedang mengalami flu dan batuk.

Pasien gagal ginjal akut Misterius di Indonesia ternyata banyak yang berusia 1 sampai 5 Tahun.

Gonjang ganjing kabar obat sirop yang diduga menjadi sebab gagal ginjal akut pada anak ini semakin memanas. Belum juga usai COVID-19 yang banyak memakan korban anak-anak, kini muncul lagi kasus misterius tersebut.

Sampai akhirnya, BPOM RI mengeluarkan peringatan untuk para dokter dan tenaga kesehatan tidak meresepkan obat sirop kepada pasien sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan saat itu.

BPOM RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) kala itu terus mengatasi masalah ini agar masyarakat Indonesia tidak panik. Namun, kepanikan justru sudah terjadi di kalangan orang tua yang memiliki anak usia di bawah 10 tahun.

Obat sirop untuk demam, batuk dan flu kerap menjadi andalan orang tua untuk penolong agar anak-anak bisa kembali menjalani aktifitas sehari-hari. Ternyata, kebiasaan ini harus jauh-jauh dihindari. Masyarakat diimbau untuk menyingkirkan dan membuang obat sirop yang sudah dikonsumsi sebelumnya di rumah.

Hasil penelusuran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mendapati obat sirop yang dikonsumsi anak-anak tercemar zat kimia berbahaya.

Karena, pada dasarnya, obat-obatan yang terjual bebas dan biasanya aman dikonsumsi menggandung zat kimia terlarang yaitu dietilen glikol (DEG) dan Etilen Glikol (EG).

Sebagai orang tua, tentu hal ini jauh dari jangkauan kemampuan mereka untuk mengetahui isi kandungan di dalam obat sirop yang diduga menjadi penyebab gagal ginjal akut misterius pada anak itu.

Obat sirop yang beredar bebas di apotik serta supermarket ternyata tidak boleh digunakan. ratusan anak Indonesia tiba-tiba mengalami gagal ginjal misteris dan meninggal dunia.

Kemenkes Imbau Nakes Tidak Resepkan Obat Sirop ke Anak

Meningkatnya kasus gagal ginjal akut pada anak misterius, karena diduga adanya campuran senyawa yang berbahaya dalam obat sirop, membuat Kemenkes RI meminta apotek dan tenaga kesehatan (nakes) di rumah sakit untuk sementara menghentikan pemberian resep obat-obatan sirop kepada anak-anak.

“Sementara ini ditemukan jejak senyawa yang berpotensi mengakibatkan gagal ginjal akut progresif a-tipikal ini. Kemenkes sudah meminta untuk sementara ini tidak meresepkan obat-obat atau memberikan obat-obat dalam kesediaan cair atau sirop sampai hasil penelitian tuntas,” juru bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril dalam temu media virtual Perkembangan Acute Kidney Injury (AKI) di Indonesia, Jakarta, Rabu, (19/10/2022).

Sebagai alternatif obat, Kemenkes RI menyarankan agar tenaga kesehatan dan orang tua dapat memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul kepada anak yang mengalami penyakit demam. Tidak hanya itu, Syahril juga meminta agar orang tua memperhatikan frekuensi Buang Air Kecil (BAK) anak.

“Perlu kewaspadaan orang tua yang memiliki anak dengan gejala penurunan jumlah air kencing, dan frekuensi BAK. Bisa dengan atau tanpa demam, diare, batuk, pilek, muntah untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. Utamanya adalah anak balita kalau terjadi penurunan freskuensi BAK,” tegas Syahril.

IDAI temukan kasus gagal ginjal pada anak sejak Januari 2022

IDAI mencatat awal masuk penyakit ginjal ini dimulai sejak Januari sampai bulan Juli 2022, kemudian melonjak sejak bulan Agustus  2022. IDAI juga menyampaikan, bahwa yang menjadi serius adalah ketika jumlah kasus ini melonjak, penyakit gagal ginjal akut misterius ini bukanlah penyakit bawaan atau gen dari orang tua.

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) mengatakan, gejala penyakit gagal ginjal akut misterius yang paling sering ditemukan adalah menurunnya produksi urine, bahkan yang terparah urine tidak dapat keluar sama sekali disertai rasa sakit di perut. Gejala lainnya yang ditemukan adalah demam dan diare, beberapa diantaranya ada juga yang disertai batuk dan pilek.

“Diawali dengan gejala infeksi batuk, pilek, diare dan demam lalu tiga sampai lima hari mendadak tidak ada urine. Betul-betul hilang sama sekali,” ujar Eka Laksmi Hidayati saat temu media melalui zoom meeting, Jakarta, Selasa, (11/10/2022).

Eka mengimbau para orang tua untuk memantau kondisi kesehatan anak-anaknya, salah satu yang paling mudah adalah dengan memeriksa produksi urine anak. Apabila si kecil sulit atau jarang memproduksi urine, serta menunjukkan gejala lain yang telah disebutkan, segera membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dengan begitu, anak-anak dengan cepat mendapatkan pertolongan dari dokter lebih awal agar penyakitnya tidak menjadi semakin parah dan telat tertangani.

Obat gagal ginjal diberikan secara gratis

Untuk mengatasi masalah gagal ginjal tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mempercepat kedatangan Fomepizole sebagai pengobatan pasien dengan gagal ginjal Akut Progresif Atipikal atau Acute Kidney Injuries (AKI). Obat antidotum ini diberikan secara gratis kepada seluruh pasien.

Diketahui 10 dari 11 pasien AKI yang mengkonsumsi obat sirop yang diduga tercemar senyawa kimia tertentu berangsur membaik kondisinya setelah meminum obat ini selama dalam perawatan di rumah sakit rujukan RSCM.

”Kita bisa simpulkan bahwa obat ini (Fomepizole) memberikan dampak positif dan kita akan mempercepat kedatangannya ke Indonesia sehingga anak-anak bisa terselamatkan,” ujar Menkes saat konferensi pers di Istana Negara, Senin (24/10/2022).

”Kita akan memberikan obatnya kepada pasien AKI secara gratis,” tutur Menkes.

Menurut Menkes, pasien AKI itu semula tidak dapat berkemih (buang air kecil/BAK), bahkan dengan cuci darah tidak memberikan perbaikan bahkan sering terjadi perburukan.

Namun setelah konsumsi obat tersebut pasien mulai bisa melakukannya sedikit demi sedikit. Tak hanya itu, pasien yang sebelumnya tidak bisa berkemih mulai berkemih dan anak yang tidak sadar mulai sadar kembali.

Indonesia telah mendatangkan Fomepizole dari Singapura. Selanjutnya akan datang dari Australia, Amerika Serikat, dan Jepang. Kemudian RSCM akan mendistribusikan ke rumah sakit pemerintah yang merupakan rujukan di provinsi.

Terbaru, BPOM ungkap 332 produk obat sirop yang aman

Sehubungan dengan hasil penelusuran dan tindak lanjut terhadap kejadian cemaran Etilen Glikol (EG)/Dietilen Glikol (DEG) yang melebihi ambang batas aman pada sirop obat, BPOM kembali menyampaikan informasi terbaru sebagai berikut:

Hasil penelusuran BPOM terhadap data registrasi terkini, terdapat tambahan sembilan produk obat sirop tidak menggunakan empat pelarut (Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan/atau Gliserin/Gliserol), sehingga saat ini terdapat total 177 produk sirop obat yang tidak menggunakan keempat pelarut, yang dinyatakan aman digunakan sepanjang sesuai aturan pakai.

BPOM juga terus melakukan verifikasi hasil pengujian bahan baku obat dan/atau sirop obat berdasarkan pemenuhan beberapa kriteria, antara lain kualifikasi pemasok, pengujian bahan baku setiap kedatangan dan setiap wadah, metode pengujian yang mengikuti standar/ farmakope terkini serta informasi lainnya yang diperlukan untuk pemastian mutu, keamanan, dan khasiat obat.

Hasil verifikasi periode 30 November hingga 14 Desember 2022, terdapat tambahan 160 produk yang telah memenuhi ketentuan. Dengan demikian, BPOM menyatakan 332 produk sirop obat dari 38 Industri Farmasi (IF) telah memenuhi ketentuan dan aman digunakan sepanjang sesuai aturan pakai.

BPOM cabut izin edar enam perusahaan farmasi

(BPOM) mengeluarkan hasil investigasi dan pengawasan terhadap obat sirop berbahaya yang tidak memenuhi syarat. Ada enam perusahaan farmasi yang melanggar ketentuan dengan sejumlah sanksi, termasuk pencabutan izin edar semua produknya.

BPOM RI mengeluarkan penjelasannya lewat Nomor HM.01.1.2.12.22.188 Tanggal 22 Desember 2022 tentang Tindak Lanjut Investigasi dan Pengawasan BPOM terhadap Sirop Obat yang Tidak Memenuhi Syarat pada Enam Industri Farmasi pada Kamis (22/12/2022).

Penjelasan itu BPOM ungkap setelah menggelar investigasi dan intensifikasi pengawasan melalui perluasan sampling, pengujian sampel produk obat sirop dan bahan tambahan yang digunakan, serta pemeriksaan lebih lanjut terhadap sarana industri.

Dari investigasi dan intensifikasi pengawasan, BPOM telah menetapkan sanksi administratif kepada enam perusahaan farmasi melalui pencabutan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) cairan oral non-betalaktam dan pencabutan seluruh izin edar produk perusahaan farmasi tersebut.

Enam perusahaan farmasi tersebut adalah:

1. PT Yarindo Farmatama

2. PT Universal Pharmaceutical Industries

3. PT Afi Farma

4. PT Ciubros Farma

5. PT Samco Farma

6. PT Rama Emerald Multi Sukses.

Gagal ginjal akut misterius pada anak menjadi potret kelam di dunia kesehatan Indonesia. Baru-baru ini, puluhan keluarga pasien gagal ginjal akut misterius itu menggugat ke Pengadilan Jakarta Pusat. Hal tersebut karena sekitar 50 korban yaitu pasien tersebut ingin pemerintah serta perusahaan bertanggung jawab dan memberikan ganti rugi. Pasalnya, para pasien gangguan ginjal akut tersebut kini mengalami kerusakan saraf.

Mereka menggugat sembilan pihak, yaitu Kementerian Kesehatan, PT Afi Farma Pharmaceutical Industry, PT Universal Pharmaceutical Industry, PT Tirta Buana Kemindo, CV Mega Integra, PT Logicom Solution, CV Budiarta, PT Megasetia Agung Kimia dan BPOM.

Back to top button