Market

Inflasi Global Terbang Tinggi, BI: Indonesia Hadapi Masalah Besar

Perang Rusia-Ukraina membawa petaka ekonomi kepada banyak negara, termasuk Indonesia. Pejabat Bank Indonesia (BI) pun ketar-ketir, menyebut Indonesia menghadapi masalah besar.

Dikutip Senin (6/6/2022), Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Wahyu Agung Nugroho menegaskan, perang Rusia-Ukraina melahirkan kenaikan harga (inflasi) komoditas energi, pangan dan logam.

Ancaman inflasi ini, semakin kuat dengan kebijakan pengetatan moneter yang ditempuh sejumlah maju. “Ini bisa menjadi masalah besar. Beberapa negara mementingkan ekspor energi dan pangan. PDB global berisiko menurun, perdagangan menurun, dan inflasi sangat tinggi. Ini sangat dilematis buat policy maker. Dan kita lihat banyak negara mementingkan stability, sehingga pertumbuhan ekonomi global tahun ini lebih rendah dari perkiraan awal 3,5 persen,” ujar Wahyu.

Sedangkan Deputi Gubernur BI Doni P Joewono mengatakan bahwa saat ini, laju inflasi menjadi indikator yang paling menyedot perhatian. Karena, sejumlah negara, angka inflasinya melonjak tajam, melebihi kenaikan PDB (Produk Domestik Bruto)-nya.

“Yang paling menjadi perhatian BI adalah inflasi, meskipun tetap terkendali di 3,55 persen year on year per Mei, tapi naik. Makanya kami meminta ‘sisklamling’ dijalankan setiap daerah melalui TPID,” ucapnya.

Negeri semaju AS, misalnya, pada April lalu inflasinya sempat menyentuh 8,5 persen. Jauh di atas pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen pada 2021. Asal tahu saja, TPID adalah Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang merupakan wadah koordinasi dengan beranggotakan berbagai instansi pemerintah daerah, Badan Pusat Statistik (BPS), ketua pasar dan perbankan.

Belum berubah dari proyeksi awal, BI masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 di kisaran 4,5 hingga 5,3 persen.

Global rise on tapi perkiraaannya tidak setinggi sebelumnya. Tapi kita bersyukur bahwa neraca pembayaran bagus dan surplus, nilai tukar terkendali, mobilitas masyarakat naik, dan kredit meningkat, sehingga kita confidence. Kita akan melakukan normalisasi kebijakan dimulai dengan Giro Wajib Minimum. Lalu kapan suku bunga naik? Itu kita akan lihat inflasinya seberapa besar,” ungkap Doni.

Pada Rapat Dewan Gubernur 24 Mei lalu, BI mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility 4,25 persen. [ikh]

 

 

 

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button