Direktur Panorama Media Royanto Handaya, mengatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dalam produsen kopi di ASEAN. Roy melihat, kopi di Indonesia tidak hanya menjadi gaya hidup namun juga jadi budaya.
“Itu sebabnya kopi menjadi lifestyle dan juga jadi budaya, di Indonesia kopi sudah ada sejak abad 15 VOC dan sekarang sudah jadi produsen terbesar kedua di ASEAN dan keempat produsen di dunia itu tahun 2020,” papar Roy saat Konferensi Pers Cafe and Brasserrie Expo dan Indonesia Cafe Festival di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2023).
Roy menyebut, menurut data badan pusat statistik di tahun 2020, peringkat Indonesia naik menjadi nomor empat di dunia. Posisi pertama diraih oleh Brasil, lalu Vietnam dan ketiga Kolombia dan disusul Indonesia.
“Kopi di daerah satu dan di daerah lainnya memiliki rasa yang berbeda dan aroma yang berbeda. Itu sebabnya mengapa Indonesia dapat berkembang, Indonesia adalah negara dengan kepulauan yang terbesar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Roy melihat di budaya Indonesia tidak lagi mengarah kepada keterkenalan merek kopi, melainkan ciri khas aroma dan rasa dari kopi itu sendiri. Ini membuat Indonesia menjadi homeground coffee yang merupakan gejala bangga dengan ciri khas produk kopi identitas daerah masing masing.
“Budaya kopi di dunia sudah mengarah kepada pilihan kopi, bukan lagi kita lihat Starbucks, sekarang jamannya speciality coffee karena yang dicari quality dan keunikan kopi,” tambah Roy.
Melihat pelaku kopi yang semakin berinovasi dan juga bekembang, Panorama Media menggandeng Asosiasi Kopi Spesialti Indonesia (AKSI) atau yang juga biasa disebut Speciality Coffee Association Indonesia (SCAI) untuk menggelar Indonesia Coffee Festival.
Acara Festival ini didedikasikan untuk pelaku dan juga pencinta kopi. Tidak hanya itu, acara Indonesia Coffee Festival ini akan digabungkan dengan pameran Café & Brasserie Expo Indonesia yang keenam pada tanggal 5-7 Mei 2023 di hall A, Jakarta Convention Center.
