News

Hasil Studi: Long Covid Bisa Disebabkan Adanya Pembekuan Darah

Menurut sebuah studi baru, masalah kognitif yang terkait dengan Covid jangka panjang atau long Covid mungkin disebabkan oleh pembekuan darah. 

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature Medicine mengamati lebih dari 1.800 orang dewasa yang dirawat di rumah sakit karena Covid dan menemukan peningkatan kadar dua protein – fibrinogen dan D-dimer – lebih sering terjadi pada orang dengan gejala Covid jangka panjang yang mempengaruhi otak mereka. 

Kedua protein tersebut merupakan tanda adanya penggumpalan darah di dalam tubuh.

Menurut Max Taquet, penulis studi di Universitas Oxford, seperti mengutip dari independent, Rabu (11/10/2023), pasien dengan kadar fibrinogen yang tinggi dapat mengalami pembekuan darah di otak yang menyebabkan masalah kognitif, sementara peningkatan kadar D-dimer dapat menyebabkan pembekuan darah di paru-paru yang dapat menyebabkan komplikasi. 

Hal itu bisa mengurangi aliran darah ke otak dan juga menyebabkan kelelahan dan sesak napas.

Studi tersebut menemukan pasien dengan D-dimer konsentrasi tinggi cenderung mengalami kelelahan dan sesak napas pasca-Covid.

“Individu dengan kadar D-dimer yang tinggi tidak hanya lebih rentan terhadap kabut otak tetapi juga menunjukkan peningkatan risiko gangguan pernafasan,” kata Taquet.

Studi tersebut didasarkan pada pemikiran yang muncul pada puncak pandemi bahwa Covid menyebabkan beberapa pasien mengalami gumpalan kecil di paru-paru, dan berpotensi di otak mereka, sehingga menyebabkan berbagai penyakit, masalah memori jangka panjang, konsentrasi dan berpikir.

Danny Altmann, seorang profesor imunologi di Imperial College London, dan pakar long Covid terkemuka, mengatakan hal ini adalah langkah maju dalam pemahaman tentang stratifikasi long Covid dan beberapa mekanisme yang mendasarinya.

Temuan ini menunjukkan bahwa pengujian kadar protein darah pasien dapat memperingatkan dokter tentang mereka yang harus dirawat karena pembekuan darah sejak dini dan menandai pasien Covid-19 yang paling mungkin mengalami kabut otak dan gejala Covid jangka panjang lainnya. 

Namun, biomarker tidak akan mengidentifikasi semua pasien yang berisiko.

WHO Perkirakan Ada Sekitar 36 Juta Orang Alami Long Covid

Diperkirakan hampir 36 juta orang di wilayah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Eropa mungkin pernah mengalami long Covid dalam tiga tahun pertama pandemi ini.

Namun Chris Brightling, profesor kedokteran pernapasan di Universitas Leicester dan salah satu penulis studi terbaru, mengatakan pasien Covid sudah lama tidak mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan.

“Kita sekarang berada dalam situasi di mana Covid bersaing dengan semua kebutuhan sistem layanan kesehatan lainnya, yang berarti ada risiko pasien dengan Covid yang berkepanjangan tidak mendapatkan perhatian yang diperlukan karena ini adalah kondisi yang masih belum kunjung hilang,” katanya.

Masih menurutnya, banyak pasien yang menderita namun belum pulih sepenuhnya.

Hal ini terjadi ketika kekhawatiran meningkat terhadap varian baru BA.2.86 Covid. 

Meskipun varian baru ini tidak diklasifikasikan sebagai varian yang menjadi perhatian, para ilmuwan mengatakan, varian tersebut membawa sejumlah mutasi besar.

Back to top button