Hangout

Hari Kartini, Inilah 6 Perempuan Berpengaruh di Indonesia

Tanggal 21 April diperingatan sebagai Hari Kartini. Raden Ajeng Kartini atau R.A. Kartini merupakan salah satu pahlawan perempuan yang perjuangannya banyak menginspirasi masyarakat Indonesia.

Salah satu yang diperjuangkan R.A. Kartini adalah mendapatkan pendidikan yang layak bagi perempuan. Karena di masa itu, kaum perempuan Indonesia begitu sulit untuk mendapatkan pendidikan dibanding dengan kaum laki-laki.

Oleh karena jasanya itu, perempuan masa kini sudah dapat menerima pendidikan yang layak. Berikut adalah daftar perempuan berpengaruh di Indonesia yang Inilah.com himpun.

1. Megawati Soekarnoputri

Siapa yang tidak kenal Megawati Soekarnoputri. Selain dikenal sebagai putri pertama dari Presiden pertama Indonesia, ia juga terkenal dengan pencapaiannya mengikuti jejak sang Ayah menjadi presiden Republik Indonesia.

Perempuan kelahiran 23 Januari 1947 ini memiliki nama lengkap Dyah Megawati Setyawati Soekarnoputri sudah mengenyam pendidikan Sekolah Dasar pada umur 7 tahun. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya hingga berkuliah di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sebagai titisan sang Ayah, Mega sudah terjun ke dunia politik sejak masih aktif berkuliah dengan aktif berorganisasi di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Di usianya yang ke 39 tahun, ia terpilih menjadi pengurus PDI Jakarta Pusat pada tahun 1986. Setahun kemudian ia menjadi anggota DPR RI tahun 1987-1992.

Karir politiknya semakin menguat setahun setelah mengabdi di DPR, ia terpilih sebagai Ketua Umum PDI 1993-1998. Di tahun kedua pemilihannya sebagai ketua PDI, pada tahun 2001 Mega berhasil menduduki jabatan presiden menggantikan Abdurrahman Wahid yang hanya menjabat dari 1999-2001.

2. Retno Marsudi

Retno Lestari Priansari Marsudi merupakan menteri perempuan pertama di Kementerian Luar Negeri Indonesia. Dilantik pada 27 Oktober 2014, karir Retno sebagai Menteri Luar Negeri masih bertahan hingga periode ini.

Perempuan yang akrab dikenal Retno Marsudi merupakan lulusan dari jurusan Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Selain itu, ia juga mengenyam pendidikan di beberapa program studi lain, yaitu “Undang-Undang Uni Eropa” di Haagse Hogeschool di Den Haag dan “Studi Hak Asasi Manusia” di Universitas Oslo.

Di usia ke 30, Retno memulai karirnya sebagai diplomat. Ia mendapatkan tugas ke Australia untuk membahas isu yang memojokkan Indonesia karena pembantaian warga Timor Leste di Santa Cruz, Dili. Di tahun 1997, ia kemudian dikirim ke Belanda sebagai sekretaris bidang ekonomi di Kedutaan Besar RI di Den Haag, Belanda.

Ia kemudian diutus sebagai dubes Indonesia untuk Norwegia dan Islandia pada usia 43 tahun. Setelahnya, ia dipilih kembali untuk menjabat sebagai dubes RI untuk Belanda selama dua tahun. Kembalinya ke Jakarta, dia diangkat oleh Presiden Joko Widodo untuk  menjabat sebagai menteri luar negeri RI periode 2014-2019, dan hingga kini.

3. Sri Mulyani Indrawati

Sri Mulyani Indrawati merupakan perempuan kelahiran 26 Agustus 1962 asal Lampung. Ia merupakan perempuan sekaligus orang pertama yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia dari Indonesia mulai 1 Juni 2010.

Sri Mulyani juga sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Bersatu, Susilo Bambang Yudhoyono. Saat menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia, ia meninggalkan jabatannya sebagai menkeu.

Terkenal sebagai pengamat ekonomi di Indonesia, Sri Mulyani pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998.

Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Lalu tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian  Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia.

Sri Mulyani berhasil dinobatkan sebagai menkeu terbaik seasia pada tahun 2006 oleh Emerging Markets di Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura. Ia juga masuk ke dalam perempuan paling berpengaruh dunia versi majalah Forbes dan majalah Globe Asia.

4. Mari Elka Pangestu

Mari Elka Pangestu merupakan putri dari J. Panglaykim, ekonom terkenal di Indonesia. Perempuan kelahiran 23 Oktober 1956 ini mengenyam pendidikan di Australian National University tahun 1986 dan melanjutkan studinya di Universitas California dan mendapat gelar Ph.D dibidang Perdagangan Internasional.

Mari dikenal aktif dalam berbagai forum ekonomi seperti PECC dan CSIS serta pernah mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sebagai seorang ekonom, ia pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan Indonesia pada periode 2004-2011.

Perempuan keturunan Tionghoa-Indonesia kemudian pernah menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selepas beliau menjabat sebagai menteri perdagangan. Karirnya semakin melejit ketika pada 9 Januari 2020, Mari ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan di Bank Dunia.

5. Najwa Shihab

Najwa Shihab atau yang akrab disapa Nana merupakan perempuan kelahiran 16 September 1977. Ia putri kedua dari tokoh cendekiawan muslim terkenal di Indonesia, Prof. Dr. Quraish Shihab.

Menempuh pendidikan Jurusan Ilmu Hukum di Universitas Indonesia, Najwa lebih memilih terjun ke dunia jurnalistik dibandingkan menjadi seorang pengacara. Namanya melejit ketika ia memberitakan fenomena Tsunami Aceh dan menyebut pemerintah kurang siap dalam menghadapi bencana tersebut.

Ia mendapat penghargaan dari PWI Jaya tahun 2005 untuk laporannya saat bencana tsunami melanda Aceh di tahun 2004. Di tahun 2006, ia terpilih sebagai jurnalis terbaik Metro TV. Di tahun 2009, Najwa memiliki program gelar wicara yang dinamakan Mata Najwa.

Najwa juga terpilih sebagai Young Global Leader dari penghargaan World Economic Forum (WEF) di tahun 2011. Tahun 2018, Najwa mendirikan Narasi, sebuah perusahaan berita yang mengelola berbagai konten.

6. Nurhayati Subakat

Nurhayati merupakan pendiri dari merek kosmetik terkemuka di Indonesia, Wardah Kosmetik. CEO dari PT Paragon Technology and Innovation ini sukses mengelola berbagai macam merek kosmetik seperti Wardah, Make Over serta perawatan rambut Putri dan IX.

Perempuan kelahiran 27 Juli 1950 ini merupakan lulusan dari jurusan Farmasi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Nurhayati mengawali karirnya sebagai seorang apoteker di salah satu rumah sakit di Padang.

Di tahun 1995, ia mulai meluncurkan kosmetik yang ditujukan untuk konsumen muslimah, yaitu Wardah. Dengan mengedepankan prinsip kosmetik halal, Wardah berhasil menjadi salah satu produk yang dipilih mayoritas muslim di Indonesia.

Di tahun 2011, PT Pusaka Tradisi Ibu milik Nurhayati Subakat kemudian berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation yang menaungi ratusan item kosmetik dengan pertumbuhan usaha sangat tinggi.

Back to top button