Market

Hans Kwee: Jelang Pemilu IHSG Biasanya Naik 14-15 Persen

Senin, 09 Jan 2023 – 15:32 WIB

Hans Kwee: Jelang Pemilu IHSG Biasanya Naik 14-15 Persen - inilah.com

Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee di Jakarta, Senin (9/1/2023) memperkirakan, belanja pemilu mencapai kisaran Rp120-270 triliun sehingga saham-saham sektor consumer goods menjadi menarik. (Foto: Inilah.com/Didik Setiawan)

Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee mengatakan, secara historis, satu tahun menjelang pemilihan umum (pemilu), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan 14-15 persen. Ini terjadi lantaran meningkatnya belanja politik.

“Belanja itu mungkin akan ada Rp120 sampai Rp270 triliun yang meningkat karena pemilu, sehingga sektor consumer goods itu menarik. Biasa setahun sebelum pemilu indeks bisa naik 14-15 persen, kalau tahun pemilu 10 persenan ada,” ujar Hans seperti dikutip Antara di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Lebih jauh ia memperkirakan, IHSG bakal cenderung volatile alias limbung pada semester I 2023. Akan tetapi, indeks bisa kembali bangkit pada semester berikutnya dan mencapai level 7.500.

Penerawangan itu datang dari “Saya pikir indeks bisa 7.400-7,500 di akhir tahun karena di semester II kemungkinan indeks akan reli lagi naik ke atas, tapi semester I ini mungkin agak volatile,” ucapnya.

Aktivitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun lalu tumbuh positif, tercermin dari kinerja IHSG yang mencapai 6.850,62 pada akhir tahun 2022, meningkat 4,09 persen dari posisi akhir tahun sebelumnya, meski lebih rendah dari 2021 yang tumbuh 10,1 persen.

Saat ini IHSG berada di level 6.670, menurun 2,69 persen dibandingkan posisi pada akhir Desember 2022 lalu (year to date/ytd).

“Sebenarnya tahun lalu kita berprestasi bagus sih indeks Indonesia. Tahun ini sebenarnya pasar cukup positif karena The Fed itu diperkirakan mencapai puncak suku bunga. Jadi mungkin ada kenaikan 50 sampai 100 basis poin dan pasar berharap The Fed segera menurunkan suku bunga setelah itu,” kata Hans.

Kendati demikian, lanjutnya, memang ada faktor di luar perkiraan pelaku pasar yaitu China yang tiba-tiba mencabut kebijakan ketat anti-COVID di tengah lonjakan kasus di negara tersebut.

“Memang ada faktor yang agak di luar prediksi yaitu China yang mendadak mengubah kebijakannya tentang zero COVID di Desember. Ia membuka diri sehingga terjadi balancing portfolio. Makanya di Desember kita gak ada Santa Claus Rally, terlihat ada dana asing yang keluar dari pasar kita,” ujar Hans.

Secara umum isu sentral yang akan dihadapi pada tahun ini yaitu bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang masih beberapa kali akan menaikkan suku bunga meski relatif terkendali, yang diperkirakan juga akan diikuti oleh bank sentral lainnya seperti European Central Bank (ECAB) dan Bank of England (BoE).

“Tampaknya mereka akan mengekor The Fed, gak akan terlalu agresif. Kemudian pasar menanti apakah inflasi benar-benar turun tidak, indikasi awal inflasi di AS sudah turun terus ya menjadi 7,1 persen dari paling tinggi 9,1 persen. Eropa juga turun inflasinya dari paling tinggi di November, lalu mulai turun di Desember dan diperkirakan akan turun turus,” kata Hans.

Investor kemungkinan akan keluar dari saham-saham berkapitalisasi besar pada paruh pertama tahun ini, termasuk sektor perbankan. Namun, kata dia, saham-saham tersebut akan kembali dibeli pada semester II-2023.

Sementara untuk saham-saham komoditas diprediksi hanya bagus sampai musim dingin lalu terkoreksi saat musim itu berakhir. Sedangkan sektor teknologi berpeluang rebound pada paruh kedua 2023.

Back to top button