Market

Genjot Kredit, BNI Bidik Sektor Turunan Komoditas

Menumbuhkan kredit pada 2022 ini, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menangkap peluang pengembangan bisnis ke area sektor downstream atau sektor turunan komoditas.

Corporate Secretary BNI Mucharom menyampaikan potensi pertumbuhan kredit tahun ini tergolong cukup tinggi lantaran banyak sektor yang kembali membukukan peningkatan kinerja cukup baik, khususnya dari sektor turunan komoditas.

“Sektor downstream komoditas ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Kami melihat banyak pembangunan smelter akan sangat marak dan besar,” ujar Mucharom dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (8/5/2022).

Ia menilai hal ini pun sejalan dengan arahan dari pemerintah agar komoditas andalan Tanah Air dapat dijual ke luar negeri dengan nilai tambah lebih tinggi.

Pemerintah mulai banyak melarang barang yang belum jadi sehingga semua proses pengolahan terjadi di dalam negeri, sehingga kebijakan tersebut diharapkan menjadi mesin pertumbuhan segmen korporasi swasta.

Mucharom mengutarakan pertumbuhan kredit BNI tahun ini masih sesuai target awal tahun karena beberapa nasabah top tier sudah mulai menunjukkan perbaikan kinerja seperti infrastruktur, listrik dan gas, pergudangan, serta digital.

Hal ini juga sejalan dengan penurunan restrukturisasi kredit yang membantu BNI untuk dapat melakukan ekspansi lebih berkualitas.

“Kami akan tetap dengan target awal kami di high single digit. Kami lihat potensi pertumbuhan tinggi sejak awal tahun ini, sehingga kami cukup percaya diri,” katanya.

Ia menjelaskan kredit di segmen business banking masih menjadi motor akselerasi bisnis kredit BNI, dengan pertumbuhan 4,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy) menjadi Rp489,3 triliun.

Pertumbuhan ini terutama pembiayaan ke segmen korporasi swasta yang tumbuh 9,9 persen (yoy) menjadi Rp193,2 triliun, segmen large commercial 24,5 persen (yoy) menjadi Rp46,1 triliun, serta segmen UMKM yang tumbuh 11,8 persen (yoy) dengan nilai kredit Rp98 triliun. [ikh]

Back to top button