Market

Gelontorkan Lagi Subsidi Pupuk Rp14 Triliun: Jokowi Berpolitik untuk Siapa?


Selain menggelontorkan banyak program bantuan sosial (bansos) yang anggarannya nyaris Rp500 triliun pada 2024, Presiden Jokowi menambah subsidi pupuk Rp14 triliun. Bau sangit politik sulit ditutupi.

Mungkin anda suka

“Mungkin saja Presiden Jokowi ingin sampai lengser nanti, approval rating atau tingkat kepuasan publik terjaga tinggi. Selain pupuk (tambahan subsidi) juga ada bansos beras yang diberikan sampai Juni nanti,” kata Khudori, Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Jumat (5/1/2024).  

Dugaan Khudori bisa benar, namun bisa juga meleset. Meleset dalam artian, efek dari bansos dan subsidi pupuk itu, bukan untuk citra Jokowi. Namun untuk sang anak yang kini menjadi peserta dari kontestasi politik lima tahunan.

Sebut saja Gibran Rakabuming Raka, saat ini menjadi calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2. Dan, Kaesang Pangarep yang saat ini juga sedang memperjuangkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) lolos ke Senayan.

Apalagi Kaesang memasang target tinggi. Minimal, PSI punya 1 kursi DPR per daerah pemilihan (dapil). Pada Pemilu 2024, terdapat 84 dapil yang tersebar di 38 provinsi. Artinya, minimal 84 kader PSI lolos ke DPR-RI.

Wajar jika Jokowi berjuang keras untuk meraih simpati masyarakat. Termasuk memanfaatkan program-progam bansos dan subsidi pupuk yang nilainya lebih dari Rp500 triliun, demi memikat hati rakyat. Kalau kinerjanya memuaskan, diharapkan memberikan efek ekor jas (coat-tail effect) kepada kedua anaknya itu.

Kembali menyoal tambahan subsidi pupuk Rp14 triliun itu, Khudori menyebutnya itu bukan solusi dalam mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi. Sejatinya, banyak masalah yang menjerat dan membelenggu sektor pertanian, termasuk padi.

“Pupuk hanya salah satu. Di luar itu ada soal benih, soal kredit untuk usahatani, benih, air, lahan yang kian menciut, iklim-cuaca yang kian sulit diprediksi, pasar yang tidak terkoneksi dengan petani, penyuluhan yang makin mengempis, dan lain-lain,” kata Khudori.

Artinya, kata Khudori, apabila Presiden Jokowi hanya menambah anggaran subsidi pupuk Rp14 triliun, selanjutnya berharap produksi padi langsung melejit, sangat tidak tepat.  

“Selama semua masalah pertanian-pangan itu masih ada, penambahan anggaran subsidi itu tak lebih sebagai obat penghilang nyeri. Nyerinya hilang tapi penyakitnya tidak sembuh. Karena apa? Karena tidak menyentuh akar dan jantung masalah pupuk bersubsidi,” tuturnya.

 

Back to top button