Market

Gapki: Ekspor CPO Setor Devisa hingga Rp327 Triliun per Agustus 2023

Sumbangan devisa dari industri sawit Indonesia sebesar USD20,6 miliar atau Rp327 triliun periode Januari-Agustus 2023. Meski tidak sebaik tahun lalu karena tekanan perlambatan ekonomi global.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia ( Gapki ) mengungkapkan devisa tersebut bersal dari 36,3 juta ton  ekspor biodiesel, dan ekspor oleokimia lebih dari 23,4 juta ton.

“Industri sawit akan terus berkontribusi kepada negara meskipun dibayangi tantangan ekonomi dan geopolitik global,” ujar Ketua Umum Gapki, Eddy Martono dalam acara IPOC 2023 bertajuk Enhanching Resiliency Amid Market Ucertainty di Bali, Kamis (2/11/2023).  

Dia memproyeksikan sepanjang 2023 kinerja industri kelapa sawit tidak lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dari segi harga tahun ini tidak sebaik tahun lalu. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada semester I 2023.

Pada semester I 2022, Addy menjelaskan rata-rata harga CPO di bursa komoditas Rotterdam sempat mencapai USD 1.659,6 per ton seperti mengutip dari investing.com. Kemudian pada semester I 2023 rata-rata harganya menjadi USD 950,8 per ton. Secara kumulatif, rata-rata harganya melemah 42,7% dibanding semester I tahun lalu.

Sementara berdasarkan prediksi Bank Dunia, harga minyak sawit akan cenderung naik lagi tahun depan rata-rata menjadi USD1.020 per ton pada 2024.

“Kami memperkirakan, harga baru akan bullish pada 2024 karena beberapa faktor salah satunya El Nino yang kami alami tahun ini akan mempengaruhi produksi tahun depan,” kata dia.

Saat menyinggung tentang dampak fenomena El Nino tahun ini juga berpotensi mempengaruhi produksi tahun depan. Meskipun pemerintah menerapkan mandatori B35 dan peningkatan konsumsi pangan.

Apalgi lagi, penurunan harga minyak sawit global yang dipicu melemahnya daya beli akibat perlambatan ekonomi di berbagai negara dan melimpahnya stok di negara-negara produsen.

“Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar mengalami stagnasi produksi dalam beberapa tahun terakhir juga akibat lambatnya kemajuan dalam penanaman kembali oleh petani kecil,” kata dia. 

Back to top button