Market

Tahun Depan, S&P Ramalkan Ekonomi Asia Pasifik Bikin Kejutan

Ada informasi menarik yang dirilis S&P Global Market Intelligence bahwa perekonomian negara-negara Asia Pasifik bakal menjulang pada tahun depan.

Dalam laporan S&P yang dikutip Sabtu (29/10/2022), memprediksikan Asia Pasifik akan mencapai pertumbuhan riil sebesar 3,5% pada 2023. Sedangkan Eropa dan Amerika Serikat (AS) berpeluang mengalami resesi.

“Asia Pasifik, yang menyumbang 35% PDB dunia, akan mendominasi pertumbuhan global di 2023, didukung oleh perjanjian-perjanjian perdagangan bebas lingkup kawasan, rantai pasokannya yang efisien, dan bersaing dari sisi biaya-biaya,” kata S&P.

Lembaga pemeringkat tersebut memangkas proyeksi pertumbuhan global tahun depan jadi 1,4%. Atau turun 0,6 poin persentase dari proyeksi sebesar 2% pada bulan lalu.

Jika tercapai berarti turun tajam dari pencapaian pertumbuhan global 5,9% pada 2021. Bahkan lebih rendah dari ekspektasi S&P yang sebesar 2,8% untuk 2022.

S&P menjelaskan prospek negatif di luar Asia Pasifik akan membayangi ekonomi global tahun depan. Tapi dunia kemungkinan mampu menghindar dari resesi.

“Dengan pertumbuhan moderat di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika, ekonomi dunia dapat menghindari perlambatan, tapi pertumbuhannya akan minimal,” ujar Sara Johnson, direktur eksekutif riset ekonomi S&P Global Market Intelligence.

Ia menambahkan bahwa kondisi ekonomi global terus memburuk karena inflasi tetap tinggi dan pasar finansial penuh volatilitas. Eropa, AS, dan Kanada serta sebagian Amerika Latin diperkirakan jatuh ke jurang resesi dalam beberapa bulan ke depan.

Fitch Ratings juga memperkirakan ekonomi AS memasuki teritori resesi pada kuartal II 2023. Namun kondisinya akan ringan saja dibandingkan standar-standar resesi yang sudah ada.

“Proyeksi resesinya sangat mirip dengan 1990-1991, pengetatan agresif oleh The Fed juga mirip dengan yang dilakukannya pada 1989-1990. Tapi, risiko-risiko penurunan itu berasal dari rasio utang terhadap PDB, yang sekarang jauh lebih tinggi dibandingkan 1990-an,” ujar Olu Sonola, kepala ekonom regional AS untuk Fitch Ratings.

S&P melanjutkan bahwa Asia Tenggara dan India akan diuntungkan dari diversifikasi tujuan perdagangan dari Tiongkok daratan. Di tengah volatilitas pasar finansial, India diuntungkan karena ekonominya berorientasi keluar dan tingkat pertumbuhannya relatif tinggi dibandingkan negara-negara serta kawasan lain.

Data dari “CNBC Supply Chain Heat Map” menunjukkan Tiongkok semakin kehilangan dominasinya di sektor manufaktur serta ekspor. Penyebab tidak lain karena gigih mempertahankan kebijakan nir-Covid.

Back to top button