Arena

Gagal Total di Asian Games, Legenda Bulu Tangkis Singgung “Misteri” Olimpiade

Prihatin menjadi kata yang disampaikan legenda bulu tangkis Indonesia Christian Hadinata saat diminta menanggapi kegagalan atlet bulu tangkis Merah Putih di Asian Games 2023.

Pasukan pelatnas PBSI Cipayung tak hanya pulang tanpa medali emas, namun lebih memprihatinkan, Anthony Sinisuka Ginting dan kolega pulang tanpa satu keping medali.

“Ya pertama sih memang prihatin banget ya, karena kan bagaimanapun saya ya di Asian Games itu cukup terlibat juga dulu-dulu, main beregu, main perorangan dan sebagainya. Apalagi 2018 kan kita masih hebat lah, kalau enggak salah dua emas lah, kemarin nol gitu memang tentu prihatin,” kata sosok yang akrab disapa Ko Chris kepada wartawan dikutip Kamis (12/10/2023).

Situasi ini menjadi alarm bahaya bagi target prestasi atlet Indonesia dalam ajang Olimpiade Paris 2024. Apalagi Merah Putih juga punya tradisi emas sejak Olimpiade Barcelona tahun 1992 silam.

“Memang kalau didasari oleh prestasi kemarin (Asian Games), ya sudah, akui memang sulit, tapi ya itu tadi, kita lihat nanti, misteri Olimpiade itu bisa saja terjadi,” ucap Chris.

Sosok peraih lima medali emas Asian Games itu mengaku masih percaya dengan kekuatan yang ia sebut sebagai misteri Olimpiade. Di mana, pebulu tangkis unggulan pertama cenderung akan tampil menurun di ajang bergengsi tersebut.

“Pemain-pemain yang luar biasa hebat sebelum-sebelum, pada saat Olympic berbalik, itu ya satu kata karena beban, tekanan, pressure menjadi terbaik, waktu di Olympic itu luar biasa pressurenya,” ucap pria 73 tahun itu.

Christian Hadinata pun mengambil contoh saat dirinya memimpin ganda putra Ricky Ahmad Soebagdja/Rexy Mainaky di gelaran Olimpiade Atlanta 1996.

Ricky/Rexy yang kala itu menjadi duet superior dan bisa dibilang tak terkalahkan harus berjuang mati-matian menumbangkan wakil Malaysia, Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock di partai puncak Olimpiade 1996.

Ricky/Rexy yang tercatat selalu menang mudah kontra musuh bebuyutannya itu harus tertinggal jauh di game pertama 5-15.

“Mainnya kayak apa, keduanya (Ricky/Rexy) kayak kalah kelas, udah kacau banget,” ucap Chris.

Beruntung, tekanan itu berhasil diatasi Ricky/Rexy di gim kedua dan gim penentuan. Keduanya pun berhasil mempersembahkan satu keping medali emas dengan skor akhir 5-15, 15-13, 15-12.

“Nah itu misteri-misteri seperti itu, tapi dengan catatan juga ya anak-anak harus tetap berlatih keras, berusaha keras, bukan semata-mata mengandalkan soal misteri, tapi banyak kejadian seperti itu, atlet-atlet yang biasa ranking satu dunia, di series-series itu bisa dikatakan hampir gak pernah kalah, di Olimpiade keadaannya bisa sangat begitu,” tegas Chris.

Bagi Chris tekanan saat tampil sebagai unggulan pertama di ajang Olimpiade begitu hebat nya. Hal itu lah yang acap kali membuat para pebulu tangkis dengan label peringkat 1 Dunia kerap terjungkal di ajang bergengsi tersebut.

Namun, Chris mengingatkan, misteri tetaplah misteri, meski kerap terbukti, bukan berarti atlet Indonesia justru bertumpu pada hal ini.

“Tetap harus ada latihan yang benar, fokus, motivasi, dan pola-pola yang mungkin perlu ya para pelatih, karena mereka yang mendampingi, mengikuti kan, pola-pola latihan apa yang bisa untuk menangkal, menetralisir kehebatan lawan yang sekarang sering mengalahkan mereka,” pesan dia.

Chris yang dulu berstatus juara All England dua kali berturut-turut menegaskan jika dirinya tetap optimis, tradisi emas Olimpiade Merah Putih akan tetap berlanjut di Paris 2024 mendatang.

Apalagi, sosok yang disegani itu telah bersedia untuk turun gunung, bergabung dengan jajaran PBSI demi menjalankan tugas sebagai konsultan bagi para atlet penghuni Pelatnas Cipayung.

Back to top button