News

Pagar Makan Tanaman Aparat Keparat Terlibat Perdagangan Ginjal

Praktik perdagangan ginjal di Indonesia, bukan barang baru. Motif ekonomi membuat semuanya nekat. Termasuk aparat Polri dan imigrasi yang seharusnya memberangus praktik ilegal, malah terlibat.

Pekan lalu, publik dibikin kaget dengan terkuaknya kasus perdagangan ginjal ke pasar internasional, yaknmi Kamboja.

Tim Gabungan Polda Metro Jaya, Polda Metro bekasi di bawah asistensi Dittipidum Bareskrim Polri, berhasil membongkar sindikat perdagangan ginjal ke Kamboja.

Awalnya, 12 orang ditetapkan sebagai tersangka. kemudian bertambah 3 orang dari bagian imigrasi Bnadara Ngurah Rai. Penjualan organ tubuh manusia jaringan Kamboja ini, memakan korban sebanyak 122 orang.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Hengky Haryadi, menerangkan, dari 15 tersangka itu, seorang diantaranya adalah aparat kepolisian berpangkat Ajun Inspektur Dua (Aipda) berinisial M, terlibat sindikat.

Aipda M yang bertugas di Polres Bekasi Kota, diduga melakukan obstruction of justice atau penghalangan penyidikan, karena bantu sindikat jual beli ginjal lolos dari kejaran polisi. “Dia (bertugas) di Polres Bekasi Kota,” ujar Hengki, Jakarta, Jumat (21/7/2023).

Dari jasa melindungi anggota sindikat perdagangan organ ginjal ini, Aipda M mendapat uang jasa Rp612 juta. Namun, Aipda M, tidak saling kenal dengan anggota sindikat lainnya. Mereka berhubungan melalui perantara.

Selain itu, ada 4 petugas imigrasi dari Bandara Ngurah Rai yang masuk sindikat perdagangan ginjal ini. Peran mereka cukup penting. Di tangan merekalah, calon penjual ginjal bisa lolos ke luar negeri.

Sebut saja HA, petugas imigrasi Ngurah Rai, tugasnya meloloskan calon donor ginjal ilegal yang akan berangkat ke Kamboja.

Atas perannya itu, HA menerima bayaran antara Rp3,2 juta hingga Rp3,5 juta untuk setiap korban yang berangkat ke Kamboja. Kalau dikalikan 112 orang, maka penghasilannya bisa Rp392 juta.

“Apabila ditanya petugas Imigrasi akan ke mana, para pendonor itu menjawab family gathering, ini surat rekomendasi. Ini ada dua perusahaan yang dipalsukan oleh kelompok ini, seolah-olah akan family gathering, termasuk stempelnya (dipalsukan). Nah, petugasnya karena masuk jaringan, tidak lakukan cek dan ricek lagi,” kata Hengki.

Sedangkan 9 orang dari 15 tersangka itu, berperan sebagai perekrut, penampung, serta mengurus perjalanan korban. Satu tersangka lain merupakan sindikat jaringan luar negeri yang menghubungkan korban dengan rumah sakit di Kamboja.

Oh iya, peran petugas imigrasi sejatinya sangat penting dalam mencegah perdagangan orang, atau organ tubuh ke luar negeri. Pada awal Juli ini, pihak Imigrasi Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

Lima anggota sindikat penjualan ginjal internasional, berhasil digagalkan petugas imigrasi Ponorogo. Kasusnya terungkap saat dua calon penjual ginjal mengurus paspor.

Mereka yang diamankan adalah MM, warga Buduran, Sidoarjo; SH, warga Tangerang Selatan; WI, warga Bogor, Jawa Barat; AT, warga Jakarta; dan IS, warga Mojokerto.

Saat petugas pengurus penerbitan paspor menanyakan alasan MM dan SH pergi ke luar negeri. Saat ditanya kelengkapan berkas, keduanya malah menunjukkan gelagat aneh.

“Ketika wawancara, keduanya mengaku membutuhkan paspor untuk liburan ke Malaysia pada Selasa (4/7/2023),” tutur Kadiv Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jatim, Hendro Tri Prasetyo, Rabu (5/7/2023).

Sore harinya sekitar pukul 15.00 WIB, lanjut Hendro, keduanya kembali ke kantor imigrasi Ponorogo dengan harapan petugas yang mewawancara lengah.

Awalnya, petugas curiga keduanya menjadi pekerja migran nonprosedural atau tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal. “Dalam proses wawancara, petugas kami menyatakan ada indikasi keduanya menjadi pekerja migran nonprosedural,” ujar Hendro.

Akhirnya, keduanya mengaku akan mendonorkan ginjal ke Kamboja, diantarkan tiga orang penyalur. “Ketiga orang tersebut (WI, AT, IS) ternyata menunggu di sekitar Kantor Imigrasi Ponorogo, di sekitar Taman Jeruksing, Jalan Juanda, Ponorogo,” kata Hendro.

Dalam hal ini, WI sebagai perekrut, AT membantu proses permohonan paspor dan akomodasi. Setiap perekrut dijanjikan imbalan Rp150 juta.

“Sebenarnya, WI sempat berangkat ke Kamboja untuk menjual ginjalnya di sebuah Laboratorium di Phnom Penh, namun gagal diambil ginjalnya karena ada masalah kesehatan,” kata Yanto, dilansir detikJatim, Rabu (5/7/2023).

Sepulang dari Kamboja, lanjut Yanto, WI kemudian direkrut dan dipekerjakan oleh sindikat perdagangan ginjal yang ada di Bekasi. WI bahkan sudah pernah mendatangi basecamp sindikat tersebut di Bekasi.

Tapi, tidak semua aparat atau petugas migrasi bermental jahat nan keparat. Banyak pula yang punya komitmen untuk menegakkan aturan. Sehingga, kasus ini bisa terbongkar. Hanya saja, otak dari perdagangan organ manusia ini, harus terus diburu. Agar tak ada kesan tebang pilih.

Gurihnya Bisnis Ginjal

Terbongkarnya sindikat internasional penjual ginjal di Bekasi, Jawa Barat, membuktikan adanya pangsa pasar. Bahwa yang butuh ginjal di dunia ini, cukup banyak. kebetulan, transplantasi ginjal banyak yang sukses di dunia. Beda dengan organ tubuh lainnya.

Dan, praktik jual-beli di Kamboja cukup leluasa. Asal pendonornya setuju, semuanya menjadi legal. Dan, kegiatan operasinya dilakukan di rumah sakit milik pemerintah kamboja yakni RS Preah Ket Mealea.

Ternyata, sindikat sindikat kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang menjual ginjal ke Kamboja itu, sudah beroperasi sejak 2019. Dengan omzet mencapai Rp24,4 miliar.

Penjual ginjal di Indonesia, ternyata banyak juga. Mungkin karena perlu duit cepat yang jumlahnya lumayan besar. Korban penjualan ginjal beragam. Mulai orang berpangkat hingga jalanan. Mulai pendidikannya SD hingga S2.

Sebagian besar mereka kehilangan pekerjaan saat pandemi COVID-19. Profesinya mulai pedagang, guru privat, calon pendonor ini ada S2 dari universitas ternama, buruh, atau sekuriti.

Dari setiap ginjal dihargai Rp135 juta. Selanjutnya, ginjal itu akan dijual seharga Rp200 juta di Kamboja. Artinya pelaku bisa meraup untung kotor Rp65 juta per ginjal. Khusus pengatur mendapat jatah bersih lumayan besar, yakni Rp15 juta per ginjal.

Ternyata, kebutuhan ginjal di Indonesia juga besar. karena banyak warga Indonesia yang terpapar gagal ginjal akut. Untuk memperpanjang usia tak ada obat selain harus cuci darah. Yang paling beruntung adalah mendapatkan donor ginjal.

Saat ini, kebutuhan ginjal sekitar 300 ribu hingga 400 ribu, berdasarkan data Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCI).

Ketua KPCDI, Tony Richard Samosir mengatakan, saat ini, ratusan ribu penderita gagal ginjal kronis di Indonesia itu, tengah menungu giliran untuk transpalansi.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, prevalensi gagal ginjal kronis di Indonesia, naik dari 0,2 persen pada 2013, menjadi 0,38 persen di 2018.

Sedangkan laporan dari Indonesian Renal Registry yang dikeluarkan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), pada 2018 terdapat 132.142 pasien yang aktif melakukan cuci darah (hemodialisis), dan 66.433 pasien baru.

Lalu, sampai kapan penderita ginjal? Tak ada yang bisa menjawab. bahkan, banyak pula penderita gagal ginjal kronis keburu meninggal. saking panjangnya antrian untuk mendapatkan transpalansi ginjal. Hal inilah yang mendorong munculnya praktik-praktik ilegal masih berpeluang terjadi. Karena itu tadi, ada pasar.

Back to top button