News

Tekan Kasus DBD, Waspadai Demam Turun di Hari Ketiga

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi momok masyarakat. Pasalnya, penyakit yang bermula dari nyamuk itu menyerang tak kenal usia bahkan mengakibatkan kematian.

Kementerian Kesehatan telah menyusun strategi nasional penaggulangan penyakit DBD untuk mewujudkan target nol kasus kematian akibat DBD pada 2030.

Mengenai penyakit ini, dokter spesialis anak RS Hermina Jatinegara, Kanya Ayu Paramastri menjelaskan ada beberapa hal yang patut diketahui masyarakat. Salah satunya adalah DBD yang seringkali tidak bergejala di awal-awal membuat banyak masyarakat yang terkecoh.

Terlebih lagi dengan gejala demam yang sudah turun pada hari ketiga. Banyak pasien berpikir bahwa dirinya sudah sembuh, padahal belum tentu.

“Itu yang sering menipu, saat hari ketiga sudah tidak demam dipikir sudah sehat, padahal itu kritis,” ucap Kanya, Minggu (5/11/2023).

Kanya menjelaskan infeksi DBD memiliki pola gejala yang khas yaitu seperti pelana kuda, dengan demam di tiga hari pertama terkesan sangat umum mirip infeksi demam biasa yaitu panas, pegal-pegal dan sakit pada mata.

Namun, setelah lebih dari tiga hari, demam bisa turun, tetapi ada tanda lemas, tidak nafsu makan dan jika berisiko demam dengue dengan perdarahan akan muncul bintik merah, mimisan dan gusi berdarah.

Menurutnya, pendarahan tersebut terjadi karena kadar trombosit yang seharusnya melindungi pembuluh darah menjadi semakin melemah karena infeksi DBD.

Demam akibat virus dengue yang dibawa nyamuk juga bisa berakibat ke organ tubuh lainnya seperti otak yang akan menimbulkan penurunan kesadaran jika tidak segera di tangani.

Selain itu, lingkungan yang bersih juga belum tentu bebas dari nyamuk pembawa penyakit dengue yang berdiam di lingkungan rumah.

“Lingkungan bersih masih ada nyamuk aedes aegypti di rumah dan albopictus di alam (luar rumah). Itu suka di atas kulkas, dispenser, AC, pot rumah dan baju kotor digantung numpuk di pojok itu nyamuk suka,” jelasnya.

Back to top button