Hangout

Eropa Larang Obat Batuk Mengandung Pholcodine, Bagaimana Indonesia?

Senin, 05 Des 2022 – 12:00 WIB

Obat Batuk Pholcodine

Regulator obat-obatan Uni Eropa melarang peredaran obat batuk yang mengandung bahan kimia pholcodine (foto: Stock Images)

Regulator obat-obatan Uni Eropa melarang peredaran obat batuk yang mengandung bahan kimia pholcodine. Alasannya, karena berisiko memicu reaksi alergi yang berpotensi mematikan pada orang yang dibius total. Kandungan pholcodine juga ada dalam beberapa obat batuk yang beredar di Indonesia.

Mengutip Medical Express, European Medicines Agency (EMA) merekomendasikan agar pengobatan mengandung pholcodine yang digunakan pada orang dewasa dan anak-anak untuk mengobati batuk kering harus ditarik dari penjualan.

“Penggunaan pholcodine dalam 12 bulan sebelum anestesi umum merupakan faktor risiko mengembangkan reaksi anafilaksis terhadap pelemas otot dalam anestesi,” kata lembaga yang berbasis di Amsterdam, Belanda itu.

Syok anafilaksis adalah reaksi alergi yang tiba-tiba, parah dan mengancam jiwa. Obat-obatan dengan bahan kimia itu ditarik dari pasar Uni Eropa dan karenanya tidak lagi tersedia dengan resep atau tanpa resep. Profesional perawatan kesehatan harus mempertimbangkan alternatif pengobatan yang tepat dan menyarankan pasien untuk berhenti minum obat yang mengandung pholcodine.

Masih menurut EMA, jika Anda telah menggunakan pholcodine dalam 12 bulan terakhir dan memerlukan anestesi umum, bicarakan dengan ahli kesehatan dan ajukan pertanyaan apa pun yang mungkin terkait dengan peningkatan risiko reaksi alergi parah terhadap beberapa obat yang mungkin digunakan.

Pholcodine berbasis opioid telah digunakan sebagai obat batuk sejak 1950-an. Obat-obatan yang mengandung bahan kimia tersebut saat ini diizinkan di negara-negara UE di Belgia, Kroasia, Prancis, Irlandia, Lituania, Luksemburg, dan Slovenia, dengan nama merek Dimetane, Biocalyptol, dan Broncalene. Prancis telah mengatakan pada September lalu bahwa pholcodine dapat dilarang karena risiko alergi.

Sudah sejak lama para ahli anestesi mengingatkan efek dari pholcodine ini. Pada 2015 lalu, Asosiasi Alergi Anestesi Australia dan Selandia Baru meyakini, pholcodine yang merupakan bahan aktif dalam sejumlah obat batuk dan pelega tenggorokan, adalah faktor penting yang terdapat pada orang dengan reaksi anafilaksis.

Penelitian asosiasi ini menunjukkan, sejumlah kecil orang yang menggunakan pholcodine bisa membentuk antibodi yang dapat bereaksi dengan beberapa pelega otot, yang digunakan dalam anestesi, sehingga berpotensi mengalami resiko besar ketika menjalani operasi.

Bukti utama dari hubungan potensial antara pholcodine dan alergi parah terhadap pelega otot berasal dari Skandinavia. Norwegia memiliki 10 kasus anafilaksis selama operasi lebih banyak ketimbang tetangganya, Swedia. Populasinya sangat mirip kecuali di satu hal -Norwegia mencatat rekor penggunaan pholcodine yang tinggi, sementara di Swedia, zat itu dilarang.

Pada tahun 2007, perusahaan obat yang memproduksi pholcodine di Norwegia. dengan sukarela menariknya dari pasar. Sejak saat itu, jumlah reaksi alergi terhadap pelega otot telah menurun dan tingkat antibodi dalam populasi juga telah menurun.

Peruntukan pholcodine

Dari berbagai literatur, pholcodine biasa digunakan untuk penekan batuk (antitusif) dalam pengobatan infeksi saluran pernapasan atas. Biasanya banyak dipakai untuk meredakan batuk kering yang tidak mengeluarkan dahak (lendir).

Dosis sesuai anjuran yakni untuk orang dewasa, rata-rata yang disarankan adalah 5-10mg tiga sampai empat kali sehari. Dosis perlu disesuaikan untuk orang tua, mereka yang memiliki masalah ginjal atau penyakit hati.

Pholcodine dapat menyebabkan kantuk, sehingga dapat memengaruhi kemampuan Anda mengemudi atau mengoperasikan mesin. Disarankan tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang berpotensi berbahaya sampai tahu bagaimana obat ini akan mempengaruhi Anda.

Alkohol harus dihindari saat Anda meminum obat ini, karena dapat meningkatkan efek samping, termasuk kantuk dan pusing. Obat ini sebaiknya dihindari jika Anda telah mengonsumsi golongan antidepresan yang dikenal sebagai MAOIs (monoamine oxidase inhibitors) dalam dua minggu sebelumnya. Pholcodine tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat batuk dan pilek lainnya.

Pholcodine harus digunakan dengan hati-hati jika Anda menderita kondisi, masalah ginjal, hati, kecanduan narkoba atau riwayat kecanduan narkoba, asma, batuk jangka panjang, hingga intoleransi gula. Efek sampingnya bisa meliputi mual, muntah, pusing, sembelit, hingga mengantuk. Pholcodine harus dihindari jika Anda menderita kondisi alergi pholcodine, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bronkitis dan bronkiektasis (pelebaran saluran udara).

Larangan peredaran obat batuk mengandung pholcodine di Eropa seharusnya menjadi perhatian bagi Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia. Hal ini mengingat beberapa obat batuk yang beredar di pasaran di Tanah Air mengandung pholcodine.

Back to top button