Market

Dampak Konflik Iran dan Israel, Ekonom: Harga BBM Meroket, Bisnis Sulit, Rupiah Anjlok Rp17.000/US$


Dampak konflik Iran terhadap Israel diprediksi bakal membuat pening tim ekonomi Jokowi yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Mulai investasi, harga minyak dunia hingga inflasi, semuanya kena.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut, ada lima masalah berat yang berpotensi muncul. Apa saja?  “Pertama, memicu lonjakan harga minyak mentah ke 85,6 dolar AS per barrel, atau meningkat 4,4 persen secara tahunan (year on year/yoy),” kata Bhima, Jakarta, Selasa (6/4/2024).

Sebagai negara penghasil minyak terbesar nomor 7 di dunia, kata Bhima, posisi Iran tentunya sangat diperhitungkan. Produksi  dan distribusi minyak Iran akan sangat terpengaruh konflik ini. “Akibatnya, harga minyak yang melonjak berimbas ke pelebaran subsidi energi hingga pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS, menjadi lebih dalam,” kata Bhima.

Kedua, lanjut Bhima, keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang bakal semakin deras. Alasannya, perang meningkatnya risiko geopolitik. Alhasil, investor akan mencari instrumen investasi atau aset yang aman. “Apakah  emas atau dolar AS. Sehingga nilai tukar rupiah berpeluang semakin merosot. Bahkan bisa tembus Rp17.000 per dolar AS.

Ketiga, kinerja ekspor Indonesia ke timur tengah, afrika dan eropa akan terganggu menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat di kisaran 4,6 persen hingga 4,8 persen pada tahun ini.

Keempat, Bhima memprediksikan bakal terjadi lonjakan inflasi karena naiknya harga energi. Kondisi ini akan menekan daya beli masyarakat hingga titik terendah. “Rantai pasok global yang terganggu perang membuat produsen harus cari bahan baku dari tempat lain, tentu biaya produksi yang naik akan diteruskan ke konsumen,” papar Bhima.

Masalah kelima, menurut Bhimas, suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama, bahkan ada risiko kenaikannya semakin tidak terkendali. “Bagi masyarakat yang mau membeli kendaraan bermotor hingga rumah lewat skema kredit, siap-siap bunganya akan lebih mahal,” pungkasnya.

Back to top button