Hangout

Chikungunya dari Tanzania ke Tangerang, Ini Gejala dan Pencegahannya

Puluhan warga Kota Tangerang terserang wabah Chikungunya. Penyakit yang menginfeksi lewat gigitan nyamuk ini awalnya muncul di Tanzania dan kini tengah menyerang puluhan warga Batuceper, Tangerang. Yuk pahami gejala dan pencegahannya.

Sudah banyak warga RT 01 RW 03 Kelurahan Batusari, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang, yang diidentifikasi terserang wabah penyakit Chikungunya. Temuan itu diketahui sejak Jumat (22/7/2022) pekan lalu. Informasi yang terhimpun, sebanyak 20 warga di wilayah tersebut terserang penyakit Chikungunya pada Jumat (22/7/2022).

Kemudian pada Sabtu (23/7/2022), jumlah warga yang terjangkit meningkat hingga 26 orang. “Gejalanya sama. Pada kaku, bintik-bintik merah,” kata Muhajar, Ketua RT setempat, Senin (25/7/2022), kepada media.

Penyakit di Musim Pancaroba

Chikungunya merupakan penyakit tropis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti. Virus Chikungunya menyebar dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Musim pancaroba yang saat ini terjadi, menyebabkan tumbuh suburnya sarang dan perkembangbiakan nyamuk, sama seperti yang terjadi pada demam berdarah dengue (DBD), sehingga patut menjadi kewaspadaan bersama.

Virus Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada 1952. Penyakit ini berasal dari virus RNA yang termasuk dalam genus alphavirus dari famili Togaviridae. Nama Chikungunya berasal dari sebuah kata dalam bahasa Kimakonde, yang berarti ‘menjadi berkerut’, yang menggambarkan penampilan bungkuk penderita nyeri sendi (artralgia).

Selama 50 tahun dilakukan isolasi di Tanzania namun sempat menyebabkan wabah sesekali di Afrika dan Asia. Sejak tahun 2004, Chikungunya telah menyebar dengan cepat dan telah diidentifikasi di lebih dari 60 negara di seluruh Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.

Virus ini ditularkan antar manusia melalui nyamuk. Ketika nyamuk yang belum terinfeksi mengigit orang viremic (seseorang yang memiliki virus yang bersirkulasi dalam darah mereka), nyamuk dapat mengambil virus saat menelan darah. Virus kemudian mengalami periode replikasi di dalam tubuh nyamuk, lalu kemudian ditransmisikan kembali ke inang baru, ketika nyamuk berikutnya menggigit orang lain.

Virus kembali mulai bereplikasi pada orang yang baru terinfeksi ini dan berkembang biak hingga konsentrasi tinggi. Jika nyamuk menggigit mereka selama memiliki virus yang beredar dalam darahnya, nyamuk dapat mengambil virus, dan siklus penularan dimulai lagi.

Paling sering, nyamuk yang terlibat dalam siklus penularan adalah Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua spesies tersebut juga dapat menularkan virus lain yang dibawa nyamuk, termasuk virus dengue dan demam Zika.

Nyamuk ini dapat menggigit sepanjang siang hari, meskipun mungkin ada puncak aktivitas di pagi hari dan sore hari. Kedua spesies ini ditemukan menggigit di luar ruangan, tetapi Aedes aegypti juga akan dengan mudah mencari makan di dalam ruangan. Aedes Aegypti lebih dekat dengan tempat tinggal manusia dan menggunakan tempat berkembang biak dalam ruangan, termasuk vas bunga, wadah penyimpanan air serta habitat luar ruangan buatan.

Gejala Umum

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam jurnalnya menyebutkan setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi, timbulnya penyakit biasanya terjadi 4-8 hari kemudian (tetapi dapat berkisar antara 2-12 hari). Chikungunya ditandai dengan demam mendadak, sering disertai nyeri sendi. Nyeri sendi seringkali sangat melemahkan, biasanya berlangsung selama beberapa hari, tetapi dapat terjadi lebih lama selama berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Oleh karena itu, virus dapat menyebabkan penyakit akut, subakut atau kronis. Tanda dan gejala umum lainnya termasuk nyeri otot, pembengkakan sendi, sakit kepala, mual, kelelahan, dan ruam.

Gejala pada individu yang terinfeksi biasanya ringan dan infeksi mungkin tidak dikenali atau salah didiagnosis. Gejalanya bisa mirip dengan penyakit lain, bahkan sering didiagnosis sebagai demam berdarah. Tidak seperti demam berdarah, Chikungunya jarang berkembang sampai menimbulkan kematian. Kecuali pada orang yang memiliki kondisi medis lainnya.

Sebagian besar pasien pulih sepenuhnya dari infeksi, tetapi dalam beberapa kasus nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Biasanya setelah seseorang pulih, mereka cenderung kebal dari infeksi di masa depan.

Tidak ada pengobatan obat antivirus khusus untuk Chikungunya. Penatalaksanaan klinis menargetkan terutama untuk menghilangkan gejala, termasuk nyeri sendi menggunakan antipiretik, analgesik optimal, minum banyak cairan dan istirahat. Untungnya, penyakit ini jarang menyebabkan komplikasi serius.

Sementara mengutip WebMD, jika pasien adalah orang dewasa yang lebih tua atau memiliki kondisi seperti diabetes atau penyakit jantung, akan memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit lebih parah. Juga hindari perjalanan ke daerah dengan wabah Chikungunya yang sedang berlangsung.

Pencegahan Chikungunya

Pencegahan infeksi dengan menghindari gigitan nyamuk adalah perlindungan terbaik. Jadi hindari lingkungan yang cocok untuk berkembang biak nyamuk atau ciptakan lingkungan yang tidak membuat nyamuk betah dan berkembang biak. Gunakan obat nyamuk, kenakan baju dan celana berlengan panjang, serta lakukan langkah-langkah pengendalian nyamuk di dalam dan di luar ruangan termasuk di lingkungan sekitar.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dr Dini Anggraeni, menyampaikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi virus Chikungunya yakni dengan cara sederhana, yakni 3M plus.

“Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan 3M plus. Yakni, menguras atau membersihkan tempat penampungan air, menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk,” papar dr Dini dikutip dari laman tangerangkota.go.id.

Sedangkan untuk plusnya, lanjut dr Dini, masyarakat bisa menaruh cairan larvasida atau abate pada tempat penampungan air yang telah dicuci bersih, menggunakan obat ataupun lotion nyamuk, hingga menggunakan kelambu pada saat tidur.

Selain itu, dr. Dini juga meminta agar masyarakat selalu terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan mengonsumsi makanan yang bergizi.

“Dengan makan-makanan yang bergizi dan olahraga yang cukup, imun akan menjadi kuat. Sehingga, apapun penyakit dan virusnya, imun bisa melawan dan terhindar dari virus ataupun bisa melewati fase penyakit tersebut,” ucap dr Dini.

Sudah jelas cara terbaik untuk mencegah Chikungunya adalah dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk. Karena itu ciptakan lingkungan yang bersih, menjaga imunitas tubuh serta menjalani gaya hidup sehat menjadi kata kunci untuk terhindar dari penyakit, tidak hanya Chikungunya, tetapi juga penyakit lainnya.

Back to top button