News

RS Al Ahli Baptis Jadi Rumah Sakit Terakhir yang Masih Beroperasi di Gaza

RS Al Ahli Baptis kini menjadi satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi di Kota Gaza meskipun mengalami kekurangan alat dan pasokan medis.

Berbicara kepada Anadolu Agency, Rabu (15/11/2023), direktur operasional dan kedaruratan di RS Al Ahli Baptis, Ahmad Al-Louh, menyatakan rumah sakit tersebut memberikan perawatan pertolongan pertama kepada orang-orang terluka, tapi mereka harus menunggu dalam antrean panjang untuk operasi atau perawatan medis lainnya.

Ia juga mengatakan, dalam situasi saat ini, rumah sakit dan staf medis di sana tidak dapat memberikan layanan kesehatan yang layak.

Perpustakaan rumah sakit itu sudah diubah menjadi ruang penerimaan pasien dan layanan pembalutan luka, kata Al-Louh.

“Setiap hari dan setiap saat kami semua terancam bahaya,” tambah dia

Pada 17 Oktober lalu, setidaknya 471 orang tewas dan banyak yang terluka akibat serangan udara Israel di RS Al Ahli Baptis, kata para pejabat kesehatan di Gaza. Namun, Israel menyangkal bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Rumah sakit terbesar di Gaza, RS Al-Shifa, juga diserang oleh tentara Israel pada Rabu. Fasiltas medis tersebut tidak dapat beroperasi karena dikepung oleh Israel dan karena listrik padam akibat tak adanya pasokan bahan bakar untuk mengoperasikan generator.

Kantor media pemerintah di Gaza mengatakan tentara Israel sejauh ini telah menargetkan 52 fasilitas kesehatan dan 55 ambulans di seluruh Gaza, sementara 25 rumah sakit berhenti beroperasi karena pemboman atau kekurangan bahan bakar dan pasokan medis.

Menurut data terbaru otoritas Palestina, sejak 7 Oktober, setidaknya 11.500 warga Palestina terbunuh dalam serangan Israel, termasuk lebih dari 7.800 perempuan dan anak-anak, sedangkan lebih dari 29.200 lainnya terluka.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid, dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel terhadap wilayah kantong Palestina yang terkepung tersebut.

Sementara korban tewas di kubu Israel mencapai sekitar 1.200 orang, menurut data resmi negara Zionis itu.

Back to top button