Arena

Tolak Timnas Israel, Bukti Kegagalan Ganjar dan Koster dalam Pisahkan Politik dan Olahraga

Dua politisi PDI Perjuangan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali Wayan Koster menuai kontroversi publik terkait penolakan terhadap Timnas Israel yang berujung pada pembatalan pengundian Grup Piala Dunia U-20 yang dijadwalkan pada 31 Maret 2023. Penolakan tersebut diduga sarat dengan kepentingan politik, mengundang kritik dari berbagai pihak. Koordinator Save Our Soccer (SOS) dan Pengamat Sepak Bola, Akmal Marhali, menegaskan bahwa politisi telah membuat keputusan tebang pilih terkait penolakan tersebut.

“Ini kan blunder para politisi kita yang tebang pilih dalam kasus Israel. Sekarang kalau mau konsisten ya, kita ga usah ikut Olimpiade, kan ada Israel. Harusnya Piala Dunia ini gak dijadikan alat politik. Olahraga ya olahraga saja,” ungkap Akmal yang juga Mantan Anggota TGIPF itu kepada inilah.com pada Selasa (28/3/2023).

Padahal keduanya sudah menandatangani surat kesediaan menjadi kota tuan rumah, yang terikat dengan aturan FIFA. Koster bahkan pada Januari 2023 menyatakan Bali siap mendukung Piala Dunia U-20 yang akan terselenggara pada 20 Mei-11 Juni mendatang. Enam bulan sebelumnya, atau pada Juni 2022, Israel telah lolos sebagai kontestan.

Akmal menambahkan bahwa Israel sebelumnya telah mengirim atlet ke Indonesia dalam berbagai kompetisi olahraga, seperti Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2015, Track Cycling Nations Cup 2023, dan Kejuaraan Dunia Panjat Tebing 2022. Namun, tidak ada kontroversi yang muncul pada saat itu seperti saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa Piala Dunia U-20 kali ini telah diseret ke dalam urusan politik, yang membuat FIFA marah.

“Karena Piala Dunia ini terlalu seksi buat orang-orang politik,” jelasnya.

Kedua politisi seperti Ganjar Pranowo dan Wayan Koster tampaknya tidak menunjukkan penolakan saat atlet Israel berpartisipasi dalam event olahraga lainnya.

Politisi seperti Ganjar Pranowo dan Wayan Koster tampaknya tidak menunjukkan penolakan saat atlet Israel berpartisipasi dalam event olahraga lainnya. Pertanyaan pun muncul, mengapa penolakan baru bermunculan ketika atlet Israel berpartisipasi dalam lingkup sepak bola, khususnya Piala Dunia U-20?

“Ini sudah kental banget dengan urusan politik bukan lagi Piala Dunia. Israel kan juga sudah lolos sejak lama, kok sekarang baru diributin? Apalagi urusannya sekarang melebar ke politik ini akan jadi boomerang,” ungkap Akmal.

Akmal mengingatkan bahwa politisi yang menggunakan sepak bola sebagai alat pencitraan akan mendapatkan efek bumerang. “Memang sepak bola itu melibatkan masa banyak, tapi kalau kita salah jalan, orang bisa naik citranya dengan cepat, lewat sepak bola orang bisa jatuh dengan cepat,” tambahnya.

Sebelumnya, Akmal sempat menyatakan bahwa politisi yang menolak kedatangan Israel, termasuk Ganjar dan Wayan Koster, harus bertanggung jawab apabila FIFA membatalkan status tuan rumah Piala Dunia U-20 terhadap Indonesia. “Kalau kemudian pahitnya Indonesia dicoret dari Piala Dunia, maka orang-orang politik ini harus bertanggung jawab, jangan kemudian nanti lempar badan,” tegasnya.

Back to top button