Arena

Bukan Sekadar Sepak Bola, Motivasi Agama Jadi Alasan Ragnar Oratmangoen Mau Jadi WNI


Calon pemain naturalisasi Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen, mengungkapkan salah satu alasan utamanya ingin menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah karena Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim. Pemain yang kini memperkuat Fortuna Sittard di Eredivisie Belanda ini mengutarakan pandangannya dalam rapat kerja Komisi X DPR RI secara virtual, Kamis (7/3/2024).

Ragnar, yang memiliki akar keluarga dari Indonesia, menyampaikan rasa syukurnya bisa terlibat dalam proses naturalisasi. “Assalamualaikum, pertama-tama saya ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas pertemuan ini,” ujar Ragnar. 

“Ketika saya melihat negara muslimnya yang besar, bagi saya itu sangat penting,” lanjut Ragnar, menegaskan faktor keberagamaan sebagai salah satu motivasi utamanya.

Pesepakbola berusia 26 tahun ini juga berharap dapat bergabung dengan komunitas sepak bola Indonesia dan berkontribusi pada pengembangannya. Ia menyatakan keinginannya untuk menjadi warga negara yang baik dan berencana untuk membantu perkembangan sepak bola di Indonesia, khususnya di kalangan usia muda, setelah ia pensiun nanti.

“Saya ingin menjadi warga negara yang baik, membantu di lapangan, mungkin ketika saya berhenti bermain sepak bola saya bisa membantu anak-anak muda, membantu perkembangan sepak bola negara ini,” tambah Ragnar.

Ragnar Oratmangoen, lahir di Oss, Belanda, memiliki garis keturunan Indonesia dari kakeknya yang berasal dari Larat, Maluku. Dengan 23 penampilan di semua kompetisi bersama Fortuna Sittard musim ini dan mencatatkan satu assist, Ragnar menunjukkan potensi yang dapat ia bawa ke Timnas Indonesia.

Proses naturalisasi Ragnar bersama dua rekannya, Thom Haye dan Maarten Paes, sedang dikejar PSSI untuk memperkuat skuad Garuda dalam ajang internasional mendatang. Keputusan untuk mempercepat proses naturalisasi ini diharapkan dapat segera memungkinkan mereka berkontribusi bagi Timnas Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan di kancah internasional.

Back to top button