Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah memberikan tanggapan resmi mereka atas insiden serangan siber yang menimpa Bank Syariah Indonesia (BSI) baru-baru ini. Menurut Ariandi Putra, juru bicara BSSN, pihaknya sudah berkomunikasi dan berkoordinasi dengan BSI untuk mendukung upaya pemulihan sistem setelah serangan pada Senin, (15/5/2023).
“BSSN telah melakukan komunikasi dan koordinasi kepada pihak BSI terkait upaya pemulihan sistem berkenaan dengan gangguan yang dialami,” ujar Ariandi dalam keterangannya, Senin (15/5/2023).
“Hasil koordinasi menunjukkan bahwa tim insiden siber BSI melakukan penanganan dan perbaikan sistem secara mandiri.”
Ariandi juga menjelaskan bahwa jika terjadi kegagalan atau gangguan sistem yang serius akibat tindakan pihak lain, pihak yang bertanggung jawab atas sistem elektronik tersebut wajib segera melaporkan kepada aparat penegak hukum dan kementerian atau lembaga terkait, sesuai dengan PP No.71 Tahun 2019 pasal 24 (3).
Selain itu, BSSN telah menyatakan kesiapannya untuk memberikan asistensi dan rekomendasi peningkatan keamanan sistem elektronik kepada BSI. BSSN juga mendorong BSI untuk selalu memperbarui informasi dengan akurat, sesuai dengan UU ITE Pasal 15 ayat (2), yang menegaskan bahwa Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap sistem elektronik yang mereka kelola.
Kendati demikian, dampak dari serangan siber ini telah mencapai nasabah. Seorang nasabah BSI, Rochmat Purwanto, telah melaporkan di media sosial bahwa ia kehilangan uang sebesar Rp 378.251.749 dari rekeningnya.
“Uang kami di BSI hilang 378.251.749 sudah membuat laporan kehilangan dan komplain ke @bankbsi_id cabang Solo tapi jawaban seperti ini, adakah yang perlu dilakukan agar uang kami kembali?,” kata Rochmat, dikutip dari akun Twitternya Minggu (14/5/2023).
Saldo rekening Rochmat tampaknya telah dikurangi sejumlah kali dalam transaksi yang tidak ia ketahui, mengurangi saldo rekeningnya sebesar Rp 381.969.500 menjadi hampir nol.
