News

BNN: Narkotika di Bali Didominasi Jaringan Golden Triangle

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Petrus Reinhard Golose mengatakan, narkotika yang beredar di wilayah Bali didominasi jaringan narkoba transnasional yakni golden triangle (segitiga emas).

“Yang beredar banyak di Bali ini yang berasal dari golden triangle. Yang masuk ke kita metamfetamina. Kemudian golden crescent atau bulan sabit emas itu yang berasal dari Iran, Afganistan dan Pakistan,” kata Golose saat konferensi pers terkait pengungkapan kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) di Denpasar, Bali, Jumat (5/5/2023).

Seperti dikutip Antara, golden triangle (segitiga emas) merupakan sebutan untuk penjualan opium atau jaringan narkotika yang beroperasi di Myanmar, Thailand dan Laos. Sementara, golden crescent atau bulan sabit emas merupakan istilah untuk menyebut wilayah penghasil opium terbesar di dunia yang meliputi Iran, Afganistan, dan Pakistan.​​​​​​​

Golose menjelaskan, peredaran narkotika golden triangle di Bali dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Selain itu, melalui banyak penangkapan yang mengungkap adanya kesamaan kandungan kimia dan rute penyebarannya.

“Kami mengecek secara laboratoris, bagaimana rute kimia dan itu ada hasilnya yang disebut narcotic signature. Jadi bagaimana pembuatannya, ada rutenya semua,” kata mantan Kapolda Bali tersebut.​​​​​​​

Aset Senilai Rp15 Miliar

Golose pun mengungkap peredaran narkotika yang melibatkan seorang mantan narapidana berinisial MW. BNN RI telah menyita aset senilai Rp15 miliar hasil penjualan narkoba juga merupakan jenis narkotika metamfetamina dari jaringan golden triangel.

MW diketahui menjalankan bisnis penjualan narkotika dengan melibatkan banyak kaki tangan dan dikendalikan oleh dirinya saat masih mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali.

“Barang bukti yang disita dari yang bersangkutan (MW) kemudian beredar di Bali ini berasal dari golden triangle,” ujarnya.​​​​​​​

Golose mengungkapkan tantangan dalam mengungkap kasus peredaran narkotika yang berasal dari golden triangle, seperti Myanmar karena perdagangan narkotika tersebut dikendalikan oleh para mafia yang dilindungi oleh militer khusus.

Menurut dia, selain melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Myanmar, kelompok tersebut turut mengendalikan narkotika secara sistematis hingga menembus pasar internasional.

“Mereka punya tentara atau militer yang melindungi proses ini, ada lebih dari 40.000 orang. Mereka mempunyai akademi militer sendiri. Pemberontak, tapi memiliki militer,” katanya.

Oleh karena itu, kata Golose, BNN RI telah melakukan kerja sama dengan negara-negara di ASEAN untuk mencegah peredaran narkotika jaringan golden triangel. Hal ini terutama yang diedarkan melalui Sungai Mekong dan wilayah Laut.

Dia pun mengungkap, wilayah yang paling rawan untuk pendistribusian narkotika jaringan golden triangel itu ke wilayah Indonesia adalah wilayah laut.

Back to top button