Market

Banyak Hotel Dilego Online, Yuk Cek Prospek Bisnisnya

Banyak hotel di berbagai kota besar di Indonesia mulai dijual via online. Pengusaha di sektor ini sepertinya sudah tak tahan dengan tantangan yang harus dihadapi sejak awal pandemi lalu. Bagaimana sebenarnya prospek industri perhotelan di 2023?

Di sejumlah platform penjualan properti banyak ditawarkan hotel termasuk bintang lima. Bahkan ada hotel bintang lima di Jakarta Selatan, diiklankan di Lamudi.co.id dijual dengan harga Rp250 miliar dengan luas bangunan mencapai 11.000m2 dengan total 77 ruangan.

Ada pula hotel bintang 4 di Sawah Besar, Jakarta Pusat dijual dengan harga Rp880 miliar dengan luas bangunan mencapai 17.550m2 dengan 330 ruangan. Hotel bintang tiga, beberapa ada yang dijual di kisaran Rp55-200 miliar.

Tak hanya di Jakarta, di Solo, Jawa Tengah, fenomenal hotel dijual pun marak. Di situs penjualan properti yang sama, ada banyak hotel dari bintang 1 hingga bintang 3 yang ditawarkan dengan harga mulai Rp10 miliar. Misalnya Hotel Agas Internasional yang berlokasi di Jl. Doktor Moewardi dijual harga Rp180 miliar. Hotel Grand Sae Boutique di Jl. Samratulangi juga dijual dengan harga Rp48 miliar.

Di kota-kota lain juga sama. Di Bandung, fenomena menjual hotel sudah terjadi sejak setahun lebih. Terutama saat terjadi pandemi. Di Bali, yang terkenal menjadi tujuan banyak wisatawan dalam dan luar negeri juga sama, penjualan hotel terus terjadi. Termasuk hotel yang diklaim memiliki occupancy rate atau tingkat hunian yang baik mencapai 70-80 persen per tahun.

Fenomena penjualan hotel ini sebenarnya menarik mengingat sebenarnya berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah hotel berbintang di Indonesia bertambah sebanyak 3.763 unit pada 2022. Angka tersebut meningkat 6,87 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai 3.521 unit. Secara keseluruhan, pasokan hotel berbintang di Indonesia mencapai 358.833 unit kamar di tahun ini.

Bahkan konsultan properti, Colliers Indonesia, menyebutkan bisnis perhotelan di Jakarta telah kembali berkembang pesat. Pasalnya, kegiatan bisnis telah dimulai kembali yang memicu permintaan ruang untuk kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).

Industri perhotelan juga telah mendapat stimulus dengan dicabutnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akhir Desember 2022, kondisi ini akan semakin meningkatkan kinerja perhotelan untuk 2023.

“Faktanya memang begitu, hotel itu begitu kesulitan, masih banyak yang rugi,” kata Sutrisno Iwantono, Ketua Badan Pengurus Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, Rabu (18/1/2023).

Terpukul berat saat pandemi

Industri perhotelan memang menjadi salah satu sektor yang paling terpukul sejak bulan-bulan awal pandemi COVID-19. Tingkat hunian hotel di Indonesia sempat turun menjadi hanya 19,7 persen pada Maret 2020, dibandingkan dengan 52,3 persen pada bulan yang sama tahun sebelumnya.

Pandemi global, dengan periode karantina, penutupan perbatasan, dan pembatasan perjalanan, menyebabkan bisnis perhotelan dan pariwisata menderita kerugian yang luar biasa. Tak hanya harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat agar hotelnya tetap aman dari COVID-19 tetapi juga harus bergulat dengan menurunnya tingkat keterisian kamar yang terus menurun.

Setelah kekacauan yang penuh dengan ketidakpastian, para pebisnis perhotelan sebenarnya sudah melihat optimisme dan potensi permintaan menguat di 2022 dan 2023. Perjalanan ‘balas dendam’ bakal melonjak dengan pembatasan yang dikurangi dan para pelancong yang ingin kembali keluar dan menjelajah. Apalagi China sudah melonggarkan kebijakan COVID-19 yang sejak awal Januari 2023.

Prospek 2023

Meskipun masih ada tantangan pada 2023 karena tingkat inflasi yang meningkat, ketidakpastian ekonomi, hingga ancaman resesi, tren industri perhotelan baru menghadirkan peluang yang menarik bagi para pelaku bisnis di sektor ini. Apalagi di Indonesia sudah mendekati ajang Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun depan yang bisa menjadi peluang.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan bisnis perhotelan bakal untung besar selama dan menjelang musim Pemilu 2024. Karena, banyak kegiatan partai digelar di sana. “Politik justru bagus untuk pariwisata dan ekonomi kreatif karena pasti banyak banget kegiatan di hotel-hotel,” kata Sandiaga, Kamis (19/1/2023).

Sandiaga berharap para pebisnis di sektor perhotelan dan kafe mulai memutar otak untuk memanfaatkan musim Pemilu ini. Ia tidak mau momen itu dibiarkan dan membuat keuntungan hilang. Salah satu cara memanfaatkan momentum yakni dengan mulai berinvestasi sejak tahun ini. Target pemerintah menciptakan 4,4 juta lapangan kerja di sektor pariwisata juga diyakini bisa cepat terwujud jika penanaman modal dimulai dari sekarang.

“Jadi kalau ditanya gimana tahun politik? Don’t worry bro, saya punya datanya karena saya dulu investor. Justru di tahun politik ini bukan tahun wait and see tapi tahun yang penuh peluang investasi,” ujar Sandiaga.

Hal senada sebelumnya diungkapkan Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto. Ia memprediksikan bisnis perhotelan kecipratan berkah mendekati tahun politik. Ditambah adanya penghapusan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak 30 Desember 2022 lalu.

Ia mengungkapkan tingkat hunian hotel sepanjang 2022 sudah mengalami peningkatan. Untuk itu, ia berharap kondisi tersebut akan terus berlanjut hingga tahun ini. “Jelang pemilu, bisnis hotel mendapat benefit yang cukup banyak. Terutama partai politik yang melakukan internal konsolidasi atau kegiatan yang berhubungan dengan persiapan menuju pemilu,” ujar Ferry, Rabu (4/1/2023).

Menurutnya, kinerja hotel di Jakarta pada 2022 merupakan yang terbaik selama masa pandemi. Pelonggaran pandemi COVID-19 yang diterapkan pemerintah turut membantu bisnis hotel. Juga banyak kegiatan MICE serta perkiraan wisatawan jumlahnya meningkat.

Keterisian kamar hotel juga akan didorong meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara (wisman). Di Bali, wisatawan asing dari Australia, Eropa dan Inggris akan mendominasi. Potensi juga datang dari wisatawan China setelah pelonggaran kebijakan COVID-19 di negaranya.

Apakah para pemilik ini tidak tahu bagaimana prospek industri perhotelan di masa mendatang? Atau memang sudah tak tahan dengan beban yang sangat berat sejak awal pandemi. Sementara bagi para pemilik uang mungkin ini bisa menjadi momentum menjadi pemilik dan pelaku bisnis perhotelan.

Back to top button