Market

Bantah Pertamax Green Tak Laku, Pertamina: Minat Konsumen Terus Bertumbuh


Terkait adanya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU) yang tidak menyediakan Pertalite, namun menggantinya dengan Pertamax Green, Pertamina menjelaskan begini.

Manager Media & Stakeholder Management PT Pertamina Patra Niaga (PPN), Heppy Wulansari mengatakan, penjualan Pertamax Green terus bertumbuh tiap bulan. “Sejak dipasarkan peningkatan permintaan Pertamax Green di konsumen terus tumbuh meski belum besar,” kata Heppy kepada Inilah.com, Jakarta, dikutip Senin (22/4/2024).

Menurut Heppy, penjualan Pertamax Green yang dilayani di SPBU dengan nozzle berwarna ungu itu, memiliki potensial market  yang cukup kuat. Rencananya, jumlah SPBU yang menjual Pertamax Green bakal ditambah. “Hal ini mendorong Pertamina menambah outlet Pertamax Green. Saat ini, baru 63 outlet di Jabodetabek dan Jatim,” ucapnya.

Ditanya berapa cuan dari penjualan Pertamax Green, Heppy belum berkenan menjawabnya. Karena menyangkut strategi bisnis yang menjadi rahasia perusahaan. “Kalau angkanya (keuntungan), belum kita keluarkan. Karena di Indonesia kan ada kompetitor,” kata Heppy.

Dia mengatakan, Pertamax Green merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan serta lebih efisien untuk kendaraan. Umur mesin kendaraan menjadi semakin panjang jika menggunakan Pertamax Green, ketimbang Pertalite. Di mana, Pertamax Green merupakan campuran dari bahan bakar nabati bersumber dari molases, atau tetes tebu.

“Pertamax Green 95  adalah produk unggulan terbaru Pertamina. Untuk menjawab tantangan bahan bakar berkualitas tinggi yang lebih ramah lingkungan. Serta wujud komitmen Pertamina mendukung Nett Zero Emission (NZE),” kata dia.

Ya, Heppy betul. Pertamax Green adalah bahan bakar minyak dengan nilai oktan 95, lebih tinggi ketimbang Pertalite yang hanya 90. Dicampur 5 persen ethanol, membuat pembakaran di kendaraan bermotor, semakin sempurna. Dampaknya itu tadi, minim polusi dan memperpanjang umur mesin.

Pada Minggu (21/4/2024), pantauan Inilah.com menemukan, SPBU bernomor 34-116-08 di kawasan Pos Pengumben, Jakarta Barat, tidak menyediakan Pertelite namun diganti Pertamax Green. Pengendara motor lebih memilih Pertamax 92, ketimbang harus membeli Pertamax Green 95.

Menurut pengendara bermotor bernama Ahmad Husein, asal Bintaro, awalnya ingin membeli Pertalite, namun karena tidak tersedia maka dibelinya Pertamax 92.
“Saya mengisi Pertamax 92 harganya Rp15 ribu per liter. Nantilah coba Pertama Green, ya. Kan masih jarang ada. Di daerah saya (Bintaro) belum ada yang jual. Enggak dulu,” kata pria berumur 46 tahun itu

Hal serupa juga dilakukan ojek online (ojol), Aris, terpaksa membeli Pertamax 92 ketimbang Pertamax Green 95. Untuk berhemat, dia biasanya mengisi bahan bakar di SPBU milik Shell.

“Mendingan Shell, adem dan mesin enak. Enggak dulu Pertamax Green. Awalnya saya pengen isi Pertalite, eh enggak ada. ya sudah saya isi Pertamax 92 aja. Kalau Pertamax Green 95 harganya Rp13.900 per liter, enggak sesuai dengan pendapatan harian saja,” kata Aris.

Pun demikian dengan seorang ibu-ibu pengendara  bermotor, memilih meninggalkan SPBU tersebut karena karena menyediakan Pertalite. Sedangkan seorang pengendara mobil sedan yang tidak mau disebutkan namanya, memilih Pertamax Green 95. Karena ingin menjajal bahan bakar anyar tersebut.

Back to top button