Market

Bank Sentral Eropa Ambil Pendekatan Berbeda soal Laju Suku Bunga

Sebagaimana langkah Bank Sentral AS (The Fed), Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) pada Kamis (4/5/2023) memperlambat laju kenaikan suku bunga dari serangkaian kenaikan besar-besaran yang bertujuan untuk mengatasi inflasi. Namun, ECB juga mengatakan bahwa mereka ‘tidak berhenti’ meskipun upaya mereka berhasil membuat hipotek dan pinjaman bisnis sulit untuk didapatkan.

The Fed pada Rabu (3/5/2023) menyetujui kenaikan suku bunga seperempat poin, yang kesepuluh sejak Maret 2022 lalu saat Bank Sentral menerapkan kebijakan agresif untuk menekan inflasi. Namun Bank Sentral mengisyaratkan bahwa ini mungkin merupakan kenaikan suku bunga terakhir saat ini.

Sehari setelah keputusan itu, ECB –-yang membawahi 20 negara pengguna mata uang euro-– mengatakan akan melangkah lebih jauh, bahkan ketika melambatnya pertumbuhan ekonomi dan ketidakstabilan bank AS menimbulkan kekhawatiran baru akan terjadinya gejolak keuangan.

Presiden ECB Christine Lagarde dalam konferensi pers, Kamis, mengatakan bahwa perkiraan inflasi masih terlalu tinggi untuk waktu yang lama.

“Mengingat tekanan inflasi tinggi saat ini, Dewan Pelaksana memutuskan untuk menaikkan tiga suku bunga utama ECB sebesar 25 basis point. Secara keseluruhan informasi yang ada mendukung kajian perkiraan inflasi jangka menengah dalam pertemuan sebelumnya. Beberapa bulan terakhir ini inflasi mulai turun, tetapi masih ada tekanan kuat atas harga yang melandasi terjadinya inflasi,” ucap Lagarde.

“Tidak ada ‘angka ajaib’ yang pasti untuk mengetahui bahwa pihak berwenang tidak perlu lagi menaikkan suku bunga, tapi bank akan tahu apa itu ketika tiba di posisi itu,” imbuhnya.

The Fed pertimbangkan penghentian kenaikan suku bunga

The Fed mempertegas upaya melawan tingginya inflasi dengan menaikkan suku bunga utama seperempat poin, ke level tertinggi dalam 16 tahun. Tetapi juga mengisyaratkan bahwa mungkin saat ini merupakan saat yang tepat untuk menghentikan kenaikan suku bunga yang sudah dilakukan sepuluh kali secara berturut-turut dan membuat pinjaman bagi pebisnis dan konsumen lain menjadi lebih mahal.

Dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan terakhir pada Rabu, The Fed menghapus kalimat dalam pernyataan sebelumnya yang mengatakan ‘beberapa kenaikan suku bunga tambahan’ yang mungkin diperlukan. Pernyataan itu diganti menjadi ‘mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan sejauh mana’ perlunya kenaikan suku bunga di masa mendatang.

“Keputusan untuk menangguhkan (kenaikan suku bunga) belum diambil hari ini. Jika diperhatikan, dalam pernyataan bulan Maret ada kalimat yang mengatakan ‘komite ini mengantisipasi beberapa kebijakan tambahan yang mungkin layak diambil.’ Kalimat itu sudah kami hapus, dan sebaliknya mengatakan ‘komite akan mempertimbangkan sejumlah faktor untuk mengambil kebijakan tambahan guna menekan inflasi hingga ke tinggal 2 persen. Kami akan menjawab hal ini dalam pertemuan Juni nanti,” kata Kepala The Fed Jerome Powell.

Kenaikan suku bunga The Fed sejak Maret 2022 membuat tingkat KPR naik lebih dari dua kali lipat; demikian pula biaya pinjaman mobil, pinjaman kartu kredit, dan pinjaman bisnis. Hal ini berpotensi menimbulkan resesi.

Powell menggarisbawahi bahwa rangkaian kenaikan suku bunga itu tidak cukup mendinginkan ekonomi, pasar tenaga kerja dan inflasi. Sejauh ini inflasi telah turun dari puncaknya –9,1 persen pada bulan Juni 2022– menjadi 5 persen pada Maret 2023 lalu. Tetapi masih jauh di atas target Bank Sentral yaitu 2 persen.

Lonjakan suku bunga itu telah ikut berkontribusi pada pailitnya tiga bank besar dan gejolak dalam industir perbankan. Tiga bank yang gagal –Silicon Valley Bank, Signature Bank dan The First Republic Bank– telah membeli obligasi jangka panjang dengan suku bunga rendah, dan kemudian kehilangan nilainya ketika The Fed menaikkan suku bunga.

Pergolakan di dunia perbankan juga dinilai menimbulkan dampak pada keputusan The Fed untuk mempertimbangkan jeda kenaikan suku bunga. Powell pada bulan Maret lalu telah mengatakan pengurangan pinjaman oleh bank, untuk menopang keuangan mereka, dapat dianggap setara dengan kenaikan suku bunga seperempat poin untuk memperlambatan perekonomian. [Associated Press/VOA News]

Back to top button