News

Babe Cabita Idap Anemia Aplastik, Cek Gejala Penyakit Langka Ini

Komika Babe Cabita mengalami penyakit langka sehingga harus menjalani perawatan di rumah sakit selama dua minggu. Sesuai hasil pemeriksaaan, ia divonis mengidap anemia aplastik. Yuk kenali penyakit langka ini dan apa saja gejalanya?

Komika pemilik nama asli Priya Prayogha Pratama Tanjung itu sempat mengunggah foto dirinya yang tengah dirawat di rumah sakit. Mulanya, ia didiagnosis terserang demam berdarah dengue (DBD), namun hasil pemeriksaan darah membuat dokter curiga karena kondisi yang juga tak membaik. 

Akhirnya sosok berambut keriting itu menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang. Hasilnya ia ternyata mengidap penyakit anemia aplastik. “Akhirnya diambil sumsum tulang belakang, sebelum dimasukin jarumnya, dibius dulu. Di situ diketahui penyakitnya bukan DBD, tapi anemia aplastik, penyakit cukup langkalah,” ungkap Babe Cabita di kawasan Transmedia, Jalan Kapten P Tendean, Jakarta Selatan.

Suami dari Zulfati Indraloka yang saat ini berusia 34 itu juga mendapat kabar katanya kalau mau sembuh total alternatifnya berobat ke Malaysia atau Singapura untuk mendapatkan transplantasi tulang sumsum belakang.

Siapa pun bisa terkena penyakit anemia aplastik, namun lebih mungkin terjadi pada orang berusia akhir remaja, awal 20-an, dan orang lanjut usia. Laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkannya. Kasus penyakit ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang.

Anemia aplastik adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah baru. Kondisi ini membuat orang yang terkena penyakit ini merasa lelah dan lebih rentan terhadap infeksi serta pendarahan yang tidak terkontrol.

Penyakit ini merupakan kondisi yang langka dan serius serta dapat berkembang pada usia berapa pun. Ini bisa terjadi secara tiba-tiba, atau bisa juga terjadi secara perlahan dan memburuk seiring berjalannya waktu. Bisa bersifat jangka pendek, atau bisa menjadi kronis bahkan fatal.

Gejala dan Penyebab 

Anemia aplastik tidak memiliki gejala khusus. Jika ada, tanda dan gejalanya bisa meliputi kelelahan, sesak napas, detak jantung cepat atau tidak teratur, kulit pucat, infeksi yang sering atau berkepanjangan atau memar yang tidak dapat dijelaskan atau mudah terjadi. Gejala lainnya yang mungkin adalah mimisan dan gusi berdarah, pendarahan berkepanjangan akibat luka, ruam kulit, pusing atau sakit kepala hingga demam

Mengutip Mayo Clinic, penyebab paling umum dari anemia aplastik adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel induk di sumsum tulang. Sumsum tulang merupakan bahan berwarna merah dan kenyal di dalam tulang yang menghasilkan sel darah. Sel induk di sumsum tulang biasanya menghasilkan sel darah berupa sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Namun pada pada anemia aplastik, sel induk rusak. Akibatnya, sumsum tulang menjadi kosong (aplastik) atau hanya mengandung sedikit sel darah (hipoplastik).

Faktor lain yang dapat melukai sumsum tulang dan mempengaruhi produksi sel darah antara lain perawatan radiasi dan kemoterapi. Meskipun terapi melawan kanker ini membunuh sel kanker, terapi ini juga dapat merusak sel sehat, termasuk sel induk di sumsum tulang. Anemia aplastik dapat menjadi efek samping sementara dari pengobatan ini.

Faktor lain berikutnya adalah paparan bahan kimia beracun. Bahan kimia beracun, seperti yang digunakan dalam pestisida dan insektisida, serta benzena, bahan dalam bensin, telah dikaitkan dengan anemia aplastik. Jenis anemia ini mungkin membaik jika Anda menghindari paparan berulang terhadap bahan kimia yang menyebabkan penyakit ini.

Penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa menjadi faktor penyebab. Beberapa obat, seperti yang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis dan beberapa antibiotik, dapat menyebabkan anemia aplastik. Bisa juga akibat gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan menyerang sel-sel sehat, mungkin melibatkan sel induk di sumsum tulang.

Faktor lainnya bisa akibat dari Infeksi virus. Infeksi virus yang mempengaruhi sumsum tulang dapat berperan dalam perkembangan anemia aplastik. Virus yang dikaitkan dengan anemia aplastik termasuk hepatitis, Epstein-Barr, cytomegalovirus, parvovirus B19 dan HIV. Faktor kehamilan juga bisa menjadi penyebab mengingat sistem kekebalan mungkin menyerang sumsum tulang selama kehamilan.

Masih menurut Mayo Clinic, ada juga faktor penyebab yang tidak diketahui. Dalam banyak kasus, dokter tidak dapat mengidentifikasi penyebab anemia aplastik (anemia aplastik idiopatik). Misalnya beberapa orang dengan anemia aplastik juga memiliki kelainan langka yang dikenal sebagai hemoglobinuria nokturnal paroksismal, yang menyebabkan sel darah merah terurai terlalu cepat. Kondisi ini dapat menyebabkan anemia aplastik, atau anemia aplastik dapat berkembang menjadi hemoglobinuria nokturnal paroksismal.

Ada pula Anemia Fanconi yakni penyakit bawaan langka yang menyebabkan anemia aplastik. Anak-anak yang lahir dengan penyakit ini cenderung lebih kecil dari rata-rata dan memiliki cacat lahir, seperti anggota tubuh yang kurang berkembang. Penyakit ini didiagnosis dengan bantuan tes darah.

Perawatan untuk anemia aplastik mungkin termasuk obat-obatan, transfusi darah atau transplantasi sel induk, yang juga dikenal sebagai transplantasi sumsum tulang.

Back to top button