News

Buya Anwar Abbas Kirim Surat ke PBNU Berharap Kiai Miftah Bertahan di MUI

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas melayangkan surat terbuka untuk Pengurus dan warga NU. Melalui surat terbuka itu, MUI meminta pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) agar memperbolehkan KH Miftachul Akhyar atau Kiai Miftah tetap menjabat sebagai Ketum MUI.

Harapan itu ia sampaikan merespons Kiai Miftah yang telah menyerahkan surat pengunduran diri dari jabatan tertinggi wadah para ulama di Indonesia tersebut.

“Untuk itu kepada pimpinan dan warga NU kami ingin sampaikan bahwa kami ingin beliau tetap untuk terus menjadi pimpinan kami,” kata Anwar Abbas saat mengirimkan isi surat terbuka tersebut kepada Inilah.com, Kamis (10/3).

Memang tidak sembarang orang bisa diamanahi sebagai Rais Aam PBNU, demikian pula Ketua Umum MUI. Sosoknya tidak semata memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang mumpuni, juga ditopang dengan perilaku harian yang layak menjadi panutan. Kiai Miftah berasal dari ormas NU dan kini menjabat sebagai Rais Aam PBNU 2022-2026. Ia terpilih menjadi Ketum MUI pada Munas X di Jakarta pada akhir 2020 lalu.

Buya Anwar lantas bercerita Kiai Miftah telah dipilih jajaran MUI sebagai Ketum pada Munas di Jakarta lalu dengan suara bulat. Ia menilai Miftachul sebagai seorang ulama serta pemimpin yang sangat rendah hati dan sangat dibutuhkan bisa mempersatukan umat.

“Tapi herannya saya mengapa NU tidak membolehkan dan merelakannya melaksanakan tugas suci dan mulia tersebut sehingga saya benar-benar jadi bingung sendiri dibuatnya,” kata dia.

Buya Anwar mengaku bingung mengapa pihak NU belum mau mendengar suara dari jajaran MUI yang tak menginginkan Kiai Miftah mundur. Terlebih, NU sudah menegaskan jati dirinya bukan hanya untuk kelompoknya saja, tapi juga untuk umat dan bagi bangsa.

“Terus terang kami butuh KH Miftachul Akhyar untuk menjadi pimpinan kami. Tugas itu sudah beliau laksanakan dengan baik lebih dari satu tahun sehingga kami sudah merasa sangat dekat dan sangat sayang serta mencintai diri beliau sebagai pemimpin kami,” ucap dia.

Lebih lanjut, Buya Anwar tak keberatan bila Kiai Miftah tak bisa bekerja penuh di MUI karena bersamaan harus mengurus NU. Sebab, MUI bisa terus bekerja secara kolektif kolegial di bawah arahannya.

“Kami berharap biarlah sisa-sisa waktu beliau saja yang beliau berikan untuk kami di MUI. Kami harapkan persatuan dan kesatuan umat akan bisa kita jaga serta pelihara dan akan bisa kita buat untuk lebih kuat lagi dari masa-masa sebelumnya,” kata Anwar.

Kiai Miftah mengumumkan mundur dari kursi Ketua Umum MUI saat memberikan pengarahan dalam Rapat Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah PBNU di Kampus Unusia Parung, Bogor, Jawa Barat Rabu (9/3).

Ia beralasan pengunduran dirinya itu karena diamanahkan oleh forum ahlul halli wal aqdi (Ahwa) dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung untuk tak diperbolehkan merangkap jabatan. Pada Muktamar NU tahun lalu itu, Miftachul diamanahkan sebagai Rais Aam PBNU periode 2022-2026.

“Di saat ahlul halli wal aqdi (Ahwa) Muktamar ke-34 NU menyetujui penetapan saya sebagai Rais Aam, ada usulan agar saya tidak merangkap jabatan. Saya langsung menjawab sami’na wa atha’na (kami dengarkan dan kami patuhi). Jawaban itu bukan karena ada usulan tersebut, apalagi tekanan,” ujar Miftah dalam keterangannya di laman resmi NU, Rabu (9/3).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button