News

AS Rilis Jet Tempur Siluman B-21 Raider, Kemampuannya Mengerikan!

Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) memamerkan pesawat pengebom terbarunya, B-21 Raider, pada Jumat (2/12/2022). Kemampuan pesawat siluman berbentuk seperti piring terbang ini mengerikan karena mampu dipersenjatai secara konvensional maupun nuklir.

Pesawat senilai US$692 juta atau sekitar Rp10,6 triliun ini, mengutip Wall Street Journal, memiliki desain sayap terbang futuristik agar bisa terbang ribuan kilometer dan menyerang target dari jarak jauh. Pesawat siluman ini dirancang untuk menghindari deteksi oleh pertahanan udara musuh.

Jet tempur siluman ini dinamai B-21 Raider untuk menghormati Doolittle Raiders yang bersejarah, pasukan Angkatan Udara AS yang dikenal karena serangan mendadak mereka terhadap Jepang selama Perang Dunia II pada 18 April 1942. Pasukan ini berhasil memaksa Jepang menarik kembali pasukan tempur untuk kembali ke rumahnya. Juga meningkatkan moral di antara orang Amerika dan sekutu AS di luar negeri.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, saat berbicara di depan pesawat ketika acara peluncuran yang dihadari sekitar 600 orang termasuk Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall dan barisan anggota DPR dan Senat, mengungkapkan B-21 terlihat mengesankan.

Tetapi apa yang ada di bawah rangka dan lapisan luar angkasa lebih mengesankan. “Bahkan sistem pertahanan udara yang paling canggih pun akan berjuang untuk mendeteksi B-21 di langit,” ujarnya dalam acara peluncuran di fasilitas Plant 42 di Palmdale, California menyoroti jangkauan, siluman, dan daya tahan pesawat pembom ini. “Keunggulan B-21 akan bertahan selama beberapa dekade,” tambahnya.

CEO Northrop Kathy Warden mengatakan pesawat ini akan menjadi tulang punggung kekuatan udara AS dan mewakili era baru dalam teknologi untuk pertahanan nasional. Menurutnya, pesawat siluman pengebom ini merupakan generasi terbaru dalam lebih dari 30 tahun dan bisa membawa hulu ledak nuklir maupun senjata konvensional. Pesawat ini juga dibuat untuk terbang tanpa awak.

Pesawat B-21 akan diproduksi Northrop Grumman Corp ini merupakan bagian pertama dari perombakan proyek pencegahan nuklir AS senilai US$1 triliun, yang juga akan mencakup kapal selam nuklir baru dan rudal darat. Angkatan Udara AS menyebutkan B-21 Raider akan menjadi pengebom berkemampuan ganda dengan amunisi konvensional dan nuklir.

As B-21 Raider

Mirip piring terbang

Sayap terbang B-21 Raider ini mirip dengan B-2, tetapi mungkin lebih mirip piring terbang dari film fiksi ilmiah di 1950-an. Desain B-21 menunjukkan beberapa perbedaan nyata dari pendahulunya, termasuk lubang masuk yang rata dengan badan pesawat jet dan jendela yang lebih kecil.

Pembom baru ini sudah memiliki tanda Angkatan Udara, dengan kode ‘0001’ yang menunjukkan statusnya sebagai seri pertama dan ‘ED’ untuk rumah masa depannya yakni Pangkalan Angkatan Udara Edwards. B-21 yang terlihat dalam peluncuran ini adalah uji pertama yang diluncurkan dari jalur produksi, dengan lima pembom lainnya dalam beberapa tahap produksi di fasilitas Northrop di Plant 42 Angkatan Udara yang rahasia.

Setelah menyelesaikan pengujian darat, yang akan mencakup menghidupkan dan mematikan sistemnya dan melakukan uji coba, B-21 dijadwalkan melakukan penerbangan pertamanya pada 2023 sebelum dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Edwards sekitar 20 mil timur laut.

Berbicara tentang jangkauan pesawat, Austin mengisyaratkan bahwa bisa lebih jauh dari B-2, B-1 dan B-52 yang membentuk armada pembom warisan Angkatan Udara. “Tidak ada pembom jarak jauh lain yang dapat menandingi efisiensinya. Itu tidak perlu berbasis di teater, dan tidak perlu dukungan logistik untuk menahan target apa pun yang berisiko,” katanya.

Austin menyoroti juga kemampuan adaptasi teknologi pembom, yang dirancang agar mudah ditingkatkan. “Raider dirancang untuk mengirimkan amunisi konvensional dan nuklir dengan presisi yang luar biasa,” katanya. “Amerika Serikat terus berinovasi, pembom ini akan mampu mempertahankan negara kita dengan senjata yang bahkan belum ditemukan.”

As B-21 Raider

Telah lama ditungu-tunggu

Banyak analis telah memperkirakan bahwa B-21 akan terlihat seperti B-2 yang sedikit lebih kecil, dan pengungkapan yang telah lama ditunggu tidak banyak menyimpang dari perkiraan sebelumnya. “Sesuai dengan harapan, ini sangat mirip dengan B-2 yang diperkecil, dengan beberapa modifikasi,” kata Richard Aboulafia, seorang analis kedirgantaraan di AeroDynamic Advisory, mengutip Breakingdefense.

“Sebagian besar kemajuan di bidang kedirgantaraan selama 35 tahun terakhir adalah dengan subsistem, material, dan konektivitas, jadi masuk akal. Sangat menarik bahwa konsep sayap terbang yang dibuat pada tahun 1940-an masih relevan hingga saat ini,” imbuhnya.

B-21 Raider memang ditujukan menjadi bagian dari keluarga sistem yang lebih besar dari serangan jarak jauh konvensional, termasuk intelijen, pengawasan dan pengintaian, serangan elektronik, komunikasi dan kemampuan lainnya. Selain itu, ia akan dapat menggunakan campuran amunisi stand-off dan serangan langsung yang luas.

Selama lebih dari tujuh tahun, Northrop hanya mengisyaratkan desain pesawat dalam rendering digital dan gambar promosi di mana B-21 ditampilkan terbungkus kain penutup untuk menyembunyikan fitur-fiturnya. Northrop telah menciptakan ‘ribuan’ iterasi desain dalam lingkungan digital sebelum memilih desain akhir pesawat. Hampir semua detail tentang kinerja B-21 tetap dijaga ketat oleh Pentagon, yang ingin melindungi kemajuan teknologinya dari China dan Rusia.

Meskipun B-21 dirancang untuk dioperasikan oleh manusia atau diterbangkan tanpa pilot di kokpit, Angkatan Udara AS belum menyusun rencana untuk menggunakan pesawat dalam kapasitas tak berawak. Saat ini menghasilkan pesawat berawak adalah ‘fokus utama’ mereka.

Selama jangka waktu program, Angkatan Udara berencana membeli setidaknya 100 B-21 dengan biaya unit pengadaan rata-rata $692 juta per pesawat. Jumlah itu termasuk B-21, pelatihan, suku cadang, dan peralatan pendukung.

Pesawat baru ini menjadi bagian penting dari rencana Pentagon dalam menghadapi China sebagai penantang global utama AS. Saat ini hubungan China dengan AS semakin menghangat seiring perkembangan geopolitik di kawasan.

Back to top button