Market

Ekonom Ingatkan Pemerintah Konsisten Turunkan Pertalite dan Solar

Pasca turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi mengikuti turunnya harga minyak dunia, pemerintah seharusnya menurunkan juga BBM subsidi, yakni Pertalite dan Solar.

Disampaikan Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Padmanegara, ketika pemerintah menaikkan harga Pertalite dan Solar pada 3 September 2022, alasannya harga minyak dunia mahal. Hukum sebaliknya seharusnya berlaku.

“Kemarin alasan BBM subsidi dinaikkan karena harga minyak mentah mahal. Sekarang, harga minyak di 75 dolar AS per barel. Ya, seharusnya Pertalite dan Solar ikut turun harga dong,” kata Bhima, Jakarta, Kamis (12/1/2023).

Alasan Bhima, masuk akal. Saat Presiden Jokowi mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi pada 3 September 2022, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, harga minyak dunia sudah di atas asumsi APBN 2022 sebesar US$63 per barel.

Sedangkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) yang dijadikan patokan, kala itu diproyeksikan US$105 per barel. Sehingga, pemerintah harus mengalokasikan dana lebih besar untuk subsidi BBM ketika harga minyak mentah mahal.

Alhasil, pemerintah harus mengerek naik Pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter, dan Solar naik dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Serta Pertamax naik dari Rp12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.

Masih kata Bhima, pemerintah dalam hal ini harus transparansi. Apalagi menyangkut kebijakan BBM subsidi yang bersentuhan langsung dengan kepentingan rakyat. Saat ini, harga minyak dunia berada di kisaran US$75 per barel, Jauh di bawah asumsi ICP dalam APBN 2023 sebesar US$95 per barel. “Konsekuensinya ya harga BBM subsidi turun. Menurut hitungan saya, Pertalite turun dari Rp10 ribu menjadi Rp8 ribu per liter,” ungkapnya.

Menurut Bhima, ketika harga BBM subsidi turun, bisa berdampak kepada menguatnya kembali daya beli masyarakat. Sehingga akan mendorong konsumsi yang pada akhirnya menjadi akselerator bagi perputaran ekonomi. Ketika negara-negara di dunia ketar-ketir dengan ancaman resesi, Indonesia bisa melenggang tanpa kegalauan.

Back to top button