News

Anies Butuh Pendamping Orang Jatim Berdarah NU, Yenny dan Khofifah Menolak

Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai NasDem Ahmad Ali, menyebut bahwa dirinya tak ingin berandai-andai perihal sosok cawapres pendamping Anies Baswedan. Namun, tentu ia berharap orang tersebut mampu membawa kemenangan.

“Kalau dari NasDem prinsip koalisi itu dibentuk untuk pemenangan pemilu kan, ya maka kriteria yang harus disebut itu adalah lihat peta pemenangannya Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim),” jelas Ali kepada wartawan saat dihubungi di Jakarta, Jumat (21/7/2023).

Secara spesifik, Ali mengatakan, Anies harus mampu memenangkan suara di Jateng dan Jatim. “Itu Anies dapat apa di sana, mau dapat berapa persen. Semua wilayah terlemah buat Anies itu kan adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah kan begitu,” tuturnya.

Oleh karena itu, Ali menyatakan tentu sosok ideal pendamping Anies adalah yang mampu menutupi kekurangan Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. “Jadi kalau kemudian kriteria, kalau menurut kami ya idealnya itu mengambil orang Jawa Timur, darah NU (Nahdlatul Ulama). Tapi kalau mau sekadar ingin maju ambil saja sembarang, kan gitu kan,” kata dia.

Kriteria yang diutarakan Ali merujuk pada dua nama, yakni Gubernur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa dan Yenny Wahid. Nama mereka memang belakangan santer disebut cocok menjadi cawapres pendampung Anies.

Akan tetapi, Khofifah secara tegas menolak untuk dicalonkan menjadi pendamping Anies Baswedan dalam Pilpres 2024. Ketua DPP NasDem, Effendi Choiri atau Gus Choi mengatakan pihaknya sudah mencoba melakukan pendekatan dan menawarkan posisi cawapres. Namun, Khofifah menolak dengan alasan tidak berani mendampingi Anies. “Dia enggak mau atau enggak berani,” ucap Gus Choi saat dikonfirmasi, Jumat (21/7/2023).

Demikian juga dengan Yenny Wahid. Meski tak secara eksplisit menolak, namun dari responsnya terlihat ada keengganan Yenny untuk dipasangkan dengan Anies. “Saya kan nggak punya apa-apa, yang saya punya satu, mungkin dianggap masih ada sedikit reputasi, itu pun karena nebeng bapaknya, kira-kira kan gitu, ini harus saya jaga,” ucapnya di UGM, Yogyakarta, Jumat (7/7/2023).

Lebih lanjut, ia malah balik mempertanyakan apakah memang Anies sudah pasti bisa mencalonkan diri sebagai capres. Ia pun menganalogikan politik Indonesia seperti jualan barang. Suatu barang akan sulit terjual jika tidak ada perusahaan yang mau menjual barang tersebut.

“Memangnya mas Anies Baswedan sudah pasti bisa nyalon belum tentu juga. Memangnya Pak Prabowo sudah pasti bisa nyalon belum tentu juga, ini semua masih jauh, Belandanya masih jauh, santai dulu ngopi-ngopi wae,” tuturnya.

Sejauh ini, menurutnya, partai yang memiliki capres hanya dua partai, PDIP dan Partai Gerindra. Namun, Partai Gerindra masih dinilai sulit mengusung Prabowo Subianto sebagai capres lantaran tak memenuhi presidential threshold, sehingga masih harus menggandeng partai lain agar tercukupi.

“Yang lengkap semua ada distribusi, ada ekspedisinya, semuanya produksinya sendiri itu PDIP, yang dua lagi kan belum, Pak Anies apalagi enggak punya dia PT, jadi ini semua belum pasti, kalau belum pasti ya tunggu saja lah tinggal beberapa bulan lagi,” kata dia.

Back to top button