Hangout

Anak Bisa Stunting Sejak Dalam Kandungan, Apa Penyebabnya?

Selasa, 13 Des 2022 – 22:11 WIB

Dirjen Kesmas dr. Maria Endang Sumiawi

Dirjen Kesmas dr. Maria Endang Sumiawi saat menjelaskan mengenai stunting yang dapat terjadi sejak anak dalam kandungan (foto: tangkapan layar/Kemenkes)

Stunting dapat terjadi karena kurangnya asupan gizi, sehingga mengganggu pertumbuhan pada tinggi anak. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat (Dirjen Kesmas) Kementerian Kesehatan, dr. Maria Endang Sumiawi melalui temu media virtual, Selasa (13/12/2022).

Menurutnya, kekurangan gizi pada anak tidak hanya terjadi ketika anak sudah lahir, namun sejak dalam kandungan juga dapat terjangkit penyakit ini. Lalu apa penyebabnya?

Maria menjelaskan, sebelum lahir sekitar 23 persen anak  sudah mengalami stunting. Ini bisa terjadi lantaran ibu hamil sejak masa remaja kurang gizi dan anemia.

“Upaya supaya tidak stunting sejak dalam kandungan ibu hamilnya jangan sampai anemia, yang membawa gizi ke anak adalah darah merah. Kalau kita anemia maka gizi yang masuk kurang,” katanya.

Setelah lahir, lanjutnya, stunting bisa meningkat signifikan pada usia 6-23 bulan akibat kurang protein hewani pada makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang mulai diberikan sejak usia 6 bulan. Untuk mencegah peningkatan stunting, maka anjurannya adalah mengonsumsi tablet penambah darah kepada ibu hamil dan penting untuk menanamkan pola hidup sehat.

“Maka kita berikan tablet tambah darah dan memantau berat badan. Menghindari hal tersebut, penting bagi orang tua untuk menanamkan pola hidup sehat dengan gizi yang baik,” lanjutnya.

Berdasarkan data Kemenkes, data  ibu hamil-bersalin yang memiliki penyakit anemia adalah 48,9 persen, KEK 17,3 persen dan ibu hamil dengan risiko komplikasi 28 persen. Selain itu, bayi- balita lahir prematur 29,5 persen, bayi berat lahir rendah 6,6 persen, panjang badan lahir kurang dari 48 cm 19, 4 persen, bayi diare 9,8 persen, bayi pneumonia 1,7 persen dan balita kurang gizi 7,1 persen.

Untuk menghindari stunting anak sejak dalam kandungan, Kemenkes menyarankan untuk aktif minum tablet tambah darah, memeriksa secara teratur kehamilan, cukupi konsumsi protein hewani, datang ke posyandu setiap bulan dan eksklusif ASI 6 bulan.

Lebih lanjut dokter kandungan-ahli fetomaternal, dr. Detty Siti Nurdiati Z mengatakan untuk memberikan protein yang seimbang. Hal tersebut demi pertumbuhan dan perkembangan janin.

“Protein itu sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kita harus memberikannya secara seimbang dengan jumlah 10-15 persen dari seluruh kalori yang diberikan ibu. Tidak boleh lebih dari 25 persen,” tambahnya.

Back to top button