Kanal

9.000 Orang Hadiri Gelaran CIFP 2023

Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) merupakan konferensi tahunan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), yang mendapatkan penghargaan sebagai konferensi kebijakan luar negeri terbesar di dunia pada tahun 2016, oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). 

Dengan jumlah peserta melebihi 11.000 orang pada tahun 2019 (sebelum pandemi COVID-19), konferensi ini merupakan satu-satunya konferensi kebijakan luar negeri nasional di Indonesia yang mempertemukan pemangku kebijakan, Menteri, tokoh publik, diplomat, selebritas, jurnalis, pakar, mahasiswa, dan toko-tokoh terkemuka di berbagai sektor.

Tema CIFP tahun ini adalah From Non-Alignment to Creative Alignments. Tema ini mencerminkan pentingnya merespon realita baru dimana politik luar negeri bebas aktif Indonesia di abad ke-21 perlu secara kreatif merintis, membangun dan memelihara berbagai alignments (bukan aliansi) dengan negara-negara dari timur, barat, utara, dan selatan baik untuk kepentingan nasional Indonesia, kawasan, dan global.

Yang berbeda di tahun ini, Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP)  juga akan mengadakan Foreign Policy Challenge for the Next Indonesian President di mana FPCI telah mengundang tiga Calon Presiden Indonesia tahun 2024-2029 untuk menyampaikan gagasan mereka terhadap kebijakan luar negeri Indonesia. 

Sampai hari ini CIFP mendapatkan konfirmasi Capres Anies Baswedan dan Capres Ganjar Pranowo bersedia menjawab tantangan FPCI. Pihak penyelenggara sedang menjalin komunikasi dengan tim Capres Prabowo. 

CIFP adalah konferensi politik luar negeri terbesar di dunia dan ini semua adalah inisiatif dan hasil kerja keras para pemuda Indonesia dan mahasiswa Indonesia. CIFP adalah forum yang memberikan ruang bersama bagi pemimpin, menteri, diplomat, duta besar, pengusaha, selebriti, mahasiswa, pakar, peneliti, dan wartawan. 

“Ini merupakan sebuah festival diplomasi akbar yang penuh dengan sesi-sesi berbobot dan penuh dengan peluang untuk melakukan networking,” ujar Dino Patti Djalal, Pendiri dan Ketua 

, Jakarta, Sabtu (02/12/2023). 

Lebih lanjut lagi, Dino Patti Djalal menerangkan, bahwa CIFP 2023 ini berbeda dengan CIFP tahun-tahun sebelumnya.

“Kita memasuki akhir tahun 2023, di mana tahun depan merupakan tahun politik, kita semua ingin mengetahui siapa Calon Presiden kita, apa visi misi mereka mengenai Indonesia Foreign Policy, dan langkah konkret apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan di masyarakat seperti, perubahan iklim, masalah ekonomi global, kesejahteraan, peace building, dan lain sebagainya,” paparnya.

Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, CIFP 2023 akan menjadi ruang temu antara Calon Presiden dengan masyarakat agar dapat berdiskusi lebih dalam.

Selain itu, Dino Patti Djalal juga menjelaskan keinginannya mengetahui dari para Capres ini mana yang paling paham mengenai dunia internasional dan mempunyai suatu strategi atau rencana untuk memimpin Indonesia menghadapi lanskap dunia yang semakin ruwet dan bahkan berbahaya. 

“Kita juga ingin tahu mana capres yang bukan hanya nasionalis tapi juga internasionalis,” paparnya. 

Sebanyak lebih dari 9,000 orang telah mendaftar CIFP 2023, yang akan dilaksanakan secara tatap muka (offline) pada Sabtu, 2 Desember 2023, pukul 09:00-17:00 di Grand Sahid Jaya, Jakarta. 

CIFP 2023 ini akan ada 15 sesi paralel, di antaranya akan ada sesi launching survei FPCI dan ERIA bertajuk Living Among the Giants: Launching a Survey of ASEAN People’s’ Perceptions on China, India, Japan, and the USA

Back to top button