Kanal

Berharap Tuah Pensiunan Jenderal

Dengan diumumkan mantan Kabasarnas M Syaugi Alaydrus sebagai kapten timnas pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), lengkap sudah tim pemenangan dari tiga pasang calon presiden dan wakil presiden 2024.

Pasangan AMIN jadi yang terakhir, mengumumkan pentolan di barisan tim pemenangan, setelah Ganjar Pranowo-Mahfud MD, kemudian Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan waktu kampanye untuk Pilpres 2024 akan dimulai pada 28 November, hingga 10 Februari 2024.

Selama 75 hari, tiga pasang capres-cawarpres akan menjajakkan program-program unggulan untuk merayu masyarakat, memilih.

Duet AMIN memutuskan mempercayakan tim pemenangan ke tangan Marsekal Madya TNI (Purn) M Syaugi Alaydrus.”Beliau adalah pilot Jet Tempur F16 dengan rekam terbang 4000 jam. Ini adalah Top Gun-nya kita di sini. Tom Cruise-nya,” kata Capres Anies saat mengumumkan Ketua Timnas.

Munculnya sosok militer di pucuk tim pemenangan AMIN, berbeda dengan ketua tim pemenangan dua capres-cawapres lainnya. Ganjar-Mahfud yang pertama kali mengumumkan tim pemenangan, mempercayakan jabatan ketua kepada Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin).

Karena salah satu urusan tim pemenangan adalah sumber keuangan, mungkin alasan itu juga yang membuat duet Prabowo-Gibran, memilih latar belakang pengusaha sebagai ketua tim pemenangannya. Wakil Menteri BUMN, Rosan Roeslani dipercaya sebagai ujung tombak tim kampanye Prabowo-Gibran.

Baik Ganjar-Mahfud dan juga Prabowo-Gibran, juga memasang purnawirawan jenderal dalam tim kampanyenya, tapi tidak ada yang dijadikan ketua tim.

Ganjar-Mahfud memasukkan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Andika Perkasa, mantan Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya TNI (Purn) Desi Albert Mamahit, mantan Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan Angkatan Udara atau Kodiklat TNI AU Marsekal Madya TNI (Purn) Tatang Harlyansyah, Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Letjen TNI (Purn) Joni Supriyanto, serta mantan Wakapolri Komjen Pol (Purn) Gatot Eddy Pramono dalam barisan TPN.

“TPN memiliki berbagai tokoh yang secara teknis untuk mengatur strategi mereka sangat kuat maka penting bagi kami untuk mengatur itu mak dibutuhkan tokoh-tokoh yang memiliki kualifikasi untuk itu. Jadi tidak hanya militeranial ya, tapi memang terlatih mereka untuk melakukan kerja-kerja taktis pemenangan yang kemungkinan sehingga terarah pada partai dan pemenangan Ganjar-Mahfud,” kata Juru Bicara TPN Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, Sunanto atau akrab disapa Cak Nanto kepada Inilah.com.

Biar bagaimanapun, memenangkan pilpres butuh strategi, para pensiunan jenderal polisi maupun TNI, pasti sudah khatam urusan strategi, meski di medan yang berbeda.”Semua kami target, salah satunya kan mereka memiliki hak suara. Jadi salah satu yang menjadi sangat penting adalah angka TNI-Polri yang memiliki basis suara signifikan,” ungkapnya.

Cerita Heroik, Pahlawan di Zamannya

Meski statusnya saat ini hanya pensiunan jenderal, cerita kehebatan para purnawirawan masih laku untuk “dijual”.

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai peran purnawirawan tetap penting, meski hanya pada kelompok kepentingan tertentu.

“Dalam semua konflik elektoral atau pemilu, kelompok-kelompok kepentingan, biasanya cenderung dalam posisi yang memberikan dukungan kepada calon kandidat atau kontestan yang dianggap paling selaras dan ingin memperjuangkan hak pilih mereka,” katanya kepada Inilah.com.

Dalam perang pilpres untuk mengikat pemilih, menggandeng purnawirawan jenderal polisi maupun TNI, sudah barang tentu menggaransi kantong suara di wilayah tentara atau polisi. Sehingga, tim pemenangan tinggal mencari strategi untuk mengambil ceruk suara di kelompok lain.

“Purnawirawan itu sebenarnya hanya akan terpengaruh kuat pada kelompok-kelompok yang memang dari awal memiliki potensi militer atau yang memiliki kepentingan disitu. Kondisi lain, saya melihat ikatan militer di Tim Pemenangan kebutuhan ada pengakuan keberadaan mereka sendiri yang dikemas dengan narasi-narasi heroik dan faktual. Mereka kan dulu selebritis-selebritis pada masannya gitu,” ungkapnya.

Dengan kondisi tersebut, nama besar, pangkat tinggi, serta ketokohan para purnawirawan di saat masa aktif, akan jadi kunci mendongkrak elektoral.”Jadi ini lebih pada, kehadiran mereka akhirnya bukan kecakapan teknis mereka gitu. Tapi lebih, kehadiran mereka itu lebih. Lebih diperlukan dalam bentuk influencer gituloh. Seperti influencer pun terbatas pada ceruk-ceruk pemilih yang sudah dijadikan militer sebagai idola,” terangnya.

Fahmi mencontohkan Jenderal (Purn) Wiranto dalam tim pemenangan Prabowo-Gibran, selain pernah sebagai panglima TNI, Wiranto juga sudah pernah jadi calon presiden pada Pemilu 2014. Apa hasilnya?

“Pak Wiranto jadi Calon kandidat di Pilpres. Partainya (Hanura) tidak terkenal di Parlemen yakan?. Kalau kita bicara backstory, kalau di politik saya kira tidak personal mempengaruhi kepada pemenangan,” ungkapnya.

Begitu juga dengan Jenderal (Purn) Andika Perkasa di TPN Ganjar-Mahfud. Meski sosoknya dinilai lebih terkenal dan punya potensi kontribusi pada pemenangan Ganjar, tapi belum menjamin kemenangan.

“Perlu di uji juga. Belum bisa melihat, kehadiran mereka pada kemenangan. Nah terjadi peluang itu ditentukan komposisi tim pemenangan, sehingga yang dianggap dream team tim,” tandasnya.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran turut melibatkan peran dari purnawirawan TNI/Polri. Misalnya saja dalam struktur Dewan Pembina terdapat Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Laksamana TNI (Purn) Widodo Adi Sucipto, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, dan Letjen TNI (Purn) E.E. Mangindah.

Kemudian Ketua Dewan Penasihat Jenderal (Purn) Pol. Sutanto (Ketua) dan anggotanya Jenderal (Purn) Pol. Sutarman. Selanjutnya Dewan Pakar juga diisi oleh purnawirawan TNI, yakni Mayjen TNI (Purn) Prijanto.

Bahkan dalam struktur utama TKN, hadir pula Letjen TNI (Purn) Lodewijk F. Paulus, Komjen Pol (Purn) Ari Dono, dan Komjen Pol (Purn) Condrokirono.

Pasangan calon (paslon) Anies-Muhaimain (AMIN) juga mendapat banyak dukungan dari para purnawirawan TNI/Polri. Beberapa purnawirawan TNI/Polri yang sudah mendeklarasikan dukungannya terhadap AMIN, yakni para perwira tinggi dari TNI dan Polri yang tergabung dalam Forum Komunikasi Purnawirawan TNI-Polri untuk Perubahan dan Persatuan (FKP3), seperti Marsekal Muda (Purn) Firdaus Syamsuddin, Laksamana Pertama (Purn) Hendri Suprianto, Marsekal Muda (Purn) Iman Sudrajat, Brigjen Pol (Purn) Rusli Hedyaman, Marsekal Pertama (Purn) Sugiyo, Brigjen TNI (Purn) Zainal.

Kemudian, Letjen (Purn) Sutiyoso, mantan Komandan Korps Marinir Letjen Marinir (Purn) Soeharto, Ketua FKP3 Marsdya (Purn) Saugi, Mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Sunarko, serta Mantan Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn) Fachrul Razi.[Rizki/Vonita/Diana].

Back to top button