Market

Tunggu Konflik Mereda, Gibran Siap Percantik Keraton Solo

Senin, 02 Jan 2023 – 20:18 WIB

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka masih menunggu kepastian penyelesaian konflik Keraton Solo sebelum melakukan revitalisasi. Hal itu disampaikan Gibran di Solo, Senin (2/1/2023). (Foto: Antara).

Mungkin tak banyak yang tahu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka punya kepedulian tinggi terhadap cagar budaya di wilayahnya. Dia ingin merevitalisasi Keraton Solo.

Namun, putra sulung Presiden Jokowi itu, tak mau gegabah. Unggah-ungguh tetap dijunjung. Dia masih menunggu kepastian penyelesaian konflik yang melibatkan pihak internal Keraton Solo. “Saya menunggu perintah, disuruh ndandani (membenahi), saya berangkat,” kata Gibran di Solo, Jawa Tengah, Senin (2/1/2023).

Mengenai konflik internal Keraton Solo, sejatinya, Pemkot Solo serta kepolisian, sudah berupaya memediasi. Namun, upaya mediasi sampai saat ini, belum terealisasi. Lantaran, ada pihak yang enggan dimediasi. “Keraton kemarin dipanggil Kapolresta Surakarta, enggak datang,” kata Gibran.

Oleh karena itu, mengenai revitalisasi keraton, saat ini pihaknya masih fokus pada penataan Pura Mangkunegaran dan menyusul lingkungan sekitar Keraton Solo, yakni kawasan Kelurahan Baluwarti. “Hal-hal yang bisa saya sentuh saja, nggak bisa ya sudah,” katanya.

Meski demikian, hal itu bukan berarti Pemkot Surakarta tidak peduli pada kondisi Keraton Solo. Ia hanya ingin menunggu perintah dari pihak terkait. “Bukan ditinggal, aku nunggu perintah saja,” katanya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa menjelaskan, terkait penataan kawasan Baluwarti yang dilakukan, bertujuan untuk menghilangkan kesan kumuh. “Kalau ditata baik, siapa yang enggak suka abdi dalem rumahnya menjadi lebih layak,” katanya.

Nantinya, kata Teguh, penataan akan difokuskan pada rumah-rumah sekitar museum Keraton Solo dan bagian barat Kantor Kelurahan Baluwarti. “Selain itu, Baluwarti kan tidak bisa dipisahkan dengan alun-alun. Dulu kan itu dibagi dua, ada Kauman dan Kedunglumbu. Sekarang masuknya ke wilayah Baluwarti,” katanya.

Sejatinya, bibit konflik di Keraton Solo mencuat sekitar 17 tahun lalu. Tepatnya sejak PB XII mangkat pada 12 Juni 2004. Kala itu, PB XII tak memiliki permaisuri dan tidak menunjuk putra mahkota.

Pasca meninggalnya Raja Solo, anak keturunan PB XII saling klaim sebagai pewaris tahta. Dua kubu saling mendeklarasikan diri sebagai Raja Keraton Solo. Mereka adalah Hangabehi, yang kala itu didukung kerabat keraton lainnya. Di mana, Hangabehi merupakan putra tertua dari selir ketiga PB XII mendeklarasikan diri sebagai PB XIII pada 31 Agutsus 2004.

Kubu lainnya adalah Tedjowulan, putra PB XII dari selir yang berbeda, mendeklarasikan diri sebagai PB XIII pada 9 November 2004. Kala itu Tedjowulan masih aktif sebagai anggota TNI berpangkat Letkol (Inf).

Sejak ada ‘matahari kembar’ suasana Keraton Solo tak pernah adem ayem. Sempat ada perdamaian pada 2012 saat Jokowi menjabat Wali Kota.

Muncul kesepakatan, Hangabehi menjadi raja, sedangkan Tedjowulan menjabat mahapatih dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Panembahan Agung.

Sayangnya, Hangabehi dilarang masuk ke lingkungan keraton setelah beberapa kali terlibat kasus. Sejumlah pintu masuk raja menuju gedung utama Keraton Solo dikunci dan ditutup dengan pagar pembatas.

Sejak itu, PB XIII Hangabehi bersatu dengan Tedjowulan tak bisa bertahta di Sasana Sewaka Keraton Solo. Lembaga Dewan Adat yang dibentuk atas konflik justru tidak memecahkan masalah, hingga sekarang.

Back to top button