Kanal

Tiga Insiden Besar dalam Sebulan, Ada Apa dengan Pertamina?

Dalam sebulan terakhir terjadi tiga insiden ledakan dan kebakaran besar yang menimpa fasilitas milik PT Pertamina. Peristiwa terakhir terjadi pada Kilang Minyak Dumai. Ada apa dengan Pertamina?

Insiden terakhir yakni kebakaran yang melanda fasilitas kilang minyak Putri Tujuh di Pertamina RU II Dumai, Provinsi Riau, Sabtu (1/4/2023) malam sekitar pukul 22.40 WIB. Dalam peristiwa itu sembilan pekerja mengalami luka-luka dan merusak sejumlah bangunan.

“PT Kilang Pertamina International (PT KPI) Refinery Unit Dumai meminta maaf atas kejadian tersebut. Dan kami akan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi di masyarakat,” kata Juru Bicara Unit Kilang Dumai Agustiawan dalam keterangannya, Minggu (2/4/2023).

Beberapa rumah dan tempat ibadah, terutama yang berdekatan dengan kilang, mengalami kerusakan akibat ledakan tersebut. “Mudah-mudahan proses recovery dapat berjalan dengan baik sehingga dalam beberapa hari ke depan kondisi operasional kilang dapat berjalan maksimal,” kata Agustiawan. Pertamina juga akan memastikan stok BBM nasional, khususnya di wilayah Sumatera Utara mencukupi.

Kebakaran sebelumnya

Ledakan di Kilang Dumai ini membuat publik terhenyak kaget. Hal ini mengingat masyarakat belum lupa beberapa pekan sebelumnya terjadi dua ledakan besar yang menimpa fasilitas atau aset Pertamina.

Sebelumnya terjadi kebakaran hebat yang terjadi di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang atau Depo Pertamina Plumpang, di Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023) malam. Insiden ini dilaporkan terjadi pada pukul 20.11 WIB dengan objek yang terbakar adalah pipa inlet yang terhubung dengan tangki bahan bakar.

Akibat insiden tersebut, ratusan warga mengungsi dan puluhan orang dilaporkan meninggal dunia. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat korban meninggal dunia akibat kebaran Depo Pertamina Plumpang menjadi 33 per Jumat (24/3/2023). Banyaknya masyarakat yang menjadi korban disebabkan tidak adanya jarak aman antara Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina dengan hunian warga.

Ribuan orang terpaksa mengungsi ketika kebakaran terjadi, dengan saksi menyamakan api dengan ledakan bom yang membuat penduduk setempat panik berteriak dan melarikan diri melalui jalan sempit.

Atas peristiwa Plumpang ini, BUMN itu meminta maaf dan salah satu direkturnya dicopot dari jabatannya. Presiden Joko Widodo juga meminta gubernur dan para menteri di Jakarta untuk mencari solusi depo BBM yang terletak di dekat pemukiman untuk menghindari bencana berulang.

Depo Pertamina Plumpang pernah mengalami insiden serupa pada 18 Januari 2009, sekitar pukul 18.00 WIB. Saat itu, kebakaran diduga akibat percikan api yang muncul dari gesekan alat pengambil sampel BBM dan slot ukur.

Ledakan ketiga dalam sebulan terakhir juga terjadi pada 26 Maret 2023 di kapal tanker minyak yang disewa Pertamina, MT Kristin, di perairan barat Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kapal tersebut membawa 17 awak kapal dan membawa 5.900 kiloliter bahan bakar jenis pertalite saat kebakaran terjadi.

“Sedianya BBM tersebut akan dilakukan loading di terminal BBM Ampenan sebesar 2.700 kl, setelah itu akan melakukan loading di terminal BBM Sanggaran sebesar 3.200 kl. Tetapi memasuki perairan Lombok sekitar pukul 14.50 terjadi insiden kebakaran,” jelas PJs Relation, Communication and CSR Pertamina Patra Niaga Jatim Balinus Taufik Kurniawan Taufik dalam keterangan resminya, Minggu (26/3/2023).

Dia mengungkapkan kapal MT Kristin berlayar dengan 17 anak buah kapal (ABK). Sebanyak 14 ABK berhasil dievakuasi dan tiga ABK sempat hilang dan kemudian ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

Butuh evaluasi mendesak

Terhadap tiga ledakan besar dalam sebulan terhadap aset Pertamina ini, pihak perusahaan migas pelat merah meminta maaf. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan akan segera melakukan evaluasi menyeluruh agar insiden kebakaran fasilitas bahan bakar minyak milik perseroan tak lagi terulang. “Kami akan melakukan evaluasi dan refleksi menyeluruh di internal demi menghindari kejadian serupa terulang,” kata Nicke.

Yang jelas semua kecelakaan yang berulang ini seperti menunjukkan kepada publik bahwa jajaran direksi dan komisaris yang dipimpin Dirut Nicke Widyawati dan Komut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) masih belum mampu mengendalikan sistem keamanan pada fasilitas Pertamina.

Peristiwa sebulan terakhir ini seperti sebuah alarm bagi Pertamina untuk melakukan evaluasi, audit dan perbaikan menyeluruh pada sistem keamanan di semua aset dan fasilitas Pertamina untuk mencegah terulangnya kebakaran di masa mendatang. Apalagi aset Pertamina seperti kilang bukanlah aset yang murah dan mudah untuk dibuat dan sangat berharga serta strategis bagi penyediaan BBM nasional.

Kebakaran yang terus terjadi menunjukkan tanda jika sistem keamanan kilang yang buruk dan di bawah standar internasional. Pertamina lemah dalam menjalankan aspek Health, Safety, Security, dan Environment (HSSE), padahal aset-aset Pertamina merupakan aset yang strategis dan mempunyai risiko tinggi.

Kemungkinan penyebab lainnya adalah umur kilang yang relatif tua hal ini mengingat, kilang-kilang milik Pertamina sebagian besar sudah lama. Peremajaan kilang menjadi mendesak dilakukan.

Apakah ada kemungkinan sabotase atau unsur kesengajaan? Dugaan kesengajaan ini dikaitkan dengan mafia migas yang tujuannya ialah untuk memperbesar impor. Untuk membuktikan tudingan ini tentu saja tidak mudah. Namun dengan memperbaiki sistem keamanan kilang tentu akan mengurangi kemungkinan terjadinya aksi kesengajaan ini

Back to top button