Kanal

Taktik ‘Gila’ China Lemahkan Negara-Negara Musuh

Dua topik berita global dua minggu terakhir telah menghidupkan kembali perdebatan tentang meningkatnya kegiatan mata-mata Beijing di beberapa negara. Apa yang dilakukan China seperti taktik ‘gila’ tanpa etika untuk mencampuri kedaulatan negara lain.

Aksi China di negara bebas dan demokratis tentu saja selain bertujuan melemahkan negara lain tetapi juga mempromosikan perspektif yang lebih positif tentang China di seluruh dunia serta membeli dukungan dari mitra potensial.

Topik pertama beredar pada 17 April 2023, Departemen Kehakiman Amerika Serikat menangkap ‘Harry’ Lu Jianwang, 61, dari Bronx, dan Chen Jinping, 59, dari Manhattan, di rumah mereka di New York City. Mereka didakwa berkonspirasi untuk bertindak sebagai agen pemerintah Republik Rakyat China (RRC) dan menghalangi keadilan dengan menghancurkan bukti komunikasi keduanya dengan seorang anggota MPS (pejabat Kementerian Keamanan Publik China).

Mereka diduga bekerja sama untuk mendirikan kantor polisi luar negeri pertama di Amerika Serikat atas nama MPS cabang Fuzhou. Menurut Asisten Jaksa Agung AS Matthew G Olsen dari Divisi Keamanan Nasional Departemen Kehakiman, RRC, melalui aparat keamanannya yang represif, mendirikan kehadiran fisik rahasia di Kota New York untuk memantau dan mengintimidasi pembangkang (China) dan mereka yang mengkritik pemerintahnya.

“Tindakan RRC jauh melampaui batas perilaku negara-bangsa yang dapat diterima. Kami akan dengan tegas membela kebebasan semua orang yang tinggal di negara kami dari ancaman represi otoriter,” ungkap Matthew G Olsen, seperti dikutip dari EurAsian Times.

Pengacara AS Breon Peace untuk Distrik Timur New York mengatakan, penuntutan ini mengungkap pelanggaran mencolok pemerintah China terhadap kedaulatan negara dengan mendirikan kantor polisi rahasia di tengah Kota New York.

“Seperti yang dituduhkan, para terdakwa dan rekan konspiratornya ditugaskan untuk melakukan permintaan RRT, termasuk membantu menemukan seorang pembangkang Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat, dan menghalangi penyelidikan kami dengan menghapus komunikasi mereka. Kantor polisi seperti itu tidak memiliki tempat di sini di New York City – atau komunitas Amerika mana pun,” tambahnya.

Kurt Ronnow Asisten Direktur Divisi Kontra Intelijen Biro Investigasi Federal (FBI) menilai keterlaluan bahwa Kementerian Keamanan Publik China berpikir dapat lolos dengan mendirikan kantor polisi rahasia dan ilegal di wilayah AS untuk membantu upayanya ekspor represi dan menumbangkan aturan hukum AS.

“Kasus ini adalah pengingat yang kuat bahwa RRC tidak akan berhenti membengkokkan orang sesuai keinginan mereka dan membungkam pesan yang tidak ingin didengar siapa pun. FBI berdedikasi untuk melindungi semua orang di AS dari upaya untuk merusak kebebasan demokrasi kita, dan kami akan meminta pertanggungjawaban aktor negara mana pun – dan mereka yang membantu mereka – karena melanggar hukum kita,” katanya, masih mengutip Eurasian Times.

Kasus di Australia

Topik lainnya yang muncul adalah pada 15 April 2023. Ini adalah hari pertama, Alexander Csergo dihadirkan di pengadilan Australia karena membantu China mengganggu kedaulatan atau kepentingan nasional Australia dua kali antara Februari 2021 dan April 2023 di negara bagian New South Wales dan Shanghai.

Csergo baru saja kembali dari China dan ditangkap di sebuah kediaman di Sydney. Kabarnya, dia dibayar oleh China untuk mendapatkan informasi tentang pengaturan pertahanan, ekonomi dan keamanan nasional Australia, dan hal-hal yang berkaitan dengan negara lain.

Rupanya, kasus Csergo telah menarik minat yang kuat di Australia. Agen mata-mata domestiknya, Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO), baru-baru ini memperingatkan bahwa campur tangan asing dan spionase saat ini menjadi ancaman keamanan utama negara itu dan terjadi pada tingkat yang lebih besar daripada selama Perang Dingin.

Tentu saja, aktivitas dan campur tangan China yang meningkat dalam politik dalam negeri Australia bukanlah hal baru. Seperti halnya kasus di Selandia Baru, Taiwan, dan sebagian Asia Tenggara, para donor yang terkait dengan Beijing secara langsung membayar politisi terkemuka Australia untuk mencoba membentuk kebijakan luar negeri Australia yang lebih menguntungkan terhadap China. China juga mendukung pengusaha pro-Beijing dalam mengambil alih sebagian besar media lokal berbahasa China di Australia.

Tahun lalu, ada berita besar bahwa badan keamanan Australia menggagalkan upaya China menggunakan rekening luar negeri untuk mentransfer dana ke kandidat Australia yang mendukung kepentingan pemerintah asing. Seorang senator Partai Buruh yang berpengaruh, Kimberley Kitching, menuduh pelakunya adalah Chau Chak Wing, seorang miliarder Tionghoa-Australia yang dilaporkan bekerja untuk Beijing.

Sementara terkait AS, dikatakan bahwa antara tahun 2016 dan 2020, China meningkatkan pengeluaran sebesar 500 persen untuk memengaruhi Amerika, meroket dari lebih dari US$10 juta menjadi hampir US$64 juta.

Dan think-tank Amerika, Dewan Hubungan Luar Negeri, telah melaporkan, “Tidak seperti Rusia, yang sering menargetkan politisi individu atau hanya mencoba menciptakan kekacauan, Beijing umumnya ingin mengubah pandangan AS tentang China secara lebih luas.”

Ken McCallum, Direktur Jenderal di Badan Intelijen MI5 Inggris mengatakan, “Anda mungkin berpikir dinas intelijen Rusia memberikan semburan cuaca buruk, tetapi China malah mengubah iklim.”

Mempengaruhi media hingga politisi lokal

Sebuah laporan juga mengatakan bagaimana aktor pro-Beijing — termasuk outlet media swasta yang dikendalikan oleh pemilik yang bersimpati kepada Beijing — sekarang mendominasi televisi, cetak, dan media online berbahasa Mandarin Amerika Serikat. Taktik ini pertama kali disempurnakan China di Selandia Baru dan Australia.

Kebetulan, sebuah laporan oleh Pusat Kontra-Intelijen dan Keamanan Nasional AS telah menyoroti bahwa China telah meningkatkan upayanya untuk memupuk para pemimpin negara bagian dan lokal AS dalam strategi yang oleh beberapa orang digambarkan sebagai ‘menggunakan lokal untuk mengepung pusat.’ Artinya, Beijing sedang membina para pejabat lokal Amerika dan berharap mereka pada akhirnya dapat memengaruhi politik nasional dengan berbagai cara.

Ada kasus tahun lalu ketika Beijing mencoba campur tangan langsung pada pemilihan pendahuluan kongres New York untuk mencegah salah satu kandidat, pembangkang China Xiong Yan, menang. Departemen Kehakiman AS menuduh lima agen intelijen China yang beroperasi di Amerika Serikat melecehkan Xiong Yan, legislator lain yang tidak disebutkan namanya, dan para pembangkang lainnya.

Demikian pula, tahun lalu MI5 Inggris mengeluarkan peringatan interferensi bahwa agen RRC mencampuri politik Inggris. Tuduhan dialamatkan kepada Christine Ching Kui Lee yang ntelah ‘menjalin hubungan’ atas nama PKC dengan anggota Parlemen Inggris saat ini dan yang politisi potensial dengan memberikan sumbangan dana dari warga negara asing di China dan Hong Kong.

MI5 juga menuduh bahwa kegiatan Lee telah dilakukan dalam koordinasi rahasia dengan United Front Work Department. Menurut MI5, para pemimpin RRC “[mencari] membengkokkan ekonomi kita, masyarakat kita, sikap kita agar sesuai dengan kepentingan Partai Komunis China. Untuk menetapkan standar dan norma yang memungkinkannya mendominasi tatanan internasional.”

China juga mencoba membengkokkan politisi lokal sesuai keinginannya di Kanada. Dilaporkan, Dinas Intelijen Keamanan Kanada (CSIS) telah mengamati aktivitas ancaman yang disponsori negara yang gigih dan canggih yang menargetkan pemilu selama bertahun-tahun dan sekarang terjadi peningkatan frekuensi dan kecanggihannya.

Meski tidak menyebutkan nama negara yang terlibat, sudah menjadi rahasia umum bahwa negara yang dimaksud adalah China. Pejabat senior CSIS pernah mengatakan bahwa khawatir atas tindakan rahasia oleh China, mata-mata Kanada telah memberi pengarahan kepada anggota parlemen terpilih tentang operasi pengaruh oleh Beijing.

Spionase ekonomi

Selain membeli pengaruh politik, spionase ekonomi China juga patut diperhatikan. Seperti yang diungkapkan M15 dan FBI, China telah melakukan yang terbaik dan berhasil mencuri teknologi Barat.

Badan-badan China yang terlibat dalam spionase ekonomi menggunakan ilmuwan luar negeri untuk membawa pengetahuan ke China, yang seringkali melibatkan pencurian informasi hak milik atau melanggar kontrol ekspor dan aturan konflik kepentingan.

FBI mengatakan 80 persen tuntutan spionase ekonomi yang dibawa oleh Departemen Kehakiman dalam beberapa tahun terakhir melibatkan kasus-kasus yang entah bagaimana akan menguntungkan China. FBI menuduh bahwa itu mencuri kekayaan intelektual Amerika, membahayakan integritas institusi akademik AS, dan membuat perusahaan Amerika gulung tikar.

Masih menurut EurAsian Times, China menciptakan apa yang disebut sebagai ‘Program Seribu Bakat’ pada tahun 2008 ketika disadari bahwa sebagian besar sarjana China yang belajar di luar negeri tidak kembali setelah menyelesaikan studi mereka. Menurut FBI, program itu adalah sarana Beijing mentransfer kekayaan intelektual dari AS ke China. Itu melibatkan perekrutan peneliti internasional dan memberi mereka kompensasi dengan baik untuk mentransfer pengetahuan mereka ke China secara efektif.

Bagaimana menghadapi mata-mata China? Sistem yang ada memang sulit menghadapi situasi ini mengingat kegiatan memata-matai merupakan salah satu profesi tertua dalam sejarah umat manusia yang tidak pernah hilang.

Sementara tindakan penegakan hukum terhadap lembaga pemerintah RRC yang terlibat dalam aktivitas ofensif tidak akan cukup. Perisai AS dan masyarakat Barat lainnya yang paling efektif adalah nilai-nilai demokrasi bersama mereka, yang merupakan cara paling efektif untuk melawan pengaruh negatif aktivitas PKC.

Back to top button