Market

Tahun Pertama, Operasional dan Perawatan Kereta Cepat Dipegang Pekerja China

Di balik gemerlap uji coba Kereta Cepat jakarta-Bandung, terkuak masalah baru. Ternyata, untuk mengoperasikan dan merawat sepur cepat ini, perlu bergantung kepada pekerja asal China yang jumlahnya hampir seribu orang. 

Seperti disampaikan, Sekretaris Perusahaan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Eva Chairunnisa, pihaknya harus menggandeng konsorsium KAI dan China Railway untuk operasional serta maintenance atau perawatan KCJB, selama setahun.

Kata Eva, sebanyak 852 pekerja asing asal Cina yang bersertifikat operation and maintenance (O&M), didatangkan. “Sementara itu, KCIC akan menyiapkan 1.096 tenaga kerja Indonesia yang akan mendampingi para tenaga ahli dari Tiongkok untuk dapat melaksanakan tugas peralihan kemampuan,” ujar Eva.

Sebelumnya, konsorsium Cina selaku pemilik saham KCIC, Beijing Yawan HSR Ltd Co menyatakan tak sanggup untuk mengoperasikan dan perawatan KCJB, melalui surat pada Oktober 2022.

Karena tak becus, Beijing Yawan menyarankan KCIC, menggandeng China Railway Beijing Bureau Group (CR-Beijing), atau konsorsium CR-Beijing dan KAI untuk pengoperasian dan perawatan KCJB. Disarankan teken kontrak setahun.

Terkait transfer teknologi, Eva mengatakan, mulanya, 1.096 pekerja Indonesia itu akan dikirim ke Cina untuk belajar operasional dan perawatan KCJB, pada 2021. Namun batal karena China menolak orang asing masuk karena pandemi COVID-19. “Rencana pun berubah dengan memindahkan pelatihan terkait High Speed Railway (HSR) ke Madiun pada 2022,” paparnya.

Training HSR dilaksanakan di PPI Madiun bekerja sama dengan Universitas Perkeretaapian di China yakni Southwest Jiaotong University dan Tianjin Railway Vocational and Technical College.

Eva menyebut, dari 1.096 tenaga kerja lokal, baru 300 orang yang telah melalui proses pendidikan di Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun (PPI) dan siap melakukan proses sertifikasi. Mereka selanjutnya akan ditugaskan sebagai pendamping operator O&M dari China Railway.

Sedangkan, 796 tenaga kerja lokal lainnya, akan melanjutkan proses pelatihan terkait High Speed Railway (HSR). “TKI yang telah dan akan menjalani Training HSR diseleksi secara ketat dan diwajibkan memiliki pengalaman sebagai operator O&M,” kata Eva.

Back to top button