Market

Penyelundupan Sejuta Benur/Hari Kerugiannya Rp55 Triliun/Tahun, KKP Kecolongan


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengumumkan adanya penyelundupan sejuta benih bening lobster (BBL) setiap hari. Kerugian ditaksir Rp54,75 triliun per tahun.

“Jika kebutuhan luar negeri sebesar itu, kita asumsikan sehari ada sejuta benur diselundupkan, artinya potensi kerugian negara setahun mencapai Rp52,925 triliun hingga Rp54,75 triliun dengan asumsi harga patokan ikan atau HPI di kisaran Rp150 ribu per ekor,” ujar Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Tugas Media dan Komunikasi Publik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Doni Ismanto dikutip dari Antara, Selasa (7/5/2024).

Besarnya angka penyelundupan ini, kata Dono, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengeluarkan sejumlah kebijakan. Salah satunya; memperkuat sinergi pengawasan bersama instansi penegak hukum.

Selain itu, Sakti melakukan transformasi tata kelola dengan menerbitkan Permen KP Nomor 7/2024 dan aturan turunannya, serta menggencarkan penyuluhan terhadap nelayan untuk ikut serta memerangi penyelundupan benur.

Upaya diplomasi juga aktif dilakukan KKP dengan pemerintah Vietnam, untuk bersama-sama memerangi praktik penyelundupan BBL. Upaya ini disambut positif dengan lahirnya kerjasama perikanan dua negara, serta komitmen pemerintah Vietnam mendorong pembudidayanya menggunakan BBL bersertifikat dari Indonesia.

Kerja sama perikanan yang disepakati juga akan mendorong tumbuhnya ekosistem budidaya lobster nasional melalui transfer teknologi dan etos kerja budidaya dari Vietnam.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP Pung Nugroho Saksono mengatakan penyelundupan benih bening lobster ke luar negeri bisa lancar karena dilakukan dengan beragam modus operandi. Penyelundupan juga dilakukan menggunakan banyak jalur darat, laut, bahkan udara.

“Jadi modusnya itu memang dari nelayan kemudian ke pengepul, pengepul ke distributor. (Dibawa) dari mulai Lombok, terus mengarah sampai ke barat dan muaranya di sini Palembang dan Jambi. Jadi ketika dari Palembang dan Jambi itulah pakai jalan laut,” ujar Ipung.
 

Back to top button