Arena

Naturalisasi di Timnas, Ketika Batasan Tradisional Mulai Pudar


Pengamat sepak bola, Sigit Nugroho, menyoroti perubahan paradigma dalam dunia sepak bola Indonesia, khususnya terkait dengan peran pemain naturalisasi dan lokal. Menurutnya, perbedaan antara kedua kelompok ini mulai tidak jelas seiring dengan perkembangan zaman yang pragmatis dalam olahraga sepak bola.

“Dalam sepak bola yang pragmatis seperti sekarang, dikotomi pemain naturalisasi dengan produk lokal memang mulai luntur,” ungkap Sigit melansir Antara, menambahkan bahwa fenomena serupa terjadi di negara-negara lain seperti Filipina hingga Australia.

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, baru-baru ini memanggil 28 pemain, termasuk sejumlah pemain naturalisasi, untuk dua pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia melawan Vietnam. 

Kehadiran pemain naturalisasi di skuad Garuda, menurut Sigit, mencerminkan kualitas Liga Indonesia saat ini yang masih membutuhkan penyegaran dari luar.

“Memang banjir pemain naturalisasi seperti jadi cermin atau indikator kualitas Liga Indonesia,” kata Sigit, menggarisbawahi bahwa belum banyak pemain lokal yang siap bersaing di tingkat Asia atau dunia. Ini menegaskan pentingnya pelibatan pemain naturalisasi untuk meningkatkan daya saing tim nasional.

Lebih lanjut, Sigit menjelaskan bahwa pemanggilan pemain naturalisasi bergantung pada perspektif yang digunakan. Meskipun hal tersebut dapat merugikan pelatih dan pembina sepak bola lokal dari satu sisi, kehadiran pemain naturalisasi memberikan berbagai keuntungan bagi timnas, termasuk peningkatan kedalaman skuad dan pengaruh psikologis terhadap lawan.

Khususnya, kehadiran pemain naturalisasi seperti Thom Haye dan Ragnar Oratmangoen, yang memiliki pengalaman bermain di liga-liga top Eropa, dianggap dapat menambah kekuatan timnas Indonesia. 

“Selain menyangkut reputasi Shin Tae-yong, juga memainkan separuh atau lebih pemain naturalisasi bisa mengecilkan mental lawan,” tutur Sigit, mengacu pada perhatian media Vietnam terhadap komposisi pemain naturalisasi Indonesia.

Back to top button