Market

Kelebihan Pasokan, Ekspor Nikel Ikuti Tren Penurunan Harga di Pasar Global


Melimpahkan pasokan nikel asal Indonesia yang dijual perusahaan China di pasar global telah memicu anjloknya harga dan mengancam industri tambang dunia gulung tikar.

Tren penurunan terus terjadi berdasarkan London Metal Exchange (LME) ditutup menurun 0,58 persen dan menetap di USD15.927 per ton pada penutupan perdagangan, dikutip dari The Business Times, Selasa (6/2/2024). “Pasar nikel berada dalam kekacauan setelah membanjirnya pasokan dari Indonesia, akibat dari terobosan teknologi dan investasi besar-besaran oleh China.” 

Bahkan turunnya harga nikel mengancam sejumlah perusahaan pertambangan kelas dunia terancam gulung tikar, bahkan beberapa di antaranya mencari dana talangan dari pemerintah atau akan bangkrut.

Sementara itu, berdasarkan laporan Morgan Stanley, siklus harga nikel global diprediksi tidak seburuk tahun 2016. Ketika itu, harga nikel turun di bawah USD8.000 per ton. Tingkat harga ini bahkan memaksa proyek-proyek Nickel Pig Iron (NPI) atau feronikel berkadar rendah, terancam ditutup.

Meski demikian, Morgan Stanley menilai harga nikel akan mencapai titik terendah lagi di tahun ini. “Kemungkinan nikel mendekati titik terendah tampaknya semakin mungkin terjadi. Kami memperkirakan harga nikel bisa mencapai titik terendah sekitar USD15.500 per ton pada kuartal II 2024. Harga ini anjlok sekitar 4,5 persen di bawah harga spot saat ini,” tulis laporan tersebut.

Laporan itu menyatakan bahwa pemotongan proyek NPI di China, yang menghasilkan sekitar 240kt NPI, sudah menghadapi margin yang diperkecil. Namun, produsen NPI di Indonesia cenderung tidak mengalami tekanan pada harga saat ini, dan tetap menjadi faktor penentu di pasar. 

Tren tersebut juga tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat nilai ekspor komoditas nikel Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,09 persen secara bulanan (mtm) di Desember 2023 menjadi USD521,8 juta. “Nilai ekspor nikel di Desember 2023 adalah USD521,8 juta mengalami penurunan 4,09 persen secara bulanan atau month to month (mtm),” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam Rilis BPS, Senin (15/2/2024) lalu.

Lebih lanjut, Pudji mengatakan, untuk total volume ekspor nikel tercatat sebanyak 126 juta ton, atau turun sebesar 14,06 persen mtm. “Jadi penurunan volume ini lebih dalam dibanding nilainya,” katanya.

Sedangkan nilai ekspor RI pada Desember 2023 sebesar USD22,41 miliar atau naik 1,89 persen secara bulanan (mtm), dibandingkan bulan sebelumnya pada November 2023 yang sebesar USD22 miliar.

Dia mengungkapkan penurunan ekspor nikel ini disebabkan oleh turunnya permintaan negara tujuan ekspor. Namun, pihaknya belum bisa menjelaskan secara terperinci negara mana saja yang mengurangi permintaan nikel.

Back to top button